Kamis, 18 November 2021

PERMASALAHAN 6. CARA BERIMAN TERHADAP PARA NABI?

 Terjemahan kitab qotrul ghoits.


PERMASALAHAN 6

CARA BERIMAN TERHADAP PARA NABI?

Jika ditanyakan kepadamu: “Bagaimana cara kamu beriman terhadap para Nabi?”.

Maka hendaklah kamu berkata: Yang pertama dari para Nabi adalah nabi Adam as. Nama beliau adalah Syarif, nama kunyah-nya (nama julukan yang memakai kata depan abu atau ummu) Abul Basyar dan nama laqab-nya (nama julukan yang bersifat memuji atau mencela) Shafiullah, dan yang paling utama dari para nabi adalah Sayyidina Muhammad saw. Tidak akan ada Nabi sesudahnya shalawatullah alaihim ajma’in. Mereka semua adalah orang-orang yang menyampaikan kabar tentang perkara-perkara yang ghaib seperti hari kiamat dan keadaan-keadaannya. Yaitu: pembangkitan dari kubur, pembangkitan setelah hari Kiamat, berkumpul dipadang mahsyar, penghitungan, pembalasan, telaga, syafaat, timbangan, shirath, surga, neraka dan lain sebagainya. Mereka adalah orang–orang yang memberi nasehat, yaitu orang-orang yang memurnikan amal dari noda-noda kerusakan, mereka tidak akan menipu kaumnya, mereka orang-orang yang jujur dalam semua kabar dan ajakannya, yang menyuruh pada ketaatan-ketaatan kepada Allah, mencegah dari berbagai kemaksiatan, mereka orang-orang yang diberi kepercayaan oleh Allah terhadap wahyunya yang khafi yang tidak akan keluar kecuali dari lisan para utusan. Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada para nabi-Nya dengan cara yang dikehendakinya, dengan tulisan, mengutus malaikat, mimpi, ilham atau tanpa perantara, sebagaimana yang telah terjadi pada nabi kita diwaktu malam isra’, yaitu wahyu tentang kewajiban shalat tanpa adanya perantara, mereka semua adalah orang-orang yang di-makshum dari segala zilal (kesalahan-kesalahan) yaitu kesalahan-kesalahan kecil, (kata zilal, dengan dibaca kasrah huruf Zai-nya adalah jama’ dari kata zallatun seperti yang telah dikatakan Muhammad Jauhari dalam kitab Syarhu Al-Jazariyah. Adapun kata zalal dengan dibaca fathah huruf Zai-nya adalah bentuk mashdar dari lafadh zalla-yazallu, zalla-yazillu dari bab alima dan dlaraba sepeti yang terdapat didalam kamus dan kitab Al-Misbah) Mereka juga di-ma’shum dari dosa-dosa besar. Maksudnya, sesungguhnya Allah telah menjaga bathin (rohani) dan dlahir (jasmani) mereka dari terlibat atas sesuatu yang dilarang-Nya, meskipun berupa larangan makruh tanzih, dan walaupun waktu dimasa kecil, sebagaimana yang telah dikatakan Ahmad Dardiri. Adapun pendapat Jumhur, dan ini adalah pendapat yang shohih ialah, sesungguhnya mereka di-ma’shum dari segala dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil sebelum kenabian dan sesudahnya. Ke-ma’shum-an mereka adalah wajib seperti yang dikatakan Ahmad Baily. Mencintai mereka dengan hati adalah syarat sahnya iman, dan membenci mereka adalah kufur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar