di dalam al-hikam wali itu hanya ada dua yaitu salik dan majzub.
salik artinya yang mencintai dan majzub artinya yang di cintai.
mengenai salik yang berarti yang mencintai ini agak sulit menjelaskanya, karna allah itu adalah arrohman (yang maha pengasih / yang maha mengasihi) bahkan allah berkata kepada nabi ibrahim bahwa dia menyayangi para orang kafir pada nabi ibrahim, yang di waktu itu telah di binasakan allah demi mengabulkan doa nabi ibrahim, sehingga nabi ibrahim di beri hukuman yaitu perintah menyembeli anaknya sendiri. dan ketika akan menyembeli anaknya maka nabi ibrahim berkata:
"ya allah sesunggunya dia anakku yang sangat ku sayangi".
dan allah pun menjawab:
"ingatlah dulu bahwa kau pernah memintaku memusnakan para hambaku yang ku sayangi, sekarang giliran aku memintamu memusnakan orang yang kau sayangi, dan siapa yang memulai maka dialah yang lebih kejam".
jadi salik yang di artikan di sini sebagai seorang yang mencintai dan seolah belum di cintai allah itu maksudnya adalah bukan benar benar tidak di cintai allah tapi hanya sebatas tidak di berikan perhatian husus layaknya seorang wali majzub.
sebab rumusnya adalah:
jika kau ingin melihat kedudukanmu di sisi allah maka lihatlah kedudukan allah di hatimu, jika kau rindu pada allah maka itu artinya allahpun sedang merindukanmu, jika kau cinta pada allah maka itu artinya allahpun sedang mencintaimu, jika kau rido pada allah maka itu artinya allahpun sedang rido padamu.
dari itulah dapat di ketahui bahwa sebenarnya allahpun merindukan salik, karna yang di rasakan salik itu adalah rasa rindu pada allah.
sekarang tanyakanlah di hatimu dengan sejujur jujurnya kepada dirimu sendiri: apakah kau telah merindukan allah ataukah justru membencinya??
pada aliran tarekat yang lain mungkin seorang salik tidak di anggap sebagai wali, karna salik itu artinya masi sebagai murid, atau orang yang masi dalam perjalanan pada allah, tapi belum whusul / belum sampai pada allah sehingga belum memasuki gerbang makrifatullah, atau belum di terimah oleh allah dan belum mengenal allah. tapi pada alhikam salikpun sudah di anggap sebagai wali mungkin karna seorang salik (yaitu yang bersungguh sungguh menempuh jalan yang lurus pada allah) itu karna salik sudah mulai merasa rinduh ingin berjumpa allah dan sudah mulai merasa berbagai hal atau ahwal.
sedangkan majzub adalah orang yang sudah wushul atau sampai pada allah, dia sudah memasuki gerbang maktifatullah dan sudah berjumpa dengan allah sehingga dia telah mengenal allah. pada dasarnya makom wali itu ada 1000 tingkatan tapi pada al-hikam jumlah 1000 itu di sederhanakan menjadi satu saja yaitu wali majzub, sedangkan yang masi dalam perjalan dalam mengenal allah sehingga belum kenal pada allah tapi suda merasa rindu ingin jumpa dengan allah maka orang seperti ini di sebut salik. mungkin ibnu attoilah tidak mau ribet menjelaskan berbagai macam kedudukan wali sehingga hanya dia ringkas saja menjadi dua yaitu salik atau yang masi dalam perjalanan mengenal allah dan majzub atau yang telah wushul dan telah mengenal allah. tapi memang untuk seribu tingkatan dari para kekasi allah ini memang tidak ada penjelasanya, bahkan abi huroiro mengatakan bahwa rosul pernah hanya berkata bahwa para kekasi allah itu ada 1000 tingkatan, tapi apa saja nama nama tingkatan makom yang sampai berjumlah seribu itu tidak di katakan rosul, tapi menurut abi huroiro 1000 tingkatan itu tidak lain seperti yang telah kita pelajari seperti makom ikhlas, makom rinduh, makom cinta, makom rido, dan lain lain, jadi wali majzub ini sebenarnya memiliki seribu tingakatan atau makom yang tingkatan atau makom tertingginya adalah wali qutub sekaligus sebagai pemimpin dari semua tingkatan wali atau majzub tadi.
mungkin kita menganganggap salik itu kecil, remeh, dan sepeleh karna kedudukan makomnya berada di bawah makom majzub tapi ketahuilah bahwa untuk menjadi salik itu sebenarnya tidaklah mudah, sehingga wajar jika di alhikan itu seorang salikpun di masukan sebagai seorang wali, mungkin dari begitu banyak orang yang belajar tarekat atau tasawuf itu hanya beberapa saja yang berhasil menjadi salik, bahkan mungkin kita inipun belum tentu termasuk sebagai seorang salik, karna untuk menjadi salik itu harus sungguh sungguh memurnikan jiwa, membersikan batin dari segala sesuatu selain allah, sedangkan orang orang yang belajar tasawuf atau tarekat itu umumnya masi tersesat pada banyak keinginan dan kehendak seperti ingin sakti dan punya karomah, ingin di hormati orang orang, supaya pandai berdebat dalam masalah agama, ingin bisa melihat alam jin dan lain lain yang semua itu seharusnya di bersihkan dari hati mereka tapi mereka justru memelihara dan memupuknya sehingga basirohnya tetap saja buta karna tertutupi oleh banyak kehendak dan keinginan tadi serta ego atau keakuan mereka. yang itu semua menyebabkan terhalangnya mereka menjadi salik, sehingga walau mereka tampak belajar tapi sebenarnya mereka tidak belajar sama sekali, karna yang belajar sebenarnya bukan belajar dengan membaca menghafal dan mengingat materi materi pembelajaran semata yang ada di kitab tasawuf tapi belajar yang sebenarnya adalah mengupayakan supaya hati tidak menginginkan apapun selain allah semata berdasarkan tuntunan kitab kitab tasawuf juga dan kalau bisa juga dengan guru yang sudah sangat paham dan yang sudah wushul pada allah.
baca juga kajian terkait: salik dan suluk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar