Kitab tajul 'Arus. Bab 9 c "Sembunyikan maksiatmu
Silahkan bagikan keFacebookTwitter
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemahan Kitab
Tajul ‘Arus
Al-hawiy li tahdzibin Nufus
Karya
Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari
Sembunyikan maksiatmu
Apabila kamu terpaksa maksiat, maka carilah tempat yang tidak ada seorangpun yang melihatmu.
Dan carilah orang lain yang kuat bermaksiat, sedang kamu tidak mampu untuk melakukan maksiat tersebut.
Kamu itu orang yang mengambil kenikmatan dari Alloh, dan kamu bermaksiat dengan nikmat tersebut. Kamu itu orang yang membuat macam-macam perkara yang bertentangan dengan Alloh. Satu ketika dengan ghibah, satu ketika dengan adudomba/namimah, satu ketika dengan melihat perkara yang diharamkan oleh Alloh.
Perkara yang kau bangun dalam waktu 70 tahun kamu robohkan hanya dalam satu nafas.
Wahai orang yang merobohkan ketaatan, Alloh tidak memberikan kamu kesempitan/kesusahan kecuali untuk mengngkat derajatmu kepada Alloh, dan supaya kamu sadar dan sowan kepada Alloh.
Wahai orang yang tenggelam dalam syahwat(kesenangan nafsu) dan maksiat. Alangkah baiknya kalau syahwat dan maksiat itu kau gunakan untuk perkara yang di bolehkan oleh Alloh.
Orang yang kau ajak bergaul dengan tingkah yang tidak baik(dunia), lalu orang tersebut mengajak mu dengan macam-macam kenikmatan(kebaikan), bagaimana kamu tidak suka dia? Orang yang mengajak kamu bergaul dengan kemuliaan, sedang kamu mengajak dia bergaul dengan sifat-sifat yang tercela, bagaimana kamu tidak suka pada dia?
Tidak ada seorangpun yang mau menemanimu itu memberi manfaat kepadamu, semua orang yang bersahabat dengan kamu itu sesungguhnya dia mencari manfaat untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya cinta istrimu kepadamu itu hanya supaya dia bisa mengambil manfaat darimu, seperti kehidupan dan pakean.
Begitu juga anak yang berkata, “diriku sungguh untuk (kebutuhan) ayah”. Maka ketika kamu sudah tua dan sudah tidak punya kekuatan, dan tidakpunya kemampuan, mereka akan meninggalkan kamu.
Apabila kamu mau memutuskan hubungan (bergantung) pada makhluk, Alloh akan membukakan pintu kedamaian kepadamu. Karena para wali Alloh itu memaksa dirinya dengan menyepi (kholwat) dan menghindar dari bersama masyarakat (uzlah). Sehingga mereka dapat mendengar dawuh dari Alloh (lewat ilham), dan damai menghadap Alloh.
Apabila kamu ingin membersihkan cermin hatimu dari kotoran, maka buanglah perkara, seperti yang dibuang para wali. Yaitu merasa damai bersama makhluk. Damai/tenang berjalan menuju seseorang, dan cocok dengan seseorang. Dan jangan kau duduk dipintu-pintu kampung.
Siapa saja yang sudah membuat persiapan, maka dia harus minta pertolongan Alloh swt. Dan ketika Alloh telah memberi persiapan padamu, Alloh akan membukakan pintu bantuan kepadamu. Siapa yang membaguskan cara mengetuk pintu, dia akan dibukakan pintu tersebut. Karena banyak orang yang menginginkan dibukakan pintu, tapi dia tidak membaguskan cara mengetuk pintunya, orang tersebut akan ditolak karena jeleknya adab, maka pintu tidak akan dibuka.
banyak hamba menerima pemberian itu karena sedikitnya diam. Apabila kamu taqorrub kepada Alloh, tentu kamu mendengar dawuhnya Alloh secara terus-menerus, baik di pasar atau dirumahmu. Akan tetapi orang yang terjaga tentu dia akan menyaksikan, dan siapa yang tidur, maka telinga hatinya tidak akan mendengarkan. Dan penglihatan hatinya tidak akan bisa menyaksikan. Karena hijab-hijab hatinya terlalu banyak.
Apabila hamba itu cerdas, tentu tidak akan menghadap kecuali kepada Alloh ta’ala, dan tidak akan duduk kecuali dihadapan Alloh, dan tidak akan minta fatwa selain kepada Alloh. Karena kanjeng Nabi saw. Telah bersabda “mintalah fatwa kepada hatimu, walaupun banyak orang memberi fatwa kepadamu”. Karena khotir (krentek) ilahiyyah, itu pasti dating dari Alloh. Dan itu pasti cocok. Terkadang orang yang memberi fatwa itu salah, sedangkan hati tidak akan salah. Ini dikhususkan hati yang bersih/suci. Dan mintalah fatwa kepada orang yang alim, dan tidak ada orang yang alim yang lupa kepada Alloh ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar