📓terjemahan kitab fathur robbani.
Shakh Abdul Qodir al-Jailani.
📄Majelis ke 1 "Jangan Berpaling Dari Alloh"
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
(Hari Ahad Pagi tanggal 3 Syawal tahun 545 H) Di Pesantrennya.
Berpaling dari Allah Azza wa Jalla ketika ketentuan TakdirNya turun (atau telah terjadi padamu), berarti pertanda:
matinya Agama,
matinya Tauhid,
matinya Tawakkal dan
matinya keIkhlasan.
Sedangkan qalbu orang-orang mukmin tidak tahu hal itu,
kenapa dan bagaimana sehingga tidak tahu.
Bahkan mengatakan:
“iya” (atas tindakan menyimpang itu).
Nafsu itu, secara keseluruhan selalu bertentangan dengan ajaran agama allah dan tokoh jahat. Siapa yang ingin memperbarui jiwanya, hendaknya dia memerangi nafsunya sehingga aman dari kejahatan nafsunya itu. Karena nafsu itu semuanya adalah buruk dalam keburukan. dan jika anda telah memerangi, dan anda bisa tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda patuh kepada Allah dan meninggalkan seluruh kemaksiatan. Di sinilah yang di katakan dalam al-Qur an:
“Wahai jiwa yang tenteram kembalilah kepada Tuhanmu dengan jiwa yang rido dan di ridoi oleh Tuhan
Jiwa meraih keteguhan, dan karna itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk manapun. Benarlah jika hal ini di kaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as (ketika di bakar raja nambrud), yang telah keluar dari nafsunya dan telah tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram, di saat itu berbagai macam makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka masing-masing untuk membantunya.
Lalu Ibrahim as, menegaskan:
“Aku tidak ingin pertolongan kalian, karena Kemahatahuan allah atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku untuk permintaanku”
Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu, di katakan pada api:
“Jadilah dirimu dingin dan selamatkan Ibrahim”
Sebagai pertolongan Allah Azza wa-Jalla bagi mereka yang sabar di dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhiratpun tanpa terhitung pula. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan di berikan pahalanya tanpa terhingga.”
Segala hal tidak akan pernah tersembunyi di Mata Allah, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama Allah sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar di saat itu sendiri.
Allah bersama orang-orang yang sabar. Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka bersabarlah bersama Allah. Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya. Jangan sampai anda baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut (seperti firaun) adalah tindakan yang sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemui maut. Sadarlah sebelum anda di sadarkan oleh allah melalui penyaksian yang membuat anda menyesal di waktu sebuah penyesalan tidak ada artinya lagi.
Perbaikilah hatimu,
sebab jika hatimu baik seluruh dirimu dan perilakumu akan baik pula.
Karena itu Nabi SAW bersabda:
“Dalam diri manusia ada segumpal daging, jika daging itu baik maka baik pula seluruh tubuh, dan jika buruk maka akan buruk pulah perilaku jasadnya. dan Ingatlah bahwa daging itu adalah hati atau Qalbu.”
Memperbaiki qalbu itu dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah Ta’ala, mentauhidkanNya, dan ikhlas dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak di lakukan justru akan merusak qalbu.
Qalbu ibarat burung yang terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafora burung bukan dengan sangkar, mutiara bukan dengan bejana, dan harta bukan dengan perbendaharaan.
Ya Allah, sibukkanlah tubuhku dalam kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifatMu, dan sibukkanlah sepanjang hayatku di dalam malam-malam dan di siang hari. Kumpulkanlah kami dengan orang-orang dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau limpahi mereka, dan semoga Engkau perlakukan kami, seperti Engkau memperlakukan mereka. Amin.
Wahai kaum sufi!
Jadilah kalian hanya untuk Allah, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya. Sehingga kalian meraih yang telah mereka raih.
Bila kalian ingin agar Allah Ta’ala semata bagi kalian,
maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersamaNya, rido atas tindalakanNya baik pada diri kalian maupun pada orang lain.
Kaum Sufi senantiasa zuhud di dunia dan mereka meraih bagian dari dunia dengan tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya.
Mereka menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.
Anakku, nasihatilah dirimu baru setelah itu nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan terburu buru memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yang masih harus di perbaiki.
Celakalah anda jika merasa lebih tahu dari orang lain padahal anda buta, bagaimanakah anda akan menuntun orang lain? Orang yang menuntun orang lain harus orang yang hatinya sudah melihat.
sesungguhnya yang bisa memberikan arahan untuk membersihkan jiwa mereka adalah orang yang telah menyelami lautan yang jernih dan terpuji. Orang yang bisa menunjukkan jalan menuju Allah Ta’ala adalah orang yang ma’rifat pada Allah. Sedangkan orang yang bodoh pada Allah tentu tidak akan bisa menunjukkan jalan makrifat kepada mereka
Tak ada kalam bagi anda dalam melaksanakan perintah Allah, anda mencintai allah dan beramal kepada allah, bukan untuk selain allah. Anda harus takut pada allah bukan takut pada yang selain allah. Dan semua itu adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan (semata). Semua itu tersembunyi dan tidak di ketahui orang banyak (ini berupa nur dari allah di dalam hati, bukan fikiran dan pengakuan semata
jika Tauhid adalah pintu rumah, dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yang sesungguhnya. Sesungguhnya anda sial jika ucapan anda penuh dengan retorika ketaqwaan, sedangkan hati anda penuh dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda menentangNya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan mereka tidak di perintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan, demi kepatuhan pada allah dalam agama”
Tinggalkanlah sekutu anda dengan makhluk (karna itu adalah syirik), dan manunggalkanlah diri anda pada Allah Ta’ala. Karena Dialah Pencipta segalanya, semuanya. Dan di TanganNyalah segala sesuatu berada. Wahai para petualang dunia yang tidak mencari allah, apakah anda tidak berfikir bahwa adakah sesuatu yang di luar gengaman perbendaharaan Allah ta’ala?
“Dan tak ada sesuatupun kecuali bagi kami perbendaharaanNya.”
Wahai muridku, jika anda ingin selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada allah dengan kesabaran, mengikat diri pada kesesuaian diri dengan aturan Ilahi, terus ber-ibadah sambil menunggu jalan keluar. Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari Sang penguasa Takdir, melaui Fadol dan anugerahNya, lebih dari kebajikan yang anda cari dan yang anda harapkan.
Wahai kaum Sufi. Sesuaikanlah diri kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yang terus berjuang dalam kesesuaian dengan Qadar. Kesesuaianku dengan ketentuan Takdir telah melangkahkan diriku kepada yang maha Kuasa.
Muridku, kemarilah.
Tunduklah kepada Allah Ta’ala, tunduklah terhadap takdir dan tindakanNya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak pada kesesuaian takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita harus memuliakan takdirnya karena allahlah yang mengutusnya. Jika kita berbuat demikian maka kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (yaitu Sang Kuasa Takdir).
Anda di persilakan meminum dari lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali itu) adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.
Wahai para murid, hendaknya engkau bertaqwa, berpijak pada aturan syariat, melawan kepentingan nafsu, kepentingan syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka tidur karena lelap (bukan menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata-kata mereka menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita berkata esok di hari kiamat, bicara kepada Allah, seakan-akan mereka berkata seperti benda-benda padat ini semua yang berkata kata. dan jika Allah menghendaki mereka, Allah menyiapkan mereka untuk tabligh kepada sesama dengan memperingatkan dan memberi kabar gembira dengan hujah-hujah yang meyakinkan. dan begitulah Allah menggerakkan lisan para Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah Ta’ala mewafatkan, maka para pewarisnya dari para Ulama yang mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu demi kebajikan makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.
“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”.
Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmatNya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah Ta’ala.
“Apa yang datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah.”
Manakah syukur anda itu wahai orang-orang yang berselingkuh dari nikmat allah?
Wahai orang yang memandang nikmat allah tetapi apakah anda masi menganggap nikmat itu datang dari selain Dari allah?
Terkadang kalian melihat nikmat itu dari Allah, terkadang anda melihatnya bukan dari Allah, dan apakah anda menunggu sesuatu yang bukan dari Allah?
Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat nikmat itu, apakah itu demi kepentingan hawa nafsu kemaksiatan anda?
Wahai muridku, anda sangat membutuhkn kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa mencabutmu dari kemaksiatan anda dan dosa-dosa anda. Anda membutuhkan muroqobah yang mengingatkan anda bahwa Allah Ta’ala memandangi anda. Anda sangat membutuhkan semua itu dalam khalwat-khalwat anda, serta untuk memerangi hawa nafsu anda dan syetan-syetan. Karena
runtuhnya kebesaran manusia itu adalah oleh kesalahannya.
Runtuhnya ahli zuhud karna syahwat dan kesenangannya.
Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinasi dalam khalwatnya.
Runtuhnya para Shiddiqin adalah karna dalam detak detak hati mereka yang masi berharap, bersandar, berpasrah, berserah, bergantung, pada selain allah.
para sufi di sibukkan memelihara hati mereka, karena mereka tidur di pintu Allah. Mereka tegak berdiri di panggung dakwah, mengajak makhluk untuk mengenal Allah Ta’ala. Mereka terus menerus memanggil hati sambil mengumandangkan,
“Wahai masyarakat qalbu,
wahai para ruh,
wahai manusia,
wahai Jin,
wahai penempuh jalan Ilahi,
kemarilah-kemarilah menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya dengan telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal selain Allah. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata kebajikan makhluk, hasratnya membumbung ke langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata surya.
Wahai muridku, tinggalkan nafsumu. Jadilah kalian sebagai tanah yang di injak oleh para Sufi, menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka.
Allah berfirman,
“Allah mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari kehidupan.”
Allah mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orang tuanya yang mati dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah berfirman dalam hadits Qudsi,
“Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”.
Karena Iblis yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu
Inilah akhir zaman. Pasar kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh celakalah anda jika jiwa anda di selubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran, kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?
Karena itu jauhilah dan jangan bersama dengan kendali orang orang itu dan jangan bergabung (dengan rombongan mereka). Penjarakan semua kebusukan itu, sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau lepas engkau akan di kendalikannya.
Anda juga jangan memanjakan seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil yang belum memiliki kepandaian (ilmu). bagaimana bisa anda belajar pada anak kecil yang kurang ilmu dan anda menerimanya?
dan syetan adalah musuhmu dan musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan dan menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama syetan anda juga akan dia bunuh sebagaimana syetan membunuh kedua orang tuamu (adam dan hawa). Karena itu jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat, Shidq, mohon pertolongan Allah, semua sebagai bala tentaramu. Itulah senjata, dan itulah pasukan jika kamu harus mengusirnya, menyerangnya, memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya sedangkan Allah bersama anda?
Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan melepasan seluru keinginan pada mahluk di hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun selain Allah, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan perkara kemakhlukan. Putuskan semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di sana,
maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu,
akhirat untuk hatimu,
Allah untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).
Wahai sahabat. Jangan sampai anda bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua melainkan hanya bersama Allah Azza wa Jalla. jika anda demikian maka benar-benar anda sampai pada Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama, hidayah datang dari Allah, di mana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.
Taubatlah anda dari dosa anda, bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.
Lepaskan semua maksiatmu dengan taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah secara hakiki. Bukan dengan kesemuan dan kepura-puraan.
Itulah amaliyah qalbu setelah penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah juga punya amaliyah. Qalbu yang telah keluar dari aturan sebab akibat duniawi dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah, dan lautan IlmuNya bersama allah. Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab akibat.
“Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”
Allah menunjukkan dari satu benua ke benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua kemandirian yang istiqomah.
jika di sebut Tuhannya maka memancarlah ekspressinya dan terbukalah tirai-tirai karena qalbu hanya menempuh jalan yang menuju kepada Allah Ta’ala, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di belakangnya.
jika dalam perjalannan ada ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba muncul imannya, lalu membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu berganti dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui taqarrubnya.
Wahai muridku. Jika telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa seperti itu maka anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari api yang memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat hati jadi gelisah. Jika itu terjadi dari kaum beriman maka Allah menumpahkan air Kasih sayangNya dan kelembutanNya, lalu Allah membukakan pintu akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.
jika mereka tenteram dan tenang, serta riang jiwanya sejenak maka Allah akan membukakan pintu keagungan allah. Kemudian Allah menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yang membuat mereka sangat ketakutan di banding yang pertama, tiba-tiba Allah membukakan pintu KemahaindahanNya dan mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.
Wahai sahabatku. Jangan sampai rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan dan yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanyalah rasa dari nafsu dan watak. Lalu manakah rasa dari qalbu dan sirrmu? ketahuilah bahwa Cita rasa itu adalah menuju Allah Tala.
Cita rasamu adalah cita rasa yang lebih penting dari sekedarnya, yaitu Allah, Tuhanmu dan apa yang ada di sisiNya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang sesungguhnya adalah ahirat. Makhluk semua hanyalah kesemuan, yang hakiki hanyalah Khaliq. Ketika anda meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.
Dunia adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah, maka segeralah beralih, menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.
Wahai para pendusta! Anda mencintai Allah ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana anda lari dari Allah, seakan-akan anda putus cinta dengan allah. Seorang hamba di ukur dengan ujian, jika anda tetap teguh bersama Allah dalam musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah. tapi Jika anda berubah maka sesungguhnya anda sedang berdusta.
Seorang laki-laki datang kepada rasulullah SAW, lalu berkata,
“Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah saw, menjawab,
“Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”
Laki-laki lain datang kepada Nabi SAW, dan berkata:
“Aku mencintai Allah Azza wa-Jalla.” Nabi saw, menjawab,
“Ambillah bencana sebagai pakaian.”
(meridoi semua bencana yang telah dan akan datang dari allah)
Mencintai Allah dan mencintai Rasulullah saw, senantiasa di sertai dengan kefakiran kepada Allah dan ujian. Karena itu sebagian orang saleh berkata,
“Setiap bencana di sertai pertanda agar tidak mudah mengambil pengakuan supaya semua orang bisa mengaku mencintai Allah Ta’ala. Lalu bencana dan kefakiran sebagai pengokoh atas cinta itu”
Ya Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar