terjemahan kitab
ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 2: makna rahasia istilah dalam tasawuf
judul 16 Lawaih, Lawami’ Dan Thawali’
Kata-kata tersebut maknanya saling berdekatan, nyaris tidak ada perbedaan besar. Kata kata tersebut merupakan sifat-sifat dari orang yang sedang dalam tahap permulaan (bidayat). Mereka yang sedang menaiki tahap dalam kalbu. Sehingga cahaya matahari ma’rifat tidak menetap abadi dalam diri mereka. Namun Allah swt. mendatangkan rezeki kalbunya dalam setiap saat.
Sebagaimana Allah swt. berfirman:
“Bagi mereka rezeki mereka di dalam surga, pagi dan petang.”
(Qs. Maryam : 62).
Apa bila langit kalbu di penuhi mega dunia, terbayanglah kilatan kasyaf bagi mereka, dan tampaklah kilatan taqarrub. Mereka dalam zaman yang menutup mereka, sedang mereka mengintai kejutan kilatan itu. Mereka seperti di gambarkan dalam syair yaitu:
"Wahai kilatan yang cemerlang
Dari sayap-sayap langit yang benderang"
Lawaih sebagai tahap pertama,
di susul Lawami’,
kemudian Thawali’.
🇱 🇦 🇼 🇦 🇮 🇭
Lawaih seperti kilatan cahaya, tidak akan tampak sehingga cahayanya tertutup.
Dalam syair di katakan:
Kami berpisah setahun
Ketika kami bertemu
Seakan salamnya padaku
Salam selamat tinggal
Mereka berkata:
Wahai orang yang berjalan,
Dan bukan peziarah sebenarnya
Seakan ia terkena api
Lewat di depan pintu rumah tergesa-gesa
Padahal tak ada bencana
Jika ia memasukinya
🇱 🇦 🇼 🇦 🇲 🇮
Sedangkan Lawami’ lebih jelas dari pada Lawaih. Hilangnya cahaya tidak secepat itu. Lawami’ di sinari cahaya beberapa waktu. Namun seperti ucapan syair:
Dan mata menangis,
tak puas-puasnya memandang.
Dalam syair mereka berkata pula:
Tak sampai air wajahnya di mata
Kecuali telah penuh
Sebelum puasnya mendekat
Bila telah tampak cahayanya, ia memutus dirimu dan mengumpulkanmu dengan cahaya itu. Tetapi cahaya siangnya tidak berlalu sampai pasukan-pasukan malam menyerang. Mereka berada di antara pasukan Ruh dan Nuh. Karena mereka berada di antara Kasyaf dan Sitr. Mereka bersyair:
"Sedang malam mengandung kita
Dengan dinginnya yang mencekam
Sementara subuh, menyingkap selimut kita"
🇹 🇭 🇦 🇼 🇦 🇱 🇮
Thawali’ lebih lama dan abadi waktunya, lebih kuat dominasinya dan lebih abadi ketetapannya. Thawali’ mampu menghapus kegelapan dan menyirnakan keraguan. Tetapi tetap berada dalam bisikan yang lenyap. Tidak terlalu tinggi, tidak pula berdiam abadi. Waktu-waktu memperolehnya dengan perjalanan yang cepat dan ihwal lenyapnya berbuntut panjang.
Makna-makna dari Lawaih, Lawami’ dan Thawali’ tersebut berbeda-benda disiplinnya. Antara lain:
☀️ketika kehilangan jejak, tidak sedikitpun memberkas. Sepeti kilatan-kilatan, ketika lenyap, seakan-akan malam panjang nan abadi yang ada.
☀️Ada pula yang meninggalkan bekas, apa bila hilang angkanya, yang ada tinggal dukanya. Apa bila cahaya-cahayanya asing, yang tetap bekas-bekasnya. Orang akan berada di tahap tersebut setelah menghuni luapannya, hidup dalam sorotan berkatnya. Lantas pada hamparan ke dua kalinya, ia berharap dengan waktunya untuk menunggu kembalinya cahaya itu, dan ia hidup dengan sesuatu yang di temui pada saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar