kajian kitab barencong (datu sanggul)
Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan, dan dengan itulah dia mencapai kebahagiaan dan kerajaan besar. Bahkan dengan itulah ia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Ta’ala. hilangkan pandangan makhluk kepadamu, karena puas dengan penglihatan Allah kepadamu dan lupakanlah perhatian/menghadap makhluk kepadanya, karena melihat bahwa Allah menghadap kepadamu. Nikmat dibsebabkan, oleh karena melihat dan dekatnya kepada Allah. Demikian pula siksa itu walau bagaimanapun aneka ragamnya, hanya karena terhijab, dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada zat Tuhan yang maha mulia. Maha suci Allah yang sengaja tidak memberi tanda kepada walinya kecuali sekedar untuk mengenal kepada allah. Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak di sampaikannya untuk mengenal Allah itulah hikmah yang maha tinggi. Dan siapa benar-benar sudah mengenal kepada Allah, maka pastilah dapat melihat dalam tiap-tiap sesuatu. tiada suatu nafas yang terlepas yang terlepas darimu melainkan dibsitu pula ada takdir Allah atas diri mu. Semua manusia dalam alam ini sudah tergambar dalam lahul mahfus tidak ada kehendak makhluk yang mesti berubah. Perubahan itu hanya dalam pandangan syariat. Sedang dalam pandangan hakikat hanya Allah yang maha mengetahuinya. Kehendak Allah tidak ada yang terhakang, semua berjalan dengan hikmahnya.
Jadi kesimpulannya: kehendak makhluk adalah terbatas, sedang kehendak Allah tidak ada batasnya. Maka dari itu orang yang paham ialah orang yang bergembira dalam hidupnya, bergembira dengan Allah dalam setiap nafasnya keluar masuk. Orang yang sudah paham ialah tidak menanyakan lagi apakah boleh berubah atau tidak dia telah sunyi dengan Allah.
Maksudnya ialah : sudah satu iradat dengan Tuhannya. Tidak ada lagi duanya. Apabila sudah menunggal dengannya, maka nyatalah Allah yang berbuat dalam segala hal. Karena lapang dan sempit ada pada Allah saja. Andaikan Allah membukakan NUR seorang WALI yang berbuat dosa niscaya cahayanya memenuhi antara langit dan bumi. Apalagi dengan NUR cahaya seorang WALI yang taat. Tentu dapat kita membayangkan Andaikan Allah membukakan hakikat kewalian seorang WALI, niscaya akan di sembah orang. Sebab ia telah bersifat dengan sifat-sifat Allah. Dan siapa tidak puas dengan pandangan dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan dalam perkataannya, maka pasti orang itu kemasukan ria atau atau masih terhijab dari Allah.
Bagaimana dapat di bayangkan bahwa Allah dapat di hijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang menzahirkan atau menampakkan segala sesuatu.
Bagaimana mungkin akan di hijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang Nampak zahir pada segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin di hijab oleh sesuatu. Padahal dia jelas dari segala sesuatu.
Bagaimana akan di hijab oleh sesuatu. Padahal Allah lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin di hijab oleh sesuatu. Padahal dia terlihat dalam tiap sesuatu.
Sesungguhnya yang menghijab engkau dari melihat Allah itu, karena dekatnya Allah kepadamu. Allah yang menjahirkan segala sesuatu, karena Allah yang bersifat bathin. Dan Allah yang melihat adanya segala sesuatu, sebab Allah itulah yang johir atau yang jelas pada tiap-tiap sesuatu.
Bagaimana Allah akan terhijab dengan sesuatu. Padahal semata yang terhijab itu hanya para mahluknya, dan pada segala tempat Allah berada dan tetap hadir, tak pernah goib. Andaikata Allah tidak johir pada benda-benda alam ini, tidak mungkin adanya dapat di lihat. Dan andaikan Allah mengahirkan sifat-sifatnya, pastilah hilanglah alam bendanya.
Bagaimana akan mungkin dibhijab oleh sesuatu, Padahal andaikan tidak ada Allah, niscaya tidak akanbada segala sesuatu. Demikianlah kebijaksanaan Allah atas semua makhluknya atau hambanya.
MANUSIA INI ADA DUA MACAM :
PERTAMA
ADA YANG MENDAPAT KARUNIA ALLAH, SEHINGGA IA BERBUAT TAAT KEPADA ALLAH.
KEDUA ADALAH, YANG DENGAN TAATNYA KEPADA ALLAH, SEHINGGA MENCAPAINYA KEBESARAN KARUNIA ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar