Senin, 15 November 2021

Bab 5b Cara Mendidik Nafsu'']

 Kitab tajul 'Arus [Bab 5b ''Cara Mendidik Nafsu'']

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ




Terjemahan Kitab

Tajul ‘Arus

Alhawiy li tahdzibin Nufus

Karya

Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari


Cara Mendidik Nafsu

Satu waktu aku sowan kepada Syeikh Abu Abbas al mursyi ra. Dan didalam hatiku berkata sesuatu. Lalu Syeikh Abu Abbas berkata, “Apabila nafsumu menginginkan sesuatu maka kerjakanlah sesuai keinginanmu, tapi kau tidak akan mampu mengerjakannya”. Lalu beliau berkata, “Nafsu itu seperti wanita, apabila kau banyak mencela dia, dia juga akan banyak mencela kamu. Maka serahkanlah nafsumu pada tuhanmu, maka tuhanmu akan memperlakukan nafsumu sesuai kehendak-Nya. Terkadang kamu susah mengatur nafsumu yang tidak mau menurut kepadamu. Orang islam itu, orang yang menyerahkan dirinya kepada Alloh. Dengan dalil firman Alloh, “ Sesungguhnya Alloh telah membeli diri dan harta orang-orang mu’min dengan (imbalan)surga untuknya”.

Ketika kau dicintai Tuanmu, maka temanmu akan berpaling darimu, sehingga kamu tidak disibukkan mereka, sehingga meninggalkan Tuanmu. Dan diputus hubunganmu dengan makhluk sehingga kamu kembali kepada-Nya.

Berapa kalipun kamu mengajak nafsumu supaya mau taat, akan tetapi dia akan selalu menolak. Kalau seperti itu pertama kamu butuh obatnya nafsu itu. Apabila nafsu merasakan kenikmatan, maka dia akan datang dengan pilihan, bahwa rasa manis/nikmat yang dirasakan nasfsu disaat maksiat itu juga bisa dirasakan nafsu disaat taat.

Perumpamaan iman itu bagaikan pepohonan yang hijau/subur. Apabila pohon iman itu banyak maksiatnya maka dia akan kering dan berhenti perkembangannya.

Orang yang suka mengerjakan kewajiban, maka tinggalkanlah perkara yang diharamkan. Dan siapa yang meninggalkan perkara makruh maka akan mendapat pertolongan bisa menghasilkan kebaikan. Dan siapa yang mau meninggalkan perkara mubah, maka akan diberi kelebihan yang kelebihan itu akal tidak bisa memuatnya.

Akan tetapi perkara yang ada kesenangan hawa nafsu akan terasa mudah. Dan perkara yang tidak ada kesenangan hawa nafsu akan terasa berat. Contohnya haji sunnah. Apabila dikatakan kepadamu, ”sedekahkan biaya hajimu” maka akan terasa berat. Karena haji itu bisa dilihat oleh masyarakat, dan nafsumu dapat bagian. Sedang shodakoh itu tidak terlihat dan terlupakan.

Seperti juga mempelajari ilmu karena selain Alloh. Walaupun semalam suntuk, kau belajar akan terasa enak dan ringan. Sebaliknya bila kamu diperintah sholat malam dua rokaat saja, maka akan terasa berat. Karena sholat malam itu hanya hbungan antara kamu dan Alloh taala. Dan nafsumu tidak dapat bagian sama sekali.

Jadi seumpama kamu baca Al Qur’an atau belajar ilmu itu nafsumu dapat bagian yang berhubungan dengan masyarakat, maka baca Al Qur’an dan belajar ilmu akan terasa ringan.

Seorang ulama berkata, “Nafsuku sangat ingin menikah, lalu aku melihat mihrob dimasjid itu pecah dan mengeluarkan sandal emas yang dihiasi dengan lu’lu’. Lalu aku mendengar perkataan, “ ini sandal calon istrimu”. Kalau sandalnya saja seperti ini bagamana dengan kecantikan wajahnya, lalu seketika itu juga hilanglah rasa keinginan menikah dalam hatiku.

Orang yang diberi kedudukan tinggi/mulia, orang itu pasti tidak suka menoleh/ mencari ditempat sampah.

Berusahalah mengerjakan amalan sholih dengan disamarkanantara dirimu dan Alloh taala. Keluargamu juga jangan sampai tahu, jadikanlah amalmu simpanan dihadapan Alloh, yang akan kau unduh besok dihari kiamat.

Karena sesungguhnya nafsu itu senang menghitung-hitung amal.

Ada seorang ulama yang puasa empat puluh tahun dan keluarganya tidak ada yang mengetahuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar