📄Terjemahan Tauhid Sanusiyah (Ummul Barahin)
أما برهان وجوده تعالى فحدوثُ العالم لأنه لو لم يكن له مُحدِث بل حدث بنفسه لزم أن يكون أحدُ الأمرين المتساويين مساويا لصاحبه راجحا عليه بلا سبب وهو محال.
ودليل حدوث العالم ملازمته للأعراض الحادثة من حركة أو سكون أو غيرهما وملازم الحادث حادث.
ودليل حدوث الأعراض مشاهدة تغيرها من عدم إلى وجود ومن وجود إلى عدم.
وأما برهان وجوب القِدم له تعالى فلأنه لو لم يكن قديما لكان حادثا فيفتقر إلى مُحدِث فيلزم الدورُ أوالتسلسل.
1. Wujud (ada)
Bukti wujudnya Alloh swt adalah barunya alam (baru muncul/ada dari yang sebelumnya tidak ada), karena seandainya tidak ada yang menjadikan alam, tapi alam terwujud dengan sendirinya, maka akan terjadi suatu kesamaan antara ada dan tiada atau keunggulan salah satunya tanpa ada sebab yang mengunggulkannya, dan itu mustahil. Gambarannya, ada sebuah timbangan yang kanan-kirinya terdapat benda yang sama berat, tiba-tiba yang kiri turun ke bawah (lebih berat) tanpa ada sebab yang mendorongnya, baik kejatuhan benda lain, dihembus angin atau ditekan dengan tangan, bukankah itu mustahil ?. Jadi mustahil adanya benda baru, dari yang tadinya tiada, menjadi ada, tanpa ada yang membuatnya, sehingga setiap benda baru pasti ada penciptanya, yang menciptakannya dari tiada menjadi ada, dan yang menciptakannya itu pasti ada (wujud), karena sesuatu yang tidak ada, pasti tidak bisa mengadakan sesuatu.
Adapun bukti bahwa alam ini baru adalah, karena alam ini menetapi sifat-sifat baru (‘irdh), seperti bergerak dan diam, serta terdiri dari berbagai bentuk (ada hewan, tumbuhan, bebatuan dll). Sedang sesuatu yang tidak bisa terlepas dari sifat baru, pasti merupakan benda baru. Bukti bahwa ‘irdh (sifat, tabiat, kelakuan yang ada pada jirm) itu baru adalah terlihatnya perubahan-perubahan dari tiada menjadi ada, dan dari ada menjadi tiada, misal dari kecil (tidak besar) menjadi besar, dan dari putih (tidak hitam) menjadi hitam, atau sebaliknya.
2. Qidam (dahulu tanpa permulaan)
Bukti qidamnya Alloh adalah, seandainya Alloh tidak qidam, maka pasti Dia khaadits (baru), sehingga butuh yang mewujudkannya (membuatnya baru, mukhdits), akibatnya akan pasti akan terjadi daur (siklus) atau tasalsul (rantai).
Daur (lingkaran sebab akibat) ialah adanya masing-masing dari dua benda atau lebih, tergantung pada adanya yang lain. Berarti masing-masing terwujud sebelum sebabnya wujud. Ini jelas salah. Gambaran kemustakhilannya : Tuhan A dicipta oleh tuhan B, tuhan B dicipta oleh tuhan C, tuhan C dicipta oleh tuhan D, sedang tuhan D dicipta oleh tuhan A sendiri…, jadi tuhan A itu ada sebelum dzatnya sendiri ada, karena diciptakan oleh hasil ciptaannya sendiri, ini jelas-jelas salah.
Tasalsul ialah keadaan berturut-turut dan susul-menyusulnya beberapa hal sejak zaman azali (tak ada permulaan), dan tak ada habis-habisnya. Gambaran kemustakhilannya : Tuhan 1 dicipta oleh tuhan 2, tuhan 2 dicipta oleh tuhan 3, tuhan 3 dicipta oleh tuhan 4, dan seterusnya tak terhingga. Ini jelas mustahil.
وأما برهان وجوب البقاء له تعالى فلأنه لو أمكن أن يلحقه العدم لانتفى عنه القِدم لكون وجوده حينئذ جائزا لا واجبا، والجائز لا يكون وجوده إلا حادثا كيف وقد سبق قريبا وجوب قدمه تعالى وبقائه.
وأما برهان وجوب مخالفته تعالى للحوادث فلأنه لو ماثل شيئا منها لكان حادثا مثلها وذلك محال لما عرفتَ قبلُ من وجوب قدمه تعالى وبقائه.
وأما برهان وجوب قيامه تعالى بنفسه فلأنه تعالى لو احتاج إلى محل لكان صفة والصفة لا تتصف بصفات المعاني ولا المعنوية، ومولانا جل وعز يجب اتصافه بهما فليس بصفة، ولو احتاج إلى مُخصص لكان حادثا كيف وقد قام البرهان على وجوب قدمه تعالى وبقائه.
وأما برهان وجوب الوحدانية له تعالى فلأنه لو لم يكن واحدا لزم أن لا يوجد شىء من العالم للزوم عجزه حينئذ.
وأما برهان وجوب اتصافه تعالى بالقدرة والإرادة والعلم والحياة فلأنه لو انتفى شىء منها لما وُجد شىء من الحوادث.
وأما برهان وجوب السمع له تعالى والبصر والكلام فالكتاب والسنة والإجماع، وأيضا لو لم يتصف بها لزم أن يتصف بأضدادها وهي نقائصُ والنقص عليه تعالى محال.
وأما برهان كون فعل الممكنات أو تركها جائزا في حقه تعالى فلأنه لو وجب عليه تعالى شىء منها عقلا أو استحال عقلا لانقلب الممكن واجبا أو مستحيلا وذلك لا يُعقل.
3. Baqa’ (kekal)
Bukti kekalnya Alloh adalah, seandainya Alloh tidak kekal maka Alloh pasti bersifat fana’ (rusak), yang artinya berpeluang menjadi tidak ada (‘adam), tapi ini mustahil, karena Alloh sendiri bersifat qidam (dahulu tanpa permulaan, tidak pernah menemui masa ketiadaan), dengan bukti yang telah lalu. Karena ketika tidak kekal, maka wujudnya Alloh adalah jaiz (bisa ada, bisa tiada), bukan wajib (pasti ada), sedang sesuatu yang jaiz adanya, pastilah baru.
4. Mukhalafatu lil hawadits (Beda dengan makhluq)
Bukti Alloh berbeda dengan makhluq-Nya adalah, seandainya Alloh memiliki sifat-sifat makhluq, seperti berupa ‘irdh atau jirm, maka Alloh pastilah baru, sama seperti makhluq-makhluq itu. Hal ini mustahil dengan bukti dari sifat qidam dan baqo yang telah lalu.
5. Qiyamuhu binafsih (Berdiri Sendiri)
Bukti Alloh berdiri sendiri adalah, seandainya Aloh membutuhkan tempat, maka Alloh pasti berupa sifat, padahal sifat itu tidak bisa disifati dengan sifat-sifat ma’aniy maupun ma’nawiyyah, sedang Alloh sendiri wajib (pasti) bersifat dengan kedua sifat-sifat itu, jadi Alloh pastilah bukan berupa sifat. Salah satu ciri esensi/sifat dan jasmani adalah membutuhkan sandaran atau tempat, seperti tubuh kita, warna, rasa dan lainnya. Seandainya Alloh membutuhkan mukhoshshish (penentu, yang mewujudkan), pastilah Alloh itu baru, bagaimana itu terjadi ?! padahal bukti Alloh itu bersifat qidam dan baqo telah terang di depan.
6. Wahdaniyyah (Esa)
Bukti bahwa Alloh itu Maha Esa adalah, seandainya Alloh tidak esa, pastilah alam ini tidak terwujud sama sekali, karena lemahnya Alloh sendiri ketika itu. Misal seandainya di situ ada dua tuhan, maka kemungkinan bisa terjadi perselisihan diantara keduanya, yang satu menghendaki menciptakan sesuatu, sedang yang lain malah menghendaki meniadakannya, maka ketika itu pasti keduanya lemah, karena tujuan keduanya tak mungkin terwujud secara bersamaan, karena mengadakan dan meniadakan adalah perbuatan yang saling berlawanan, tak terwujud pula tujuan salah satunya saja, karena hal itu menunjukkan lemahnya tuhan yang tujuannya tak terwujud, sedang kedua tuhan itu harus mempunyai sifat yang sama, sehingga hal itu pula menunjukkan kelemahan yang lainnya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Rusydi pernah berkata : “ketika salah satu tujuannya terwujud, yang lain tidak, maka yang terwujud tujuannya itulah Tuhan yang sebenarnya (al-ilah)”.
7. Qudrot (kuasa), Irodat (berkehendak), ‘Ilmu (tahu) dan Hayat (Hidup)
Bukti Alloh bersifat qudrot, irodat, ‘ilmu dan hayat adalah, seandainya Alloh tidak memiliki salah satu dari keempat sifat itu, maka pasti memiliki sifat kebalikannya, sehingga tidaklah tercipta seonggok makhluqpun. Maksudnya seandainya Alloh lemah (‘ajz), terpaksa (tak memiliki kemauan, karohah) atau bodoh (jahl), maka pastilah penciptaan alam tak akan terwujud. Seandainya Alloh mati (kebalikan dari khayat), maka pastilah tidak mungkin memiliki sifat yang 20 itu, karena syarat untuk memiliki kedua puluh sifat itu adalah harus hidup, sehingga pastilah alam ini tak akan bisa terwujud.
8. Sama’ (mendengar), Bashor (melihat) dan Kalam (berfirman)
Buktinya adalah al-Qur’an, sunah dan ijma’. Dan juga seandainya Alloh tidak bersifat sama’, bashor, dan kalam, maka pastilah bersifat kebalikannya (tuli, buta dan bisu), sedang sifat kebalikannya itu merupakan kekurangan-kekurangan yang pasti mustahil bagi Alloh yang maha sempurna.
9. Sifat Jaiz
Bukti bahwa melakukan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya adalah wenang bagi Alloh yaitu, seandainya melakukan hal itu adalah wajib secara akal atau mustahil secara akal, pastilah sesuatu yang mungkin itu berbalik menjadi wajib atau mustahil, dan itu tak masuk akal, bagaimana mungkin suatu hakikat berubah menjadi hakikat yang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar