Terjemahan Syajaratul–Kaun
(Ibnu ‘Arabi)
Bab 1
Allah Maha Segala Maha
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa dalam Dzat, tidak ada yang menyamai dalam Sifat-sifat-Nya, Di mana “Wajah-Nya” Maha suci dari segala arah, Maha bersih dari segala bentuk baru, Maha suci “Kaki-Nya” dari segala arah, “Tangan-Nya” dari segala gerak, “Mata-Nya” dari lirikan pandang, “Bersemayamnya-Nya” dari segala ketersentuhan, Kekuasaan-Nya dari kekeliruan dan kekurangan, Kehendak-Nya tidak menjadi banyak akibat banyaknya yang di sifati, Kehendak-Nya tidak berbeda-beda akibat perbedaan yang di kehendaki.
Dia menciptakan segala yang ada di alam raya ini dengan kata “KUN” (wujudlah), di mana dengan kata tersebut Dia mewujudkan segala yang di wujudkan, sehingga tidak pernah ada apa pun yang wujud ini kecuali keluar dari hakikat yang tersembunyi dari kata tersebut, sementara tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi kecuali keluar dari rahasianya yang selalu terjaga.
Allah swt. Berfirman:
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apa bila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “KUN” (jadilah), maka ia pun jadi”
(Qs. An-Nahl : 40).
Saya merenungkan alam raya (KAUN) dan pembentukkannya, memperhatikan apa yang tersimpan dan pembukuanya, maka saya melihat bahwa alam raya (kosmos) ini seluruhnya adalah suatu pohon, sementara pangkal cahayanya berasal dari satu benih “KUN” di mana “Kaf al-Kauniyyah” (huruf Kaf dari KUN) di kawinkan dengan serbuk benih.
Allah subhanahu wata'alah berfirman:
“Kami telah menciptakan kalian”
(Qs. Al-Waqi’ah:57).
Dari penyerbukan benih tersebut muncul buah “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”
(Qs. Al-Qamar: 49).
Dari sini muncul dua dahan yang berbeda dari satu akar yang sama. Akar tersebut adalah al-Iradah (kehendak), semenara cabangnya adalah al-Qudrah (Kuasa).
Dari esensi Kaf muncul dua makna yang berbeda:
Kaf al-Kamaliyyah (Kesempurnaan)
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu”
(Qs. Al-Ma’idah:3).
Dan kedua adalah Kaf al-Kufriyyah (Kekufuran)
“Maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir”
(Qs.al-Baqarah: 253).
Sementara dari Jauhar (esensi) “NUN” dari kata KUN muncul Nun Nakirah (ketidak tahuan) dan Nun Ma’rifah (pengetahuan tentang Tuhan). Ketika di tampakkan kepada mereka dari Kun ketiadaan pada hukum yang di kehendaki oleh keqadiman, maka Dia memercikan sinar kepada mereka dari Sinar-Nya.
Orang yang terkena sinar tersebut, kemudian ia memandang gambaran “Pohon Kejadian” (Syajaratul-Kaun) yang tumbuh dari benih KUN, ia akan memiliki kebahagiaan yang ada dalam rahasia Kaf-nya sebagai gambaran Firman Tuhan:
“Kamu adalah ummat terbaik yang di lahirkan untuk manusia”
(Qs. Ali Imran: 110).
Dan tampak jelas dalam penjelasan Nun-nya di dalam Firman-Nya:
“Maka apakah orang-orang yang di bukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) Agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatuh hatinya)?”
(Qs. Az-Zumar:22).
Sementara orang yang tidak terkena sinar tersebut, lalu di minta mengungkapkan makna yang di maksud dari kata Kun, maka ia akan salah dalam mengejanya, dan nista dalam harapannya. Ia melihat bentuk kata Kun, maka ia mengira, bahwa huruf tersebut adalah Kaf Kufriyyah (kekufuran) dengan Nun Nakirah (ketidaktahuan), karena ia termasuk kelompok orang-orang kafir.
Nasib (bagian) setiap makhluk dari kata Kun, sesuai dengan apa yang di ketahui dari pengejaan hurufnya, dan apa yang di saksikan dari rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya adalah berdasarkan sabda Rasulullah saw.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian Dia memercikkan kepada mereka dari Sinar-Nya. Barang siapa terkena sinar tersebut akan mendapatkan petunjuk, sementara orang yang luput dari percikan sinar tersebut akan sesat dan menyimpang”
(Lihat pula H.r. at-Tirmidzi, Kitab al-Iman :2566)
Ketika Adam a.s. melihat lingkaran wujud, maka ia menemukan bahwa segala yang wujud ini berkisar pada lingkaran alam (Kaun):
Satu terdiri dari api, sementara yang lain terdiri dari tanah liat (thin). Adam kemudian melihat lingkaran ini berada pada rahasia-rahasia Kun. Bagaimanapun caranya perputar ia akan tetap berputar, dan di manapun ia terbang akan tetap terbang. Kepada lingkaran tersebut ia akan kembali dan pada lingkaran itu pula akan tetap berputar, ia tidak akan pernah lepas dan berubah. Satu di antara mereka menyaksikan Kaf Kamaliyyah (kesempurnaan) dan Nun Ma’rifah (pengetahuan tentang Tuhan), sementara yang lain menyaksikan Kaf Kufriyyah (kekufuran) dan Nun Nakirah (Ketidaktahuan). Sehingga kebijakan hukum ada padanya akan kembali pada titik lingkaran Kun. Apa yang di ciptakan (al-Mukawwan) tidak pernah melampaui apa yang di kehendaki Dzat Yang Menciptakan (al-Makuwwin).
Apa bila memperhatikan berbagai macam dahan “Pohon Kejadian” dan berbagai jenis buahnya, Anda akan tahu bahwa sumber utamanya berasal dari satu biji benih Kun yang jauh berbeda.
Ketika Adam a.s. di masukkan dalam “Lembaga Pendidikan” dan di ajari tentang seluruh nama, maka ia melihat contoh Kun, lalu ia melihat apa yang di kehendaki oleh Sang Pencipta melalui apa yang di ciptakan-Nya, maka ia menyaksikan “Sang Guru” dari Kaf-nya Kun suatu Kaf al-Kanziyyah (Gudang segala simpanan) “Aku adalah gudang simpanan rahasia”
Adam tidak tahu, lalu ia sangat ingin tahu. Kemudian ia melihat rahasia yang ada pada Nun, yaitu Nun al-Ananiyyah (Keakuan).
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”
(Qs. Thaha: 14).
Ketika pengejaan itu benar dan harapannya pun terealisasi, maka “Sang Guru” mengambilkan suatu intisari dari Kaf al-Kanziyyah (gudang simpanan rahasia) suatu Kaf at-Takrim (pemuliaan)
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu Adam”
(Qs. Al-Isra’: 70).
Dan Kaf al- Kuntuyyah (Keakuan)
“Aku akan menjadi Pendengaran, Penglihatan dan Tangan Baginya”
Dari Nun al-Ananiyyah (Keakuan) “Sang Guru” mengeluarkan bagi Adam Nun an-Nurriyah (Pencahayaan).
“Kami menjadikan sinar untuknya”
(Qs. Al-An’am: 122)
Lalu Nun tersebut bersambung dengan Nun Ni’mah.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menjumlahnya dalam hitungan tertentu”
(Qs. Ibrahim: 34).
Sementara itu, si Iblis tinggal dalam “Lembaga Pendidikan” selama empat puluh ribu tahun untuk memahami huruf-huruf KUN. “Sang Guru” telah memasrahkan segala-galanya kepada diri Iblis, menyerahkan segala upaya dan kekuatan kepada kekuatannya sendiri. Maka iblis melihat bentuk Kun, agar dari bentuk tersebut ia dapat menyaksikan Kaf Kufriyyah (Kekafirannya), lalu ia sombong , membangkang dan merasa paling besar. Ia juga menyaksikan Nun kata tersebut suatu Nun Nariyah (api asal ciptaannya).
“Engkau menciptakan aku dari api”
(Qs. Al-A’raf : 12).
Kaf kekufurannya bersambung dengan Nun keapiannya, maka ia di masukkan ke dalam neraka.
“Maka mereka di jungkir-balikan ke dalam neraka”
(Qs. Asy-Suara :94).
Tatkala Adam melihat perbedaan yang terjadi pada pohon ini dan berbagai macam bunga dan buahnya, maka ia berpegang erat pada dahan.
“Sesungguhnya Aku adalah Allah Tuhan semesta alam”
(Qs. Al-Qashash :30).
Lalu Adam di panggil dengan seruan “Makanlah dari berbagai buah tauhid dan berteduhlah di bawah Naungan Yang Maha tunggal” Selain perintah juga ada larangan, “Janganlah kalian mendekati pohon ini”
(Qs. Al-Baqarah: 35 dan al-A’raf : 19).
Namun iblis menginginkan agar Adam bisa sampai pada dahan:
“Maka setan membisikan pikiran jahat kepada mereka (Adam dan Hawa)”
(Qs. Al-A’raf : 20).
Kemudian Adam dan Hawa makan buah terlarang, yang membawa mereka tergelincir ke dalam tempat-tempat yang menggelincirkan:
“Dan durhakalah Adam kepada Tuhannya dan ‘sesatlah ia.”
(Qs. Thaha : 121).
Tapi Adam tetap berpegang teguh dengan dahan istighfar:
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(Qs. Al-A’raf :23).
Akhirnya merunduk dan turun untuknya buah dari Tuhannya:
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya.”
(Qs. Al-Baqarah : 37).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar