Minggu, 14 November 2021

judul: 2 Orang-orang yang terhijab oleh Kegelapan Murni

 ðŸ““terjemahan: kitab misikat al anwar


📄bab: 3 hijab antara allah dan mahluk


📌judul:  2 Orang-orang yang terhijab oleh Kegelapan Murni



Mereka adalah orang-orang mulhid (ateis), yang tidak beriman kepada Allah dan tidak kepada hari akhir, yang lebih mengutamakan kehidupan dunia di atas kehidupan akhirat, di sebabkan mereka sama sekali memang tidak beriman kepada akhirat. Mereka ini dapat di bagi lagi menjadi sub-sub bagian:



1. Orang yang sangat ingin mencari penyebab adanya dunia dan sekitarnya, lalu mengalihkannya kepada yang di sebut “alam” (nature), sebagai penyebab terwujudnya segala suatu. Adapun “alam” adalah sifat yang tertanam dan menetap pada benda-benda (materi) dan ia adalah sesuatu yang gelap, karena tidak memiliki pengetahuan, penyerapan, kesadaran akan dirinya sendiri ataupun gambaran mengenainya. Ia tidak memiliki cahaya yang juga dapat di serap oleh penglihatan lahiriah.



2. Orang-orang yang di sibukkan oleh dirinya sendiri dan karena itu tidak sempat mempertanyakan tentang penyebab terwujudnya alam semesta ini. Mereka menjalani kehidupan hewan-hewan sehingga hijab mereka ialah diri mereka sendiri yang padanya tertanam sifat-sifat amat rendah serta hawa nafsu yang amat gelap. Memang, tak ada kegelapan lebih pekat dari pada memperturutkan hawa nafsu. Itulah sebabnya Allah Swt, berfirman:


“Tidaklah kau lihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?


(QS. Al-Furqan 25 : 43).



Demikian pula Rasulullah Saw, pernah bersabda:


“Hawa nafsu adalah sembahan yang paling di benci oleh Allah.”



Orang-orang ini berpecah menjadi kelompok-kelompok kecil. Ada kelompok yang beranggapan bahwa tujuan utama kehidupan dunia adalah pemenuhan ambisi, pemuasan hawa nafsu dan pelampiasan kesenangan hewaniah yang berkaitan dengan seks, makanan, minuman, dan pakaian. Itulah hamba-hamba kelezatan hidup. Mereka menjadikannya sebagai tuhan mereka, mencarinya dengan segala daya upaya serta beranggapan bahwa keberhasilan di bidang itu merupakan puncak kebahagiaan. Bahkan mereka rela mendudukan diri mereka kepada kedudukan hewan-hewan, bahkan lebih keji dari pada hewan. Adakah kegelapan yang lebih pekat dari pada ini? Orang-orang seperti ini sungguh telah ter-hijab oleh kegelapan murni.



Segolongan lainnya beranggapan bahwa tujuan utama manusia adalah penaklukan, penguasaan, penangkapan, penahanan, dan pencabutan nyawa. Begitulah gagasan sebagian bangsa Arab (Badui), suku bangsa kurdi tertentu, dan juga banyak sekali di antara orang-orang tolol. Hijab yang menutupi mereka adalah kegelapan berupa sifat-sifat buas yang karena sifat-sifat tersebut telah sedemikian menguasai mereka, maka mereka menganggap pengejaran buruan mereka itu sebagai puncak kebahagiaan. Jadi, mereka ini sudah merasa puas dengan menempati kedudukan binatang buas, malah lebih rendah lagi. Golongan ketiga beranggapan bahwa tujuan utamanya adalah kekayaan dan kemakmuran, karena harta benda merupakan alat untuk memuaskan setiap hawa nafsu.


Maka yang mereka utamakan adalah penumpukan dan pelipat gandaan kekayaan. pelipat gandaan harta benda, rumah, kebun, logam mulia, burung, domba, sawah dan sebagainya. Orang-orang yang seperti ini menimbun uang mereka di bawah tanah. Anda lihat mereka membanting tulang seumur hidup, menetang bahaya di darat, bahaya di laut, di bukit yang tinggi, di lembah yang curam, mengumpulkan kekayaan, dan mengangkanginya hanya untuk diri mereka sendiri dan entah masih berapa banyak lagi yang lainnya! Mereka inilah yang di maksudkan oleh Rasulullah Saw, ketika beliau bersabda:


“Celakalah orang yang mengabdi kepada uang! Celakalah orang yang mengabdi pada emas!”


Sungguh, kegelapan apakah yang lebih pekat dari pada kegelapan yang membutakan manusia terhadap kenyataan bahwa emas dan perak hanyalah dua jenis logam, yang di cari bukan hanya demi logam-logam itu sendiri, yang tidak lebih baik dari pada batu kerikil kecuali bila di jadikan sarana untuk mencapai berbagai tujuan, dan di belanjakan untuk hal-hal yang memang perlu? 



Golongan keempat maju selangkah labih jauh ketimbang ketololan total golongan ketiga tadi, dan beranggapan bahwa kebahagiaan yang besar dapat di temukan pada besarnya pamor pribadi, luasnya kemasyarakatan diri sendiri, penambahan jumlah pengikkut dan pengaruh atas orang lain.


Anda lihat orang-orang ini mengagumi diri mereka di muka cermin! Salah satu dari mereka, yang kelaparan dan latah di dalam rumahnya, akan membelanjakan uangnya yang pas-pasan untuk membeli pakaian, dan berupaya untuk mematut-matut dirinya sebaik mungkin dengan pakaian itu, semata-mata untuk menghindari pandangan yang menghina bila ia bepergian ke luar rumah.



Masih banyak lagi kelompok-kelompok kecil lainnya yang tak terbilang jumlahnya. Mereka semua ter-hijab dari Allah Swt, akibat suatu kegelapan murni, yaitu diri mereka sendiri yang dalam keadaan gelap. Tak perlu kiranya menyebutkan tentang orang-perorangan dari kelompok-kelompok tersebut di atas sesudah penjelasan kami mengenai mereka itu menurut janisnya masing-masing. Termasuk dalam bilangan mereka itu, sekelompok orang yang mengucapkan la ilaha ilallah, akan tetapi besar kemungkinannya mereka terdorong mengucapkannya oleh perasaan takut atau mengharapkan perlindungan dari kaum Muslim, atau untuk mengambil hati mereka, atau ingin memperoleh sesuatu dari kekayaan mereka, atau di sebabkan fanatisme dami membela agama atau mazhab nenek moyang.


Orang-orang seperti ini apabila tidak terdorong oleh ucapan syahadatain itu untuk mengerjakan amal-amal shaleh, pasti ucapan itu tidak akan mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan dan memasukan mereka ke dalam cahaya keimanan. Bahkan. Teman-teman dan pelindung-pelindung mereka adalah thaghut (tiran) yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam kegelapan. Adapun orang yang kena pengaruh ucapan itu, sehingga merasa sedih di sebabkan amal-amal buruknya, dan merasa senang dengan amal-amal baiknya, maka orang seperti itu berada di luar kegelapan yang murni, kendatipun ia banyak berbuat pelanggaran atau maksiat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar