Terjemahan Tazkiyatun Nafs
Bab 7. Mulia dan Dermawan
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du: Berikut ini pembahasan tentang ‘karm’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Hakikat Karm
Karm artinya sikap mulia, dermawan, dan pemurah. Kata “karm” ini dipakai untuk setiap perkara yang terpuji yang terdiri dari berbagai macam kebaikan, kemuliaan, sikap dermawan, suka memberi, dan suka berinfak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Siapakah manusia paling mulia?” Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang paling bertakwa kepada Allah.” Para sahabat bertanya, “Bukan ini pertanyaan kami kepadamu?” Beliau menjawab,
فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ
“Manusia paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah putera Nabi Allah (Ya’qub) putera Nabi Allah (Ishaq) putera kekasih Allah (Ibrahim).” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati Yusuf ‘alaihis salam dengan ‘karm’ (mulia) karena berkumpul pada dirinya kemuliaan kenabian, ilmu, keindahan fisik, rasa ‘iffah (menjaga diri), kemuliaan akhlak, sikap adil, dan kepemimpinan dunia dan agama. Dia adalah seorang nabi, putera seorang nabi dari putera seorang nabi. Kemurahan Allah
Di antara sifat Allah Subhaanahu wa Ta’ala adalah bahwa Dia Mahamulia, yakni banyak kebaikannya, Pemurah Yang Selalu Memberi; dimana pemberian-Nya tidak pernah habis. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
يَدُ اللَّهِ مَلاَى لاَ تَغِيضُهَا نَفَقَةٌ ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ والنَّهَارَ وقَالَ أَرَأَيْتُمْ مَا إِنَّفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَا ءَ والاَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ
“Tangan Allah selalu penuh, tidak berkurang karena memberi, Dia Selalu memberi di malam dan siang hari.” Lalu Beliau bersabda, “Bagaimana menurutmu jika ternyata Dia telah memberi sejak diciptakan-Nya langit dan bumi, namun tidak berkurang sama sekali apa yang ada di Tangan-Nya?” (HR. Bukhari-Muslim) Kemurahan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mulia dan paling baik nasabnya, manusia paling dermawan dan paling pemurah dalam memberi dan berinfak. Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
مَا سُئِلَ رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ عَلَى اْلِإسْلَام شَيْئًا إِلاَ أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمَا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ إِلىَ قَوْمهِ، فَقَالَ: يَا قَوْم أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءً لاَ يَخْشَى اْلفَاقَةَ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk Islam kecuali Beliau berikan, pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu Beliau berikan kepadanya kambing (yang banyaknya hampir memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan berkata, “Wahai kaumku! Masuk Islamlah! Sesungguhnya Muhammad itu jika memberi tidak takut miskin.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, bahwa beberapa orang menyembelih kambing, lalu membagikannya kepada orang-orang miskin, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa yang tersisa darinya?” Ia menjawab, “Tidak tersisa selain pundaknya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semuanya tersisa selain pundaknya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi dan Ash Shahiihah (2544))
Maksudnya, bahwa yang disedekahkan seseorang di jalan Allah adalah yang kekal pada hari Kiamat, dan tidak ada yang fana’ selain yang ia pakai di dunia ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَ مَالُ عبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ
“Tidaklah berkurang harta seorang hamba karena bersedekah.” (HR. Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5809).
Macam-macam sikap mulia
Oleh karena sikap mulia itu dipakai untuk perbuatan yang terpuji, maka ia memiliki banyak macamnya. Di antaranya:
Sikap mulia kepada Allah Seorang muslim adalah orang yang bersikap mulia kepada Allah, yaitu dengan berbuat ihsan dalam beribadah dan menjalankan ketaatan, mengenal Allah dengan sebenarnya, mengerjakan yang diperintahkan, dan menjauhi yang dilarang.
Sikap mulia kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Yaitu dengan mengikuti sunnahnya, berjalan di atas manhajnya, mengikuti petunjuknya dan memuliakannya. Sikap mulia kepada diri sendiri Yaitu dengan tidak menghinakan dirinya atau merendahkannya serta menjerumuskannya untuk mengatakan perkataan yang buruk atau melakukan tindakan sia-sia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifati ‘ibadurrahman, bahwa mereka adalah,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka melalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Terj. QS. Al Furqan: 72) Sikap mulia kepada keluarga dan kerabat
Seorang muslim memuliakan istri, anak, dan sanak saudaranya, yaitu dengan bergaul baik terhadap mereka dan menafkahi mereka. Dan ia memulai dari istri dan anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ»
“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan budak, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah yang engkau infakkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim)
«إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ»
“Jika seseorang berinfak untuk keluarganya sambil mengharapkan keridhaan Allah, maka hal itu adalah sedekah baginya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Sedekah kepada kerabat juga memiliki keutamaan yang besar, karena ia akan memperoleh pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturrahim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّدَقَةُ عَلَى المِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
“Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, sedangkan kepada kerabat ada dua; sedekah dan silaturrahim.” (HR. Tirmidzi)
Sikap mulia kepada orang lain Bentuk-bentuk sikap mulia kepada orang lain sangat banyak. Senyum di hadapan mereka merupakan sedekah sebagaimana yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ»
“Janganlah kamu meremehkan perkara yang ma’ruf sedikit pun meskipun kamu hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim). Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
«كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ»
“Setiap persendian manusia harus bersedekah; setiap hari ketika matahari terbit, bersikap adil terhadap dua orang yang bertengkar adalah sedekah, membantu seseorang menaiki hewannya, lalu ia angkut ke atasnya atau ia angkut barangnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dia langkahkan menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan hal yang mengganggu dari jalan adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
«كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ»
“Setiap perkara ma’ruf adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih)
Sikap mulia ketika kaum muslimin membutuhkan Seorang muslim wajib berinfak untuk membantu kebutuhan kaum muslimin. Contohnya di waktu perang, ia harus memperbanyak infak untuk menyiapkan pasukan kaum muslimin. Di saat-saat krisis pendidikan, maka ia rela mengorbankan hartanya untuk membantu kelancaran pendidikan. Jika di sana sedang terjadi wabah atau penyakit misalnya, maka ia mengorbankan hartanya sebagai bentuk peran serta mengatasi penyakit ini. Dan jika seorang muslim mengetahui kebutuhan saudaranya yang muslim di sebuah negeri Islam, dimana negeri tersebut membutuhkan obat atau bahan makanan bergizi, maka hendaknya ia segera membantunya. Keutamaan dermawan dan sikap mulia
1. Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan melipatgandakan pahala orang yang berinfak. Dia berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Terj. QS. Al Baqarah: 261)
2. Sikap mulia merupakah berkah bagi harta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidak ada pagi hari yang dilalui manusia, kecuali ada dua malaikat yang turun; yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang satu lagi berkata, “Ya Allah, berilah kebinasaan bagi orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sikap mulia adalah kemuliaan di dunia dan keutamaan di akhirat, menjadikan seseorang dicintai oleh Allah kemudian dicintai manusia. Kisah kedermawanan
Disebutkan, bahwa Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah mengirimkan kepada Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anhaa harta berjumlah 180.000 dirham, lalu Aisyah radhiyallahu ‘anha mengambilnya untuk membagi-bagikan harta itu, ia pun membagikan harta itu semuanya, padahal ketika itu ia sedang puasa, maka ia memerintahkan budaknya untuk menyiapkan makanan untuk berbuka, budaknya pun menyiapkan roti dan minyak sambil berkata kepada Aisyah, “Tidakkah harta yang engkau bagikan hari ini engkau belikan daging satu dirham untuk kita berbuka.” Demikianlah Aisyah, ia menyedekahkan dalam jumlah besar ini dan sampai lupa menyisakan satu dirham untuk dirinya berbuka puasa.
Suatu ketika, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu membawakan harta yang banyak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu wahai Umar?” Ia menjawab, “Aku sisakan untuk mereka separuh hartaku.” Kemudian datang Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu membawakan semua hartanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk anak-anakmu wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar