MATI MAKNAWI

 

Mati Maknawi yaitu mematikan Diri sebelum Mati yang sebenarnya dan Mati suri sudah maklum adanya.

Mati Maknawi yaitu mematikan diri sebelum Mati.

Disini berlakulah keadaan pada Fana Afaal Fana Asma Fana Sifat Fana Zat.


Dengan Rahmat ALLAH kepada hambaNya maka didatangkannya Ilmu Laduni kedalam Hati hambaNya yang membuat pandangan hamba Mati kepada memandang rupa Diri dan kepada rupa Alam sekelilingnya, dan akan menghidupkan pandangan Hati hamba itu kepada pandangan ALLAH Semata Mata.


Makanya orang atau hamba yang telah mendapatkan Rahmat ALLAH dengan Ilmu Laduni, Mereka akan membiasakan mematikan pandangan Hati kepada rupa sesuatu, dan menghidupkan pandangan Syuhud pandangan Hati hanya kepada Allah Semata-Mata,


Iaitu melepas segala keAkuan Diri bahwa tiada yang ada hanya Allah intinya

Laa Maujud Bihaqqi Ilallah.

Yang demikian disebut;

La qadirun,tiada kuasa Kan sesuatu

La muridun,tiada berkehendak akan sesuatu.

La alimun,tiada ilmu akan sesuatu.

La hayyun ,tiada yang hidup akan sesuatu.

La samiun,tiada yang mendengar akan sesuatu.

La basirun,tiada yang melihat akan sesuatu. Dan

La muttakalimun,tiada yang berkata-kata akan sesuatu kecuali Allah.


Kerana waktu hidup jiwa Hati itu telah sangat dipengaruhi oleh rasa yang merasai ke-Esaan yang Mutlak itulah yang melekat pada jiwa Hati diwaktu hidup, maka itu pulalah yang akan datang diwaktu menghembuskan Nafas yang terakhir, seperti yang pernah diucapkan oleh hadist Nabi Muhammad Saw yang berbunyi

MATAN NASU BIMA YA’ISY BIHI

Artinya : Kematian Manusia itu adalah menurut kehidupannya.


Sedangkan Mati yang diharapkan ALLAH adalah Mati dalam Islam, yakni dalam Tawakal, yaitu dalam terputus pegangan Hati Jiwa kepada selain ALLAH SWT bersabda ALLAH

WALA TAMUTUNNA, ILLA WAANTUM MUSLIMUN.

Artinya : Kamu tidak dibenarkan Mati, kalau tidak dalam Islam.


Yakni terputus pandangan Bathin Hati jiwa kepada rupa segalanya, dan tetap Bathin Hati jiwa memandang Hakikat Syuhud kepada ZAT yang Laisa Kamislihi Syai-Un.