Selasa, 01 Februari 2022

27. Rukun iman

kajian kitab barencong (datu sanggul)



RUKUN – IMAN Perihal rukun iman itu ialah : 

1. AMANTUBILLAH 

2. WAL MALAIKATIHI 

3. WA KUTUBIHI 

4. WA RASULIHI 

5. WAL YAUMIL ACHIRI 

6. WA QADRI ACHIRI, WAARIHI MINALLAHI TA’ALA 

Artinya ialah : 

Aku percaya adanya Tuhan Allah Ta’ala s.w.t. Apakah cukup dngan keyakinan begitu saja ? Apakah adanya yang ada itu berada di arsyi atau di langit sebelah, ataukah berada dalam sorga ? Kepercayaan yang seperti itu adalah kepercayaan orang taklid buta. Karena orang kebanyakan mereka meraba raba sendiri-sendiri. Sedang dalil ada mengatakan:

WANNAHU AKROBU ILAIHI MINHABLIL WARID. Artinya : dekat urat lehermu dengan daging. Maka dekat lagi Tuhan itu. 


Jadi makna rukun iman yang pertama tadi harus begini dan tidak bisa di cari dengan dalil yang lain. 


Jadi AMANTUBILLAH ini harus di artikan dengan : Sesungguhnya percaya bahwa kehidupan sendiri, kehidupan wujud ini, selama hidup ini adalah tanda adanya Tuhan Allah s.w.t. Jadi jelasnya kepada kita bahwa dunia ini pasti di dalam ruang lingkup hidupnya Tuhan.


Sedangkan sifat hidup ini adalah zat Tuhan Allah. 

1. AMANTUBILLAH, artinya : aku percaya adanya Tuhan. 

2. WAL MALAIKATIHI, artinya : percaya kepada malaikatnya. 

3. WA KUTUBIHI, artinya : percaya kepada kitab-kitabnya. 

4. WA RASULIHI, artinya : percaya kepada rasul-rasulnya. 

5. WAL YAUMIL ACHIRI, artinya : percaya kepada hari ahir. 

6. WAL QADRI AHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat dari Allah Ta’ala. 


Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya:

AMANTUBILLAHI, 

artinya: Percaya kepada adanya Tuhan. Belumlah benar kalau belum di halalkan, artinya kalau belum kembali kapada roh lagi dan perasaan. Dalil sudah jelas mengatakan bahwa Tuhan lebih dekat kepadamu, dari pada urat lehermu sendiri. Jadi kita tak usah repot mencari Tuhan. Tuhan ada pada kamu di mana sajamu berada. 

Kesimpulannya ialah: pandangan dan tatapanmu itulah tanda adanya Tuhan/yang ada. LAMAUJUDA BI HAQQIN ILALLAH. Artinya, tidak ada yang maujud di dalam alam ini, kecuali Allah Ta’ala. 



WAL MALAIKATIHI, 

artinya : Percaya kepada malaikat-Nya. Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada. Cobalah tekadkan dan lepaskan segala keingina, kesyirikan, keakuan, dan perkara apapun yang di larang dalam tasawuf agar supaya cepat beriman kepada Allah s.w.t. Supaya jadi beriman kepada Tuhan yang maha Agung / maha kuasa, Tatkala sedang menghadapi sakaratul maut nanti. Dalil apakah yang bisa menolong untuk menyempurnakan nyawa ? Bukankah kita sudah tahu bahwa malaikat itu utusan Allah. Jelaslah sudah dengan usiknya utusan,tentu hiduplah yang memerintahkan, biarpun sehelai bulu usiknya, begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, juga semua itu malaikat. Malaikat itu bukan jirim bukan jisim. Tentunya 


terasa oleh kita bahwa sedang tidur itupun, juga bulu itu akan tetap memanjang, Nah begitulah kenyataannya malaikat pada diri kita ini, tidak akan hilang pada tubuh kita ini. Siang dan malam terus bekerja tiada hentinya. Jadi usiknya dalam melihat, mendengar, mencium, dan dalam bicara. Mandornya ialah, 

JIBRIL,

MIKAIL,

ISROFIL, 

DAN IZROIL. 



WA KUTUBIHI,

artinya : Percaya kepada kitab kitab-Nya. Jadi yang benar-benar percaya kepada kitabnya itu seperti Al-qur’an, harus di rangkap dengan wujud kita ini. Jadi begini, kalau kita belum mengetahuinya maka kita harus percaya kepadaa takdir yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri. Kita harus yakin dengan adanya takdir Tuhan itu.Tulisan wujud kita ini yang sesungguhnya, kalau kita sudah ainul yakin dan hakkul yakin, kita bisa sabar dalam menghadapi apapun juga. Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan ridho.Tentunya sudah tertulis di lukh makhfudh. Jadi iman kepada kitab-kitabnya itu umum. Persoalan di luar kitab, manusia tidak ada yang tahu, terkeuali Allah. Memang ada persoalan di luar kitab, tetapi amat sulit mencapainya. Itulah yang di sebut MAKHSYAF, yang tiada huruf, tiada suara,dan tiada kata-kata.Ini adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat dahsyat, dan tidak seorangpun yang mendapatkannya, keuali Tuhan sendiri. 

Kehendak Tuhan tidak ada yang menghalanginya. Dia sanggup merubah yang tak dapat di rubah oleh mahluk. Sedang perubahan yang ada pada mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai sekalian tholib. 


WA RASULIHI,

artinya : Percaya kepada rasul-rasulnya. Memang kita percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul, itupun tak ada salahnya, dalam bentuk nya memang demikian.Tetapi karena sudah wafat semua, sudah lestari, maka tinggal percaya itu berbalik kepada wujud.Yaitu, kepada hakikat badan yang jadi utusan hidup kita pribadi, beginilah tekad kita sesungguhnya percaya kapada rasa wujud kita. Seperti, melihat, mendengar, mengucap dan mencium. Coba saja kita rasakan, bagaimana kita tidak percaya kepada ujud kita kita ini ? Kalau kita mencipi garam, sudah tentu kita merasa asin, tidak mungkin yang lainnya. Demikian pula dengan yang lainnya,seperti : pendengaran, tidak mungkin salah lagi. Juga seperti panglihatan, pencium dan pengucapan. Semuanya dapat kita fahami dengan perasaan kita. Di sinilah orang banyak tidak faham arti rasul yang sesungguhnya. Padahal rasul atau utusan itu ada pada kita jua. Makanya kita kalau mengatakan dua kalimat syahadat itu, harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan Aku naik saksi, tiada Tuhan melainkan Aku, dan Muhammad itu utusanKu. Maka kitapun demikian pula seharusnya, kalau lain dari itu maka salahlah ma’rifat kita. Orang kebanyakan salah memahami tentang arti rasul yang sebenarnya, mereka mengira rasul itu hanya ada pada nabi-nabi, seperti nabi Muhammad. Jadi yang di maksud dalam pengertian Muhammad itu utusanku, yaitu Muhammad dalam arti rahasia ma’rifat. Karena setiap insan kamil itu mempunyai utusan (rasul) pribadi. Di sinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam pribadi masing-masing. Inilah arti percaya kepada rasul-rasul yang hak. 


WAL YAUMIL AKHIRI,

artinya: Percaya kepada hari akhir yaitu hari kiamat (pembalasan). Kiamat besar hanya kita yakini dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing-masing. 

Pertama kiamat diri, yaitu hancur leburnya ke dalam Nur Muhammad, dan hingga sirna dan tuntas sampai tiada merasa lagi memiliki wujud lahir dan bathin. Dan akhirnya menunggal dengan ke maha agungan Tuhan ( menunggal dalam rahasia ). Dan kiamat diri yang kedua ialah : di kala sakaratul maut telah tiba. Inilah yang di sebut kiamat sugro, sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya. Inilah pengertian walyaumil akhiri itu tadi. 



WAQODRI AKHIRI, 

artinya : percaya kepada kodo dan kodar (ketentuan baik dan ketentuan buruk) datang dari Allah jua. Maksunya segala perbuatan yang berlaku di dalam alam ini adalah perbuatan Allah Ta’ala. Allah yang menjadikan mu dan perbuatan mu. Dan yakinlah bahwa kita ini tidak mempunyai daya dan upaya kecuali dengan kudrat dan iradat Allah Ta’ala jua adanya. Maka dengan adanya rukun yang ke-enam ini tentunya kita menjadi sadar. Kesadaran itu timbul karena ma’rifat dan ma’rifat itu timbul karena terbuka hijab (dinding). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar