Minggu, 14 November 2021

Sekilas Tentang Ibnu ‘Arabi

 Terjemahan Syajaratul–Kaun

(Ibnu ‘Arabi)

Sekilas Tentang Ibnu ‘Arabi



🇸 🇪 🇰 🇮 🇱 🇦 🇸   🇹 🇪 🇳 🇹 🇦 🇳 🇬 

🇮 🇧 🇳 🇺    🇦 🇷 🇦 🇧 🇮 


Adalah Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali al-Hatimi ath-Tha’i al-Andalusi, yang telah terkenal dengan gelar “Muhyiddin” (Penghidup Agama) Ibnu ‘Arabi. Seorang tokoh sufi terkenal yang juga punya gelar “asy-Syeikh” (Guru besar) ini di lahirkan di Mursia, sebelah tenggara Andalus atau Spanyol bagian tenggara pada 17 Ramadhan 560H/28 Juli 1165 M. Di suatu keluarga terhormat, berkecukupan dan berpendidikan. Pada saat itu Mursia diperintah oleh Muhammad bin Sa’id bin Mardanisy.


Pada tahun 568 H/1172 M. Saat beliau berumur delapan tahun, diajak pindah keluarganya ke Sevilla, tempat ayahnya diberi pekerjaan pada dinas pemerintahan atas kebaikan Abu Ya’kub Yusuf, penguasa daulah al-Muwahhiddin pada saat itu. Di kota pusat ilmu pengetahuan ini, Ibnu ‘Arabi yang pada saat itu telah menginjak usia delapan tahun memulai pendidikan formalnya. Di bawah bimbingan para guru dan sarjana, ia menimba berbagai ilmu pengetahuan, mempelajari al-Qur’an dan tafsirnya, 

hadits, 

fiqih, 

teologi 

dan filsafat skolastik. 

Ia tinggal di tempat ini hingga tahun 598 H.1201 M.


Selama menetap di Sevilla, Ibnu ‘Arabi muda sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Spanyol dan Afrika Utara. Kesempatan itu di manfaatkannya untuk mengunjungi para guru sufi dan sarjana terkemuka pada saat itu. Di Kordova ia pernah bertemu dengan Ibnu Rusyd, seorang filosof tua beraliran Aristotelianisme. Di kota ini pula ia sempat mengajarkan al-Qur’an, hadits dan fiqih kepada Ibnu Hazm adh-Dhahiri, seorang murid yang menguasai di siplin fiqih yang kemudian berhasil membangun Madzab adh-Dhahiri. Di antara murid-muridnya adalah Abu Bakar bin Khalaf. Nama Ibnu ‘Arabi melambung tinggi, posisinya semakin kokoh di hati masyarakat.


Beliau meninggalkan Andalusia dan Maroko untuk berangkat ke daerah Timur, yaitu ke Mekkah dan sekaligus menunaikan ibadah haji. Dari Mekkah kemudian memasuki daerah Romawi. Di sini beliau menikah dengan seorang perempuan salehah Maryam, puteri asy-Syeikh Shadruddin Muhammad bin Sihaq al-Qunawi, seorang murid sufi yang belajar ilmu tasawuf dari Ibnu ‘Arabi sendiri sampai ia di anggap lulus.


Dari sini, kemudian mengembara ke berbagai wilayah Timur. Beliau sempat berkunjung ke Mesir, Syiria. Aljazair, Baghdad, Mosul dan Asia Kecil, kemudian bermukim di Damaskus sampai beliau wafat dan di makamkan di Shalihiyyah pada 22 Rabi’ats-Tsani 638 H/November 1240 M, tepatnya di kaki bukit Qasiyun.


Tokoh sufi berketurunan suku Arab Kuno Tha,i ini telah banyak menulis kitab-kitab yang menjadi khazanah pengetahuan Islam, dimana kitab-kitab tersebut hanya sedikit yang bisa sampai ke tangan kita. Ia adalah seorang penulis paling produktif. Ada yang mengatakan bahwa karya karyanya lebih dari delapan ratus judul, ada pula yang menyebutkan empat ratus judul. Sekalipun terjadi perbedaan jumlah yang di sebutkan, yang jelas, telah menunjukkan produktivitas nya dalam menghasilkan karya-karya ilmiah. Di antara tulisannya yang paling monumental dalam bidang tasawuf-falsafi adalah “al-Futuhat al-Makkiyyah” dan “Fushush al-Hikam.


Kitab al-Futuhat al-Makkiyyah mulai disusun di Mekkah pada tahun 598 H/1202 M,. Menurut pengakuannya, kitab ini di diktekan Tuhan melalui malaikat yang menyampaikan ilham. Sementara itu kitab Fushush al-Hikam – sekalipun relatif pendek—merupakan karya Ibnu ‘Arabi yang paling banyak dibaca dan diberi syarah (penjelasan), karena memang paling sulit dipahami. Karya ini disusun sepuluh tahun sebelum ia wafat, dan menurut pengakuannya, karya ini diterimanya dari Nabi Muhammad saw. Yang memerintahkan agar menyebarkannya, agar ummat manusia dapat mengambil manfaatnya.


Di samping kedua kitab yang paling monumental tersebut, ia juga banyak menulis kitab yang jumlahnya tak terhitung, misalnya:

Masyahid al-Asrar al –Qudsiyyah, 

Muhadharat al-Abrar wa Musamarat al-Akhyar, 

Kasyf al-Ma’na Siiri Asma’illah al-Husna, 

“Anqa’ Maughrib, 

Raudhah al-Asyiqin, 

Syajaratul-Kaun dan lain-lain.


Syajaratul-Kaun, buku kecil yang ada di tangan pembaca ini adalah karya Ibnu ‘Arabi yang memaparkan doktrinnya tentang Pribadi Nabi Muhammad saw. Dalam karya ini, ia mengulas keunikan Rasulullah Muhammad saw. Dalam hubungannya dengan Allah, manusia dan alam secara keseluruhan yang di simbolkan dengan “POHON” yang muncul dari sebutir benih “KUN”


Metode yang di gunakan oleh Ibnu ‘Arabi dalam menulis karyanya secara umum banyak diwarnai dengan metode penuturan simbolik yang sulit dipahami dan juga faktor fanatisme para ulama fiqih dan kalam yang ortodoks, kemudian mereka membatasi ruang gerak perkembangan pemikiran Ibnu ‘Arabi dan bahkan mereka menganggap sesat dan keluar dari Agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar