AQABAH 7. BERSYUKUR KEPADA ALLAH
Terjemahan kitab minhahul ambidin (imam gazhali)
Setelah kita berhasil menempuh tanjakan/tahapan yang enam, dan telah berhasil mengamalkan macam ibadah yang telah penyusun kemukakan, kini saatnya kita bersyukur dan memuji Allah SWT. Mensyukuri nikmat nan besar serta memuji atas karunia-Nya. Kita wajib bersyukur karena dua sebab:
1. Agar kekal kenikmatan yang sangat besar itu, sebab jika tidak disyukuri akan hilang.
2. Agar nikmat yang telah kita dapatkan bertambah. Dawamnya nikmat karena syukur itu sebagai pengikat nikmat. Dengan bersyukur kenikmatan akan kekal dan tetap menjadi milik kita. Sebaliknya, apabila tidak disyukuri nikmat akan hilang dan berpindah tempat.
Allah 'Azza wa jalla berfirman:
.....Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (ar-Ra'd : 13).
'" tetapi (penduduk mya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (an-Nahl :112).
Juga firman-Nya:
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman...? (an-Nisa': 147).
Di antara kenikmatan itu ada yang binal bagaikan binatang hutan. Oleh karenanya harus diikat dengan bersyukur kepada Allah SWT. Di samping itu, bersyukur menjadikan kenikmatan bertambah, karena bersyukur merupakan pengikat nikmat yang diberikan Allah.
Allah berfirman:
... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu .... (Ibrahim: 7).
Dan firman-Nya:
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka ..... (Muhammad: 17).
Firman Allah berikutnya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami....
(al-Ankabut : 69).
Dengan demikian, Allah Mengetahui bahwa hamba-Nya bersyukur atas nikmatNya. Kelak Allah akan mengaruniakan kenikmatan yang lain. Sebab si hamba itu memang pantas mendapatkan kenikmatan. Dan jika tidak demikian, maka Allah akan menghentikan nikmatnya, putus dan orang yang demikian tidak pantas mendapatkan nikmat.
Kenikmatan Allah ada dua macam:
1.Nikmat dunia.
2.Nikmat akhirat.
Dan kenikmatan dunia dibagi menjadi dua pula:
a.Nikmat ma'rifat.
b.Nikmat menolak madharat.
Dari kenikmatan itu Allah mendatangkan manfaat-manfaat, yakni ada dua macam:
a) Fisik yang sempurna: Wajah yang cakap, postur tegap.
b) Bermacam-macam kesenangan. Seperti makanan, minuman, pakaian,
dan sebagainya.
Adapun nikmat menolak madharat yaitu, Allah menjauhkan mafsadahmafsadah dan berbagai madharat. Dan ini pun ada dua macam:
a) Allah menyelamatkan dan menjauhkan madharat yang ada pada diri
kita.
b) Allah menjauhkan kita dari bermacam halangan. Baik halangan yang
datang dari manusia, jin, dan binatang.
Kenikmatan agama (akhirat) juga terbagi menjadi dua:
a) Mendapatkan taufiq Allah.
b) Mendapatkan pemeliharaan Allah.
Kenikmatan taufiq maksudnya Allah memberikan taufik kepada kita. Mula-mula
Allah mentakdirkan kita menjadi seorang Muslim, kemudian Allah melimpahkan
taufiq-Nya, sehingga kita menjadi ahli sunnah wa 'I-jamaah. Selanjutnya Allah
melimpahkan taufiq yang menjadikan kita taat.
Adapun peliharaan Allah adalah kita dipelihara dari sifat kufur, musyrik, bid'ah,
dan dipelihara serta dijauhkan dari kesesatan, maksiat. Sedang rinciannya tidak
dapat dihitung, kecuali AllahYang Maha Mengetahui, Yang memberikan kenikmatan
kepada kita. Sebagaimana firman Allah:
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tak dapat menentukan jumlahnya .... (an-Nahl : 18).
Dan sesungguhnya kekalnya segala kenikmatan itu adalah setelah Allah
Mengaruniakan kenikmatan tersebut kepada kita. Kemudian Allah menambahkan
kenikmatan, yang kita tak pernah menduga datangnya. Semua itu lantaran kita
senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan.
Bersyukur dan memuji Allah, sesungguhnya mempunyai nilai yang begitu besar,
di dalamnya terkandung banyak manfaat. Maka seharusnyalah kita
mempertahankan dan mengamalkan dengan sungguh-sungguh. Jangan kita
menganggap remeh, karena hal itu adalah permata yang tak ternilai harganya, dan
merupakan karunia yang sangat jarang diberikan kepada manusia.
Setelah menelaah secara mendalam, para ulama membedakan syukur dan puji.
Kesimpulannya adalah:
Puji dapat berwujud tasbih dan tahlil. Jadi merupakan amal-ibadah lahir.
Sedangkan yang termasuk bersyukur: sabar, tafund. Dengan demikian
bersyukur termasuk ibadah batin. Karena bersyukur adalah penangkal kufur ..
Allah ' Azza wa J alla berfirman:
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.
(Saba' : 13).
Dengan demikian, tetaplah bahwa puji dan syukur mempunyai makna berbeda.
Sehubungan dengan rasa syukur, berkatalah Sayyidina Abbas ra.: "Bersyukur
adalah taat dengan segenap anggota badan kepada Allah SWT. Baik secara
sembunyi ataupun terang-terangan, dan baik secara lisan maupun dalam hati."
Guru kami mengatakan, "Bersyukur ialah taat lahir batin. Kemudian menjauhi
segala perbuatan maksiat."
Ulama lain menyatakan, "Bersyukur adalah menjaga diri dari perbuatan
maksiat. Baik lahir maupun batin."
Sehingga para guru beranggapan bahwa menjaga diri adalah makna yang tetap,
selain menjauhinya. Jadi harus tetap menjaga sekaligus menjauhi perbuatan
maksiat.
Maksud menjauhi maksiat dan perbuatan kufur adalah menolak dikala ada
ajakan atau dorongan untuk melakukannya.
Berkata guru kami, "Sesungguhnya syukur itu mengagungkan Allah Yang
Memberi Nikmat, yakni mengukur nikmat-Nya agar kita tidak menjauhkan diri dan
tidak bersifat kufur."
Dengan demikian, tidaklah pantas seseorang yang mendapatkan kenikmatan
Allah mempergunakannya untuk berbuat maksiat. Karena berarti ia melawan Sang
Pemberi nikmat.
Kewajiban kita hanyalah bersyukur dan Mengagungkan Allah. Sehingga kita
tidak berbuat maksiat.
Seseorang yang telah berbuat demikian berarti telah benarbenar bersyukur.
Kemudian bersungguh-sungguh berbakti kepada Allah, dan beramal sesuai' dengan
kenikmatan yang ada padanya. Setelah itu menjaga dan menjauhkan diri dari
maksiat.
Kapan kita harus bersyukur? Kita wajib bersyukur tatkala mendapatkan
kenikmatan, baik kenikmatan dunia maupun kenikmatan agama (akhirat).
Sebagian ulama mengatakan, "Dalam keadaan menderita (ditimpa musibah)
kita tidak perlu mensyukuri, tetapi kewajiban kita adalah bersabar menghadapi
musibah itu."
Kata mereka selanjutnya, "Di dalam setiap kemadharatan selalu terkandung
kenikmatan. Dan kita wajib mensyukuri nikmat itu, meskipun datangnya bersamaan
dengan musibah."
Sayyidina Abdu 'I-Lah bin Umar menyatakan, "Setiap mengalami cobaan dari
Allah, aku rasakan di dalamnya terkandung empat macam kenikmatan:
1. Bahwa musibah itu tidak berhubungan dengan agama. Misalnya salah
seorang anggota keluarga meninggal. Bukan agama atau iman yang mati!
2. Musibah itu bukanlah petaka hebat/berat. Karena seberat-berat musibah
masih ada yang lebih berat.
3. Nikmat dikaruniai keridhaan dalam menerima musibah.
4. Nikmat menunggu pahala.
Selain itu kenikmatan yang datangnya bersamaan dengan musibah adalah
bahwa musibah itu tidak kekal, suatu saat pasti berakhir.
Lagi pula datangnya musibah itu dari Allah SWT. bukan dari yang lain, meskipun
mungkin penyebabnya adalah makhluk. Apabila seseorang mendatangkan musibah
untuk kita, itu berarti keuntungan bagi kita, dan kerugian baginya!
Guru kami menyatakan, "Penderitaan dunia pada dasarnya harus disyukuri.
Sebab semuanya itu akan mendatangkan manfaat besar dan pahala berlimpah.
Sehingga apabila diperbandingkan dengan pengganti itu tidaklah berarti semua penderitaan itu."
Nabi Muhammad pun mensyukuri penderitaan yang menimpanya,
sebagaimana beliau mensyukuri nikmat dari Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
Bersyukurlah kepada Allah atas musibah-Nya yang pedih dan
atas nikmat-Nya yang menyenangkan.
Allah Ta'ala berfirman:
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal . Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (an-Nisa' : 19).
Segala yang dikatakan baik oleh Allah adalah lebih baik daripada yang kita
katakan baik. Sebab kebaikan tidak dikarenakan keinginan diri kita, tetapi kebaikan
adalah bertambahnya derajat, dan itulah yang dimaksudkan nikmat.
Jika penderitaan merupakan penyebab bertambahnya kemuliaan dan
keluhuran seseorang, maka yang demikian adalah kenikmatan yang sesungguhnya.
Dan lahirnya saja sebagai musibah.
Kebanyakan wali pernah merasakan pahit getirnya musibah.
Misalnya ada seseorang sebelum menjadi wali sering keluar masuk bui, tetapi
akhimya menjadi seorang wali, bahkan ketika di dalam bui pun sudah menjadi wali.
Sehingga sebagian mereka mengatakan. "Dijebloskan dalam penjara (meskipun
tidak berdosa, tetapi karena fitnah) itu meningkatkan derajat."
Bahkan orang yang dipenjara karena berdosa. tetapi kemudian bertaubat pun
akan terangkat derajatnya.
Seseorang berkata, "Bersyukur lebih utama daripada bersabar." Dasar ucapan
itu adalah firman Allah Ta'ala:
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.
(Saba' : 13).
Juga firman Allah ketika memuji Nabi Nuh as.:
.....Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak
bersyukur. (al-Isra': 3).
Juga firman-Nya kepada Nabi Ibrahim as..
.....Yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.....(an-Nahl : 121).
Dan syukur itu terdapat dalam manzilah nikmat dan afiyah.
Berkatalah seseorang, "Aku lebih senang mensyukun mkmat daripada bersabar
dalam derita."
Tetapi ada juga orang beranggapan bahwa bersabar lebih utama, sebab
bersabar lebih besar masyakatnya, sehmgga pahalanya pun lebih besar, dan
manzilahnya lebih tinggi. Sebagaimana Firman Allah 'Azza wa Jalla.
.....Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang
sabar....(Shad : 44).
Firman-Nya pula:
.....Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (az-Zumar : 10).
Juga firman-Nya:
.....Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146),
Dan menurut penyusun, orang yang bersyukur, adalah orang yang bersabar.
Begitu juga orang yang bersabar pada hakikatnya adalah orang yang bersyukur.
Dengan demikian, memang antara sabar dan syukur itu tidak dapat dipisahkan.
Sebab bersyukur terhadap berbagai macam cobaan dunia, berarti juga bersabar.
Sesuai dengan makna bersyukur itu sendiri, yakni Mengagungkan Kepada Pemberi
nikmat.
Seorang penyabar tidak akan sepi dari nikmat. Sebagaimana penyusun uraikan
di atas, penderitaan pun sesungguhnya merupakan suatu kenikmatan. Sehingga
apabila bersabar dalam menerima derita, berarti pula bersyukur dan menahan diri
tidak mengeluh, semata-mata karena Mengagungkan Allah SWT.
Taufiq dan Pemeliharaan Allah yang dilimpahkan kepada orang sabar adalah
suatu nikmat yang disyukuri oleh orangorang sabar. Jadi antara bersyukur dan sabar
tidak bisa dipisahkan.
Perlu pula diketahui, bahwa Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang
dikarenakan orang itu mengetahui kadar kenikmatan, yaitu orang yang bersyukur.
Seperti yang diceritakan Allah perihal orang kafir:
Kata kaum kafir, "Mereka itulah orang-orang yang diberi nikmat
oleh Allah SWT?" (maksudnya, mengejek kaum Muslimin),
Allah Ta'ala berfirman:
Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya)? (al-An'am : 53).
Orang-orang kafir yang notabene bodoh dan dungu itu beranggapan bahwa
nikmat dan karunia hanya diberikan Allah kepada orang berada dan berdarah biru
(ningrat).
Kata mereka (kaum kafir), "Mungkinkah golongan kafir, budak-budak belian
akan mendapatkan nikmat besar dari Allah. Sedang menurut pendapatmu, orangorang kaya dan bangSAWan tidak akan mendapatkan nikmat dari Allah. Bagaimana
mungkin hal itu?"
Begitu takabbur mereka, sehingga menghina dan berkata,
"Bagaimana mungkin orang-orang seperti mereka mendapatkan
karunia Allah, sedangkan kita tidak."
Perkataan itu dijawab oleh Allah:
.....Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya)? (al-An'am : 53).
Makna firman tersebut: Sesungguhnya Allah memberikan kenikmatan hanya
kepada orang yang mengetahui kadar suatu kenikmatan. Dan orang yang dimaksud
itu adalah mereka yang senantiasa menghadapkan dirinya (jiwa raga) ke sana,
sehingga mereka mernilah-milah kenikmatan dan meninggalkan yang lainnya, serta
tidak mempedulikan segala penderitaan dikala mengejar/mencarinya. Kemudian tak
henti-hentinya mensyukuri kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah kepada dirinya
itu. Dan sesungguhnya orang hina pun mengetahui kadar suatu kenikmatan dan bisa
bersyukur. Sehingga mereka memang lebih layak mengecap kenikmatan daripada
orang kafir yang kaya dan ningrat itu.
Di "Mata"-Ku kekayaan, harta, pengaruh, dan segenap hulubalangmu tidak
berarti apa-apa. Juga nasabmu, sekalipun keturunan ningrat dan orang mulia,
semuanya tidak Aku anggap!
Kalian beranggapan bahwa nikmat hanyalah sekadar kenyamanan dunia
berupa kekayaan, harta benda, kemuliaan, dan keluhuran dunia, sehingga
menganggap sepi agama, ilmu, serta kebenaran. Karena itulah kalian mengagungkan
dunia, serta berbangga-bangga dengan dunia dan kelompok/kaumnya.
Tidakkah kalian berpikir, bahwa kenyatannya kalian sukar dan enggan
menerima agama, ilmu, hak, serta mengenang Rasulullah SAW. sebagai pembawa
ilmu dan agama itu.
Hal itu lantaran kalian meremehkan dan menganggap hina agama, ilmu serta
kebenaran. Tetapi mereka. yang dhaif rela mengurbankan jiwa untuk itu, tanpa
mempedulikan dunia dan musuh-musuhnya. Sekalipun demikian, perlu kalian
ketahui, orang-orang lemah itulah yang mengetahui kadar suatu kenikmatan, serta
mengagungkannya. Mudah saja bagi mereka menerima kenikmatan, mereka merasa
ringan atas segala penderitaan demi mendapatkan kenikmatan. Hari-harinya mereka
lalui untuk mensyukuri nikmat Allah .
Sehingga sudah sepantasnya jika Aku melimpahkan kemuliaan dan nikmat
kepadanya. Aku mengkhususkan mereka dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut,
bukan untuk kalian.
Begitu pula orang-orang yang mendapatkan kenikmatan khusus dari Allah,
yakni nikmat agama, ilmu maupun amal. Di situ tampak bahwa mereka paling
mengetahui kadar suatu kenikmatan, serta paling mengagungkan dan bersungguhsungguh guna mendapatkannya. Selain itu mereka paling mampu mensyukuri, juga
dalam memuliakannya.
Apabila pengagungan terhadap agama dan ilmu pada hati seorang awam sama
dengan yang dilakukan para ulama, maka mustahil mereka memilih pasar dan
menelantarkan ibadah. Tentunya mereka mudah saja meninggalkan pasar dan perniagaannya.
Orang yang inabat kepada Allah, bersungguh-sungguh, senantiasa menjaga diri,
dari memelihara nafsu dari syahwat, serta kelezatan dunia, kemudian
mengharapkan Allah menyempurnakan shalatnya. Jika Allah mengabulkan
permintaannya itu, sungguh merupakan kenikmatan besar! Maka segala
penderitaan yang dialami tidaklah berarti apa-apa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijak lagi Maha Pengasih.
Kemudian, bisa saja Allah menghilangkan nikmat seseorang lantaran orang
itu tidak mengetahui kadarnya, yakni orang yang tidak pernah bersyukur atas
kenikmatan yang ada. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-
Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia
diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat, Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajatmya dengan ayat-ayat itu.... (al-A'raf:175-
176).
Makna firman di atas adalah: Allah telah memberi kenikmatan kepada
Bal'am bin Ba'ura dengan kenikmatankenikmatan besar dan kebaikan dalam
masalah agama, yakni diperkenankan mendapatkan ilmu, dimungkinkan
mendapatkan ruthbah dan manzilah tinggi, sehingga ia mulia dalam pandangan
Allah.
Akan tetapi ia tidak mengetahui kadar kenikmatan yang diberikan Allah,
bahkan cenderung kepada dunia yang hina dan rendah serta menuruti kemauan
syahwat. la tidak menyadari bahwa nikmat dunia sebesar apapun tidak bakal
bisa menandingi nikmat agama'yang sangat kecil sekali pun.
Ia bak anjing yang tidak menghormati majikan dan tidak mau diberi
keuntungan/kesenangan. Tidak dapat membedakan, mana kehormatan,
kehinaan, kesengsaraan, serta tidak mengetahui tinggi dan mulianya martabat.
Begitulah Bal'am, ia tidak menyadari semua itu, tertutup sudah
matahatinya. Sehingga ia berpaling dari Allah lantaran terbuai dengan
kenikmatan dunia.
Maka dengan Kehendak-Nya, Allah menghilangkan semua kenikmatan
dirinya. Tidak terkecuali karamah-karamah dan ma'rifat-nya. Habis sudah kini
semua karunia Allah. Bal'am tak ubahnya anjing yang terusir, bak setan dirajam.
Seorang 'alim yang mendapatkan taufiq dari Allah sehingga memungkinkan
ia beribadah dan mengetahui syari'at serta hukum-hukumnya, tetapi tidak
mengetahui kadarnya. Maka di "Mata" Allah ia adalah seorang hina. Ia lebih
menyukai kehinaan daripada karunia Allah 'Azza wa Jalla.
Jadi orang yang tidak mengetahui kadar suatu kenikmatan, tidak tanggap
akan manzilah yang tinggi, bahkan senantiasa menuruti keinginan syahwatnya,
atau menginginkan dunia yang hina dan fana ini, tidak mempedulikan khil'akhil'a dan segala kemurahannya, juga menutup mata atas pahala akhirat yang
sempurna dan kekal, adalah benar-benar hamba paling rendah dan hina.
Sungguh suatu sikap yang teramat buruk!
Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang
dibaca berulang-ulang dan al-Qur'an yang agung. Janganlah sekalikali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka
(orang-orang kafir itu) .... tal-Hijr : 87-88).
Maksud firman tersebut: hendaknya kita tidak berpaling kepada selain AlQur'an. Keagungan Al-Qur'an jauh melebihi agungnya dunia.
Selain itu hendaknya kita membiasakan diri menyukuri nikmat yang diberikan
Allah. Hal semacam itu pernah diminta Nabi Ibrahim as. agar ayahandanya
mendapatkan kehormatan semacam itu. Tetapi Sang Ayah ternyata enggan
melaksanakan, ia tetap kafir.
Demikian juga Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat mengharap pamannya,
Abu Thalib, mendapatkan nikmat iman dan ma'rifat, Tetapi Abu Thalib tidak
melaksanakan.
Selain itu masih banyak pula orang-orang sebagai sampah dunia. Mereka itu
adalah orang kafir, orang mulhid (yang tidak percaya adanya Allah), kafir zindiq,
fasik, dan sebagainya. Mereka adalah makhluk paling rendah dan hina.
Para Nabi, Wali siddiq, orang berilmu dan ahli ibadah, dijauhkan dari sifat-sifat
tercela itu. Karena mereka adalah kekasih Allah. Demikianlah Allah melimpahkan
karunia-Nya kepada hamba-Nya yang tulus.
Firman Allah kepada Nabi Musa as. dan Nabi Harun as.:
Apabila Aku berkehendak menghiasi dirimu berdua (Musa dan
Harun) dengan suatu perhiasan, agar Fir'aun mengerti tatkala ia
mengetahui bahwa ia tidak bisa (melakukan hal) seperti itu,
sedangkan Aku bisa melakukannya. Namun demikian, Aku menjauhkan
dirimu dari dunia ini, dan kamu menyingkir dari (kenikmatan) dunia.
Seperti itulah sikap-Ku terhadap para wali-Ku. Mereka Aku jaga dari
kenikmatan duniawi. Ibarat pengembala unta yang senang dengan
untanya, (maka) unta-unta itu akan disingkirkan dari tempat yang
kotor. Di samping itu, mereka (para wali), Aku jauhkan dari
kesenangan duniawi dan hidupnya. Hal itu bukan lantaran mereka hina
menurut pandangan-Ku. Namun, agar mereka mengambil bagian
karamab-Ku secara sempurna.
Juga Firman Allah Ta’ala:
Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia
menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan
bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
loteng-loteng perak bagi rumah mereka .... (az-Zukhruf : 33).
Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kenikmatan
kepada kami, para wali, dan kepada orang pilihanNya. Kami'
dijauhkan dari segala macam godaan, sehingga kita termasuk orang
beruntung. Dan kami bersyukur atas karunia dan kenikmatan yang
sempurna dan paling besar, yakni ISLAM! .
Sesungguhnya Islam adalah agama pertama dan terakhir!!
Maka sudah seharusnya kita menyukuri nikmat Islam itu setiap saat. Apalagi,
kita dengan segala kekurangannya, tidak bakal bisa menghitung nikmat Islam. Maka
berusahalah mengetahui hakikatnya.
Allah Ta'ala berfirman:
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (alQur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu .... (asy-Syura:
52).
Juga Firman-Nya:
.....dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu
ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (an-Nisa':
113).
Firman-Nya pula:
sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjuki kamu kepada keimanan .... (al-Hujurat . 17).
Setelah Rasulullah mendengar ada seorang bersyukur dengan mengucapkan
Alhamdulillah, karena nikmat Islam, maka Rasulullah SAW. bersabda:
Sesungguhnya kamu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang
amat besar.
Ketika seorang membawa kabar gembira kepada Nabi Ya'kub as. perihal Nabi
Yunus as. Maka Nabi Ya'kub bersabda:
Agama apa yang dipeluk Nabi Yunus ketika engkau meninggalkannya?
Jawab orang itu, "Agama Islam!"
Sabda Nabi Ya'kub:
Kini telah habis nikmat (maksudnya, nikmat telah mencapai
puncak). Ternyata anakku Yunus masih hidup dan memeluk Islam.
Ada seseorang mengatakan, "Tidak ada suatu perkataan paling dikasihi Allah
dan paling tepat bagi Allah dalam hal bersyukur, kecuali ucapan:
Puji syukur kepada Allah yang melimpahkan nikmat kepada kami,
dan memberi hidayah kepada kami dengan agama Islam.
Sufyan ats Tsauri sering mengatakan, "Apabila seseorang merasa beriman, dan
merasa tidak akan kufur, maka imannya bakal dirampas lantas jadilah ia kufur."
Imam Ghazali mengatakan, "Apabila kamu mendengar kaum kafir bakal kekal
dalam neraka, maka berhati-hatilah kamu, jangan merasa aman, Siapa tahu kamu
pun termasuk kafir. Sebab urusan ini sarat dengan bahaya. Sedang kamu belum
mengetahui akhir kehidupanmu, bagaimana ditulis dalam buku gaib. Oleh karenanya
jangan rerpedaya oleh kemilaunya masa, sebab dibalik kemilau itu terdapat
bahaya yang tersembunyi."
Sebagian ulama juga mengatakan, "Hai orang-orang yang lengah lantaran
dipelihara Allah, berhati-hatilah karena di balik semua itu terdapat berbagai
kemarahan Allah."
Sedangkan iblis, yang' dilaknat Allah pun dihiasi dengan peliharaan Allah.
Demikian juga Bal'am bin Ba'ura, ia dihiasi dengan bermacam cahaya oleh
Allah SWT. Nur kewaliannya tidak menghalangi Allah untuk melaknatnya.
Sayyidina Ali menyatakan, "Beberapa orang disungkun (diberi tidak dengan
keridhaan) dengan kebaikan. Sehingga banyak orang tertipu oleh tutur katanya.
Selain itu banyak pula orang yang ditutupi aibnya oleh Allah SWT,"
Seseorang bertanya, "Sejauh manakah tertipunya hamba itu?"
Jawabnya, "Yakni dengan berbagai kelantifan dari Allah, dan dengan
bermacam-macam
karamah
(merasa dirinya wali, sehingga merasa
tenang/aman) yang mengakibatkan lengah."
Allah 'Azza wa J alla berfirman:
.....nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsurangsur
(ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. (alA'raf: 182).
Seorang ahli ma'rifat mengatakan bahwa Allah SWT. berfirman:
Akan Aku tumpahkan segala nikmat untuk mereka. Tetapi
Aku beri pula mereka sifat pelupa/lengah, sehingga tidak
menyukuri nikmat-nikmat tersebut.
Sebuah sya'ir mengatakan:
Kamu berbaik sangka terhadap zaman, dikarenakan zaman
sedang baik.
Tetapi zaman tidaklah dapat menutupi keburukan.
Misalnya pada suatu malam yang indah, tenang, dan bersih. Kadangkala
kita terlena atas indahnya malam seperti itu. Sesungguhnya keindahan malam
seperti itulah banyak terdapat kekeruhan.
Perlu juga kita ketahui, bahwa semakin dekat pada tujuan semakin sulit
pula. Ibadahnya semakin sulit, sedang untuk mengerjakannya semakin lemah,
bahayanya juga besar. Sehingga semakin tinggi, jatuhnya pun semakin sakit.
Sebuah sya'ir mengatakan:
Kian tinggi terbang sang burung, maka kian jauh pula berku
bangnya ke bumi .
Dengan demikian, tidak ada alasan untuk merasa aman dan tidak
bersyukur, serta berhenti berdoa memohon pemeliharaan-Nya. Sungguh tidak
ada dalih untuk itu!
Sayyidina Ibrahim bin Adham berkata; "Bagaimana kamu bisa merasa
aman, sedang Nabi Ibrahim as. pun bersabda:
Ya Allah, jauhkanlah hamba beserta anak-anak hamba dari
menyembah berhala."
Berkata pula Sayyidina Yusuf ash-Shiddiq as., "Ya Allah, hamba
menginginkan mati dalam keadaan Islam."
Dan Sayyidina Sufyan tidak henti-hentinya berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah
diriku, selamatkanlah diriku."
Diriwayatkan, Muhammad bin Yusuf berkata, "Pada suatu malam aku
mengintip Imam Sufyan Tsauri. Ternyata semalaman beliau menangis.
Maka aku bertanya kepadanya, 'Apakah Tuan sedang menangisi dosa?"
Sebelum menjawab, tangan beliau menggapai se onggok jerami, baru
kemudian berkata, "Dosa itu lebih ringan daripada jerami ini, di hadapan Allah SWt.
Aku bukan takut kepada dosa, tetapi aku takut jika Islam dihilangkan dariku."
Penyusun juga mendengar, bahwa sebagian orang arif berkata, "Sebagian Nabi
menanyakan kepada Allah mengapa Bal'am bin Ba'ura yang begitu alim, dan telah
mendapatkan karamah itu diusir oleh Allah."
Firman Allah:
Ia belum bersyukur pada-Ku, meski sehari, atas nikmat yang
telah Aku curahkan padanya. Andaikata ia bersyukur padaKu, meski
hanya sekali, dalam hidupnya, maka tentu Aku tidak akan
menghapuskan (ilmu) mya,
Ingatlah wahai kaum Muslimin, berpeganglah pada tiang syukur. Memujilah
atas nikmat Allah yang telah diberikan, nikmat yang paling tinggi dan agung, yakni
agama Islam dan ma'rifat. Sedangkan karunia terendah, misalnya, membaca
Subbana 'I-Lah, atau memelihara kita dari ucapan yang tidak berguna.
Dengan demikian mudah-mudahan Allah "memuncakkan" nikmat-Nya kepada
kita, terhindar dari musibah kehilangan nikmat. Sebab memang itulah musibah
paling hebat, yakni terhina setelah dimuliakan Allah! Sesungguhnya Allah Mahaagung, Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang.
Allah Maha Berkehendak. Hendaknya dengan lisan dan hati kita memuji dan
mengagungkan-Nya. memohon agar dijauhkan dari perbuatan maksiat, dan berbakti
kepada-Nya sesuai dengan tenaga dan pengetahuan yang ada dengan rendah hati.
dan menyukuri nikmat-Nya.
Jika suatu saat lalai atau lengah, tidak bersyukur kepadaNya. sehingga kita
menjadi hina, lekaslah bertaubat dengan sungguh-sungguh, serta merendahkan diri,
bertawasul sambil berdoa:
Ya Allah Tuhan kami. Mula-mula Engkau memberikan ihsan, sedangkan hamba
ini sebenarnya tidak pantas menerima pemberian itu. Maka kini hamba memohon
agar dipertinggi dengan Karunia-Mu.
Para wali, dikala menyendiri sering membaca doa berikut ini;
Ya Allah, setelah Engkau memberikan hidayah janganlah
membelokkan hati kami, dan semoga kami mendapatkan Rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkau MahaPemurah.
Kami semua mendapatkan nikmat dari-Mu, dan kami mengharap
nikmat yang lain. Sebab hanya Engkau-lah Yang Maha Memberi dan
Maha Pemurah, sebagaimana Engkau memberikan kemuliaan pada awal
kami. Maka semoga Engkau menyempurnakan nikmat kami.
Doa yang pertama-tama diajarkan Allah kepada hamba Muslim adalah:
Tunjukkanlah kami jalan lurus.
Menurut para ahli hikmat, pada garis besarnya musibah manusia ada lima
macam:
1) Sakit ketika bertualang.
2) Miskin pada hari tua.
3) Ajal dalam usia muda.
4) Menderita kebutaan (sebelumnya tidak buta).
5) Diacuhkan orang banyak (mulanya disanjung),
Ada seseorang menggubah sebuah sya'ir.
Segala sesuatu jika ditinggalkan akan datang gantinya, tetapi
Allah tidak ada penggantinya (kita meninggalkan Allah atau Allah
meninggalkan kita, maka tidak ada gantinya).
Ada lagi sebuah sya'ir:
Apabila dunia menyisakan kepada manusia agamanya (dunia tidak
mengganggu agama), maka segala yang luput darinya tidak apa-apa,
asal agamanya selamat.
Demikian pula setiap kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita, tiap-tiap
tayid yang diberikan kepada kita dalam menempuh satu tanjakan/tahapan dari
tahapan yang tujuh agar Allah menetapkan apa-aI>a yang telah diberikan
kepada kita. Bahkan Allah akan menambah dari apa yang kita harap.
Jika sudah demikian, berarti kita telah menempuh tahapan syukur yang
sarat dengan bahaya itu. Kita menjadi manusia beruntung dengan mendapatkan
dua "simpanan" mulia dan mahal, yakni istiqamah dan meminta tambahan
nikmat dari Allah yang kekal, yang tidak kita kuatirkan akan hilang, juga
mendapatkan nikmat Allah yang belum diberikan Allah, yang mana kita tidak
mungkin memintanya.
Berarti pula kita termasuk orang yang ma'rifat dan mengamalkan ilmunya,
agama-Nya, berzuhud terhadap dunia, tajarmd guna berbakti kepada-Nya,
mampu mengalahkan setan, tidak beranggapan akan hidup lama, berserah diri
kepada-Nya, bersabar, takut, ikhlas, dan senantiasa menyukuri nikmat-Nya.
Maka kita menjadi orang yang istiqamah. terhormat, dan shiddiq.
Allah ' Azza wa Jalla berfirman:
... Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima
kasih. (Saba': 13).
Juga Firman-Nya:
.....tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri-Nya.....
(Yusuf: 38); (.....tidak mengetahuinya .... , Yusuf: 21); dan
(tidaklah kamu memikirkan .... , Yusuf: 109).
Maka wajib bagi yang mendapatkan kemudahan dari Allah berjihad di jalanNya.
Firman Allah Ta'ala:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami
.... (al-Ankabut . 69).
Memang, jika kita kaji tahapan-tahapan itu sangat panjang, begitu juga
syarat-syaratnya amat sulit. Tetapi jika Allah Menghendaki yang panjang itu bisa
menjadi pendek, yang jauh menjadi dekat, yang sukar menjadi mudah, Sehingga
orang yang dimudahkan jalannya itu, setelah berhasil menempuh semua
tahapan akan mengatakan bahwa tahapan itu pendek, dekat, dan mudah.
Setelah berhasil menempuh semua tahapan itu, penyusun katakan:
Bagi yang menghendaki, untuk mengetahui jalan itu sangatlah
jelas, dan aku merasa hati ini tidak mampu melihat jalan itu. Aku
heran, mengapa orang-orang celaka, sedangkan jalan keselamatan
telah nyata.
Dan aku heran pula terhadap orang yang selamat, padahal jalan
itu amatlah sukar.
Sehingga, guna menempuh tahapanItanjakan itu ada yang memerlukan waktu
tujuh puluh tahun, tetapi ada pula yang hanya memerlukan waktu dua puluh tahun,
sepuluh tahun, bahkan ada yang hanya satu tahun, juga ada yang berhasil dalam
satu bulan, dua minggu, satu jam;bahkan dalam sekejap! tentu saja karena adanya
inayah dari Allah SWT.
Seperti halnya Ashabu 'I-Kahfi tatkala berlindung di dalam gua. Mereka berhasil
menempuh tahapan tujuh itu hanya dalam sekejap.
Waktu itu mereka melihat perubahan wajah rajanya, maka mereka berkata
terus-terang, sehingga ketujuh tahapan itu terpenuhi saat itu juga. Kemudian
mereka berkata:
Tuhan kami adalah Tuhan yang Mempunyai dan Menguasai langit
dan bumi, kami tidak akan menyembah selain kepadaNya.
Maka berhasillah mereka dalam ma'rifat, Sehingga mengetahui hakikat-hakikat
yang terkandung di dalamnya (ketujuh tahapan), dan berhasil mencapainya saat itu
juga. Mereka tafwid kepada Allah, tawakkal, dan beristiqamah. Kemudian mereka
mengatakan:
Maka carilah tempat perlindungan di dalam gua itu, niscaya
Tuhan akan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu.
Demikian pula para tukang sihir Fir'aun. Mereka berhasil menempuh ketujuh
tahapan' itu hanya dalam sekejap, yakni setelah melihat mu'jizat Nabi Musa as.
Mereka berkata:
Kami beriman kepada Tuhan seru sekalian alam, Tuhannya Musa
dan Harun.
Sehingga waktu itu juga terlihat jalan ke akhirat, dan pada saat itu pula
terpenuhi oleh mereka. Sehingga termasuklah mereka golongan ahli ma'rifat
kepada Allah, ridha akan takdir Allah, bersabar atas segala cobaan, dan bersyukur
atas nikmatNya, serta merindukan Allah SWT. Selanjutnya berserulah mereka:
Tidaklah merugi sekalipun dibunuh. Sebab kita akan kembali
kepada Tuhan.
Kami riwayatkan, bahwa Ibrahim bin Adham rahimahullah dahulu adalah
seorang kaya (ia seorang raja). Dahulunya beliau tergiur oleh dunia, namun
kemudian menempuh jalan akhirat. Untuk menempuh perjalanan dari kota Balakh
ke kota Marwarwuzd cukup dengan berjalan kaki, Sehingga pada waktu itu juga
beliau menjadi seorang wali.
Tatkala melihat ada seorang lelaki terjatuh dari jembatan beliau berkata,
"Berhentilah kamu! Jangan jatuh ke tanah." Mengagumkan, orang yang terjatuh itu
pun terhenti di udara, sehingga selamatlah orang itu berkat karamah Ibrahim bin
Adham.
Juga, Rabi'ah Basriyyah (Rabi'ah yang berasal dari kota Basar), pada mulanya
adalah seorang budak belian. Usianya sudah lanjut. Sehingga ketika ditawarkan ke
pasar Basrah, tiada seorang pun yang sudi membeli .
Tetapi akhirnya seorang saudagar yang merasa kasihan membelinya, dengan
harga seratus dirham. Kemudian saudagar itu mernerdekakannya. Selanjutnya
Rabi'ah memilih jalan akhirat, mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah.
Dalam waktu satu tahun, para ulama dan mujahid kota Basrah menghadap
kepadanya. Tidak ketinggalan para ahli qira'at yang hafal Al-Qur'an. Mereka
berduyun-duyun menghadap Rabi'ah, lantaran manzilahnya telah tinggi.
Tetapi orang yang tidak dikehendaki dan tidak mcndapatkan inayah Allah, maka
akan "dimasabodohkan" oleh Allah. Terkadang dalam menempuh satu tahapan saja
memerlukan waktu tujuhpuluh tahun belum juga beres. Sehingga ia sering mengatakan, "Sungguh gelap jalan ini. Urusan ini benar-benar sulit dan rumit." Sebab urusan
itu terletak pada satu pokok. yakni takdir Allah SWT. Yang Mahaagung, Maha
Mengetahui, Mahaadil lagi Maha Bijaksana.
Sehubungan dengan takdir Allah, hendaknya kita jangan su u'l-adab, jangan
asal bertanya. Kita harus mengetahui rahasia Ketuhanan dan rahasia kehambaan.
Jangan pernah bertanya mengapa Allah mentakdirkan kepada si anu begini, sedang
kepadaku begitu. Terhadap manusia kita boleh bertanya demikian, tetapi tidak
terhadap Allah, hal itu adalah rahasia takdir.
Tahapan panjang dan sukar menuju akhirat itu sama halnya dengan Shiratha 'lMustaqim di akhirat kelak. Di sana banyak pula rintangan yang harus dilewati. Juga
terdapat berjenis-jenis makhluk. Kelak bakal ada yang melewatinya bak kilat, ada
juga seperti angin, ada pula secepat larinya kuda, dan ada yang secepat burung
terbang. Tetapi ada juga yang berjalan biasa, ada yang merangkak hingga hangus
menjadi arang. Bahkan ketika melewatinya ada yang mendengar suara neraka, juga
ada yang tersandung hingga jatuh ke dalam neraka jahannam.
Dengan demikian berarti terdapat dua jalan, yakni jalan dunia (tujuh tahapan)
dan jalan akhirat (shiratha 'l-Mustaqim),
Jalan akhirat diperuntukkan jiwa yang dapat ditangkap indra penglihatan.
Sedangkan shiratba 'l-mustaqtm diperuntukkan hati, yang segala sesuatunya hanya
dapat ditangkap dengan matahari.
Perbedaan antara manusia satu dengan lainnya ketika meniti shiratha 'lmustaqim kelak dikarenakan perbedaan selama hidup di dunia.
Adapun tahqiq-tahqiq dari bab-bab itu adalah:
Panjang pendeknya jalan dalam menempuh akhirat ketika hidup di dunia,
tidaklah seperti perjalanan yang ditempuh fisik dengan menggunakan kaki. Kalau
jalan yang ditempuh kaki bergatung kuat atau tidaknya fisik atau kaki itu sendiri.
Sedangkan perjalanan shiratha 'l-mustaqim merupakan jalan rahasia, yang ditempuh
dengan hati, pikiran. Jadi tergantung bagaimana aqaid dan ma tahari seseorang.
Pangkal mulanya adalah turunnya nur dari langit dan masuknya Penglihatan
Tuhan ke dalam hati hamba. Berkata nur itu dengan sekali lirik saja, si hamba
mampu melihat urusan dunia dan akhirat dengan sesungguhnya.
Untuk mencari nur itu terkadang manusia membutuhkan waktu seratus tahun.
Sehingga jika jalan/cara mencarinya salah, maka tidak akan mendapatkannya.
Ada yang mendapatkan nur itu setelah berusaha selama lima puluh tahun,
sepuluh tahun, ada yang hanya dalam tempo satu hari, ada juga yang dalam waktu
satu jam, bahkan ada yang hanya dalam waktu sekejap, satu kali kedipan mata.
Sudah barangtentu itu karena inayah dan hidayah Allah.
Namun begitu Allah memerintahkan kepada hambanya agar terus mencarinya
dengan sungguh-sungguh. Tetapi bagaimana urusan dan hasilnya hanyalah Allah
Yang Mengetahui, bergantung takdir Allah, Allah-lah yang memutuskan sesuai
dengan Kehendak-Nya.
Memang urusan ini demikian sulit dan bahayanya pun sangat besar. Sesuai
dengan firman Allah Ta'ala:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam
susah payah. (al-Balad: 4).
Juga firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zhalim dan amat bodoh. (al-Abzab : 72).
Rasulullah SAW. juga bersabda:
Apabila kamu mengetahui apa yang aku .kerahui, nIscaya
kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa.
Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa ada yang berseru dari langit,
"Tidakkah manusia diciptakan oleh Allah. Hendaknya mereka mengetahui untuk
apa mereka diciptakan. Dan jika sudah mengetahui, maka amalkanlah ilmunya."
Sehubungan dengan hal itu, Sayyidina Abu Bakar berkata, "Ingin rasanya
aku menjadi rumput, dimakan kuda." Perkataan itu keluar lantaran sangat takut
terhadap siksa.
Selanjutnya Sayyidina Umar ra. meriwayatkan, bahwa beliau mendengar
seseor.ang membaca ayat:
Telah tiba pada diri seseorang satu masa yang tidak disebutsebut. (pada waktu itu manusia belum ada).
Kata Sayyidina Umar, "Hendaklah demikian untuk selamanya, manusia
janganlah disebut-sebut."
Berkata pula Abu 'Ubaidah, "Ingin sekali rasanya aku menjadi seekor biribiri yang bertuan. Sehingga dagingku disayat-sayat dan gulaiku dicicipi. Semoga
aku tidak sekadar diciptakan."
Juga berkata Wahab bin Munabbih, "Memang manusia itu sangat dungu.
Sebab jika tidak, hidupnya ai dunia tidak akan senang."
Dan berkata pula Fudhail bin Iyadh, "Aku tidak iri kepada malaikat dan
kepada Nabi utusan, juga terhadap hamba shaleh. Sebab, sekalipun Nabi,
malaikat, atau hamba shaleh, kelak pada hari kiamat tetap ditanyai oleh Allah.
Tetapi aku iri hati kepada yang tidak diciptakan Allah."
Sayyidina Atha' pun berkata, "Apabila seseorang menyalakan api, kemudian
mengumumkan bahwa siapa saja mencampakkan dirinya ke dalam api itu maka
akan hilang (menjadi orang yang tak berkelanjutan). Maka aku takut lebih dulu
mati sebelum sampai pada api itu."
Wahai saudaraku kaum Muslimin, memang urusan ini sangat sulit,
sebagaimana telah penyusun uraikan di atas. Lebih sulit/hebat dari perkiraan
pembaca, barangkali. Dan Allah memang telah mentakdirkan demikian.
Dengan demikian tidak ada jalan lain kecuali bersungguh-sungguh ubudiyah
kepada Allah SWT., dan berpegang kepada tali Allah untuk selamanya. Semoga
Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada kita.
Sesungguhnya yang dicari hamba dhaif ada dua macam:
1). Menginginkan keselamatan dunia akhirat.
2). Menginginkan menjadi raja dunia dan akhirat.
Dunia dengan segala godaan, penyakit, dan bahayanya, membuat malaikat
tidak bisa selamat. Sebagaimana pernah kita dengar cerita tentang Harut dan
Marut.
Sehingga diriwayatkan, apabila ada malaikat menjinjing nyawa seorang
hamba ke langit, maka malaikat langit merasa heran dan berkata, "Bagaimana
manusia ini bisa selamat dari dunia, sedang malaikat yang paling baik pun (Harut
dan Marut, yang diberi hawa nafsu) dibuat rusak."
Perlu diingat, bahwa kehingarbingaran dan penderitaan akhirat sangatlah
hebat. Sehingga para Nabi dan Rasul pun menjerit: nafsi, nafsi .....
Dengan demikian, siapa saja yang menginginkan selamat dari godaan dunia,
haruslah keluar dari dunia ini dengan berbekal Islam, mati dalam keadaan Islam.
Sehingga jika selamat dari hura-hara hari kiamat, maka surgalah tempatnya,
selamat dari segala mara dan petaka. Dan untuk mencapai semua ini tidaklah
mudah!
Adapun kekuasaan dan kemuliaan yang dikaruniakan Allah kepada ahli surga
adalah pemenuhan segala keinginan si hamba!
Hal semacam itu, di dunia diberikan kepada para wali. Apa yang
dikehendakinya akan terjadi, ikhlas kepada takdir Allah SWT.
Daratan, lautan, dan segenap isi bumi, bagi para wali hanyalah "secuil".
Batu, tanah bagi para wali, apabila ia menghendaki bisa menjadi emas dan
perak.
Demikian juga segenap jin, manusia, dan binatang semua ditaklukkan Allah
untuk para aulia. Apa saja yang dikehendaki wali pasti terkabulkan. Sebab mereka
tidak pernah menginginkan apa-apa selain apa-apa yang dikehendaki Allah,
sedangkan apa saja yang dikehendai Allah pasti terjadi.
Para aulia, tidak pernah takut terhadap semua makhluk ciptaan Allah. Tetapi
justru sebaliknya, Semua makhluk segan kepada para wali.
Para wali tidak berbakti kepada siapa pun, kecuali kepada Allah SWT. Selain
Allah, semuanya berkhidmat kepadanya.
Itulah kekuasaan para aulia selama di dunia. Adapun kekuasaan di akhirat,
sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan
melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (alInsan: 20).
Dapat kita bayangkan, betapa agung dan besar segala yang disebutkan Allah.
Dengan demikian kita menjadi sadar, bahwa dunia ini sangatlah kecil dan sedikit,
dan umurnya pun sangatlah pendek. Dengan demikian. jika kita mendapatkan
Lagian dari yang sedikit itu tentunya amatlah sedikit!
Padahal, ada seseorang rela berkurban harta benda, bahkan jiwa demi
mcndapatkan kekuasaan dunia. Sehingga suatu saat memperoleh sedikit dari yang
sedikit itu. sedangkan pendapatannya itu tidaklah kekal.
Jika berhasil mendapatkannya, meskipun terdapat banyak cacat dan cela, maka
orang-orang merasa iri, dan mengatakan telah mengorbankan banyak harta dan
jiwa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah syair, oleh seorang putra raja Imri u'lQais.
Shabatku menangis tatkala di hadapannya terlihat jalan (jalan
ke Roma), dan yakin kami akan sampai ke Kekaisaran. Kataku,
"Jangan kau menangis, bagi kita mati atau menjadi raja. sehingga
kita diampuni bila telah mati."
Demi kianlah seorang pemburu kerajaan dunia, jika menginginkan kerajaan
surga yang kekal. Beruntunglah seseorang yang berhasil mencapainya, dan
keberhasilan itu semata-mata karena karunia Allah SWT.
Seseorang yang benar-benar taat dan berkhidmat kepada Allah SWT., akan
diberi empat puluh kemuliaan; dua puluh kemuliaan dunia, dan dua puluh
kemuliaan akhirat.
Ke-empatpuluh kemuliaan itu adalah:
1. Mendapatkan pujian dan disebut oleh Allah. Sung;uh mulia seseorang
yang mendapatkan kedua hal tersebut dari Allah.
2. Diagungkan dan dimuliakan oleh Allah.
3. Dicintai oleh Allah Ta'ala semasa hidup di dunia.
4. Selama hidup di dunia, karena taat dan tawakkal sehingga seolah-olah
Allah menjadi wakilnya dalam segala urusan. Semua urusan Allah yang
mengatur.
5. Segala rizkinya ditanggung oleh Allah, dengan perubahan dari keadaan
satu ke keadaan yang lain tanpa kesulitan berarti, serta tidak
mendatangkan dampak negatif.
6. Mendapatkan pertolongan Allah dari segala niat buruk/ jahat musuh.
7. Tidak merasa kuatir, karena Allah senantiasa menentramkan hatinya.
8. Derajat kemuliaannya terangkat. Sebab kemuliaannya tidak pemah
dinodai dengan berkhidmat kepada dunia, makhluk dan ahli dunia.
Bahkan ia tidak sudi dikhidmati dunia dan para penguasa dunia.
9. Himmahnya diangkat oleh Allah hingga puncak. Tidak tersentuh
kotoran dunia dan ahlinya, tidak tergiur oleh kebohongan dan segala
yang dapat melalaikan akhirat dan Allah Ta'ala.
10. Kekayaan hati, dimana melebihi kekayaan materi. Hatinya ikhlas,
lapang dada, tidak terkejut dengan berbagai kejadian, dan tidak
bersedih karena ketiadaan.
11. Hatinya bersih, sehingga memudahkan menerima segala ilmu dan
rahasia, serta hikmah.
12. Bersabar dan ikhlas menerima segala cobaan dan musibah yang terjadi
akibat kelakuan dan kejahatan musuh.
13. Dihormati dan disegani orang lain. Bahkan raja zhalim sekalipun
menaruh simpati kepadanya.
14. Dicintai orang lain. Semua orang mengagungkan, mencintai, dan
memuliakannya.
15. Setiap tutur katanya mendatangkan banyak kebaikan. Bahkan setiap
nafasnya pun mendatangkan kebaikan. Sehingga orang lain mengharap
kebaikan darinya.
16. Bumi, langit dan laut tunduk padanya.
17. Semua binatang tunduk dan takluk kepadanya.
18. Mempunyai kunci-kunci bumi.
19. Menjadi pimpinan dan mempunyai pengaruh dalam pintu Rabbu 'lIzzati. Ia mencari wasilah dengan berkhidmat kepada Allah,
menginginkan barakah dari Allah SWt.
20. Allah mengabulkan doanya.
21. Diringankan sakratul mautnya. Sedangkan sakratul maut itu paling
dikuatirkan oleh para Nabi, sehingga mereka pun mohon diringankan
sakratul mautnya. Sehingga ada seorang wali yang melaluinya seperti
meneguk air.
Allah Ta'ala berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik .... (anNahl: 32).
22. Tetap dalam ma'rifat dan iman.
Firman Allah ' Azza wa J alla:
Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat .... (Ibrahim:
27).
23. AlIah melimpahkan kebahagiaan kepadanya, juga keridhaan, sehingga
la senantiasa merasa aman.
Allah Ta'ala berfirman:
.....Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu. (Fushshilat : 30).
Dengan demikian mereka tidak pernah merasa takut terhadap apa-apa
yang bakal dialami di akhirat. Juga tidak kuatir dan bersedih
meninggalkan dunia.
24. Kekal di dalam surga, dekat dengan Allah Taala.
25. Di alam gaib ruhnya diiring ke langit dengan penghormatan,
kelemahlembutan, dan dianugerahi kenikmatan. Sedangkan sebelum
dikuburkan, mayatnya diagungkan, orang saling berebut untuk
menshalatkan mayatnya. Mereka mengharapkan pahala besar dari
perbuatannya itu/mengurusi mayatnya
26. Dapat menjawab pertanyaan kubur dengan lancar dan benar, sehingga
terbebas dari siksa kubur.
27. Diluaskan dan diterangi kuburnya, berada dalam taman surga hingga hari
kiamat.
28. Ruhnya menghadap Allah dengan tenang. Jasadnya dikuburkan dengan
senang, sedang ruhnya pun merasa senang meski harus berpisah dengan
jasad. Dan ruhnya mendapat penghormatan, disimpan bersama ruh kaum
shaleh, serta berbahagia mendapatkan karunia Allah SWT.
29. Bangkit dari kubur dan berkumpul di padang Mahsyar mendapat
penghormatan dan dimuliakan dengan berkendaraan Buroq.
30. Roman mukanya berseri-seri dan bersahaja.
Firman Allah Ta'ala:
Wajah-wajah (orang-orang Mu'min) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (al-Qiyamah: 22-23).
Firman-Nya pula:
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira
ria.....('Abasa : 38-39).
31. Aman dari petaka hari kiamat.
ataukah orang-urang Jhmg datang deng:al7 aman sentosa pada hari
kiamat .... (Fushsbilat . 41).
32. Menerima catatan amal dari sebelah kanan (sebagai pertanda kebaikan
dan keselamatan).
33. Diringankan hisabnya, bahkan ada yang tidak dihisab samasekali.
34. Timbangan kebaikannya berat.
35. Menghadap Rasulullah SAW. di telaga, dan meminum air telaga itu
sehingga tidak merasa dahaga dalam waktu sangat
36. lama.
37. Dapat meniti jurang Siratha 'l-mustaqirn dan selamat dari neraka
Jahannam. Bahkan ada yang samasekali tidak mendengar suara neraka
Jahannam. Kekal apa-apa yang ia inginkan, dan neraka Jahannam
dipadamkan bagi mereka.
38. Mampu memberikan syafa'at kepada orang lain di padang Mahsyar pada
hari kiamat, sebagaimana syafa'at yang diberikan para Nabi dan Rasul.
39. Kekuasaan kekal dalam surga.
40. Mendapatkan keridhaan yang agung dari Allah SWT.
41. Menghadap Rabbu 'l-'Alamin, Tuhan seru sekalian alam Yang tidak berawal
dan berakhir.
Begitulah yang empatpuluh itu sebagai rincian, garis besar dan pokoknya.
Sedangkan rincian lebih jelas dan mendetail bersifat gaib, dan hanya Allah-lah Yang
Mengetahui!
Allah Ta'ala berfirman:
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata .... (as-Saidah : 17).
Rasulullah SAW. bersabda:
Di surga Allah menciptakan apa-apa yang belum pemah dilihat
manusia, belum pemah terdengar, dan belum pemah terlintas di hati
manusia.
Dan para ulama tafsir menafsirkan firman Allah itu sebagai berikut:
Akan kering air laut sebelum habis menuliskan kalimatkalimat
Tuhanku.
Firman-firman Allah tersebut diperuntukkan· bagi ahli surga. Dengan segala
kekurangan dan keterbatasannya manusia tidak akan mengetahui dan mencapai
berjuta kenikmatan yang disediakan Allah.
Untuk mencapai semua itu, kewajiban kita hanyalah beribadah dan beramal
dengan sungguh-sungguh. Dan perlu diketahui, meskipun kita mengerjakannya
dengan sungguhsungguh, namun amatlah sedikit yang akan kita capai dibandingkan
jumlah yang disediakan Allah.
Manusia mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, yang dapat
diringkas menjadi empat:
1. Memiliki ilmu.
2. Memiliki amal.
3. Memiliki sifat ikhlas.
4. Memiliki kbauf:
Ilmu, berfungsi untuk mengetahui cara atau jalan menuju akhirat dan Allah
SWT.
Kemudian ilmu haruslah diamalkan, yakni setelah mengetahui jalannya.
Beramal haruslah disertai rasa ikhlas. Sebab jika tidak ikhlas sia-sialah amalnya,
dengan demikian merugilah ia.
Selanjutnya, senantiasa takut dan berhati-hati, sehingga tidak mudah tertipu.
Imam Dzunnun mengatakan bahwa semua manusia akan mati, kecuali para
ulama. Dan ulama pun akan tidur, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan yang
mengamalkan ilmunya tertipu oleh diri sendiri dan setan, kecuali yang ikhlas. Meskipun ikhlas, tetapi masih tetap dalam bahaya.
Menurutku, yang paling mengherankan adalah perbuatan empat macam orang,
yaitu:
1) Orang cerdas tetapi enggan belajar.
Mereka enggan menuntut ilmu, baik mengenai apa-apa yang berada di
hadapannya, segala sesuatu yang bakal ditemui setelah kema tiannya,
dalil-dalil dan ilmu yang sudah terhampar di hadapannya, ayat-ayat AIQur'an serta peringatan Allah. Sedangkan mereka seharusnya terkejut
dengan pikiran dan lintasan hatinya.
Allah Ta'ala berfirman:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan
bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, .... (al-A'raf: 185)
Juga Firman-Nya:
Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar. (alMuthaffifin : 4).
2) Orang yang mempunyai ilmu tetapi tidak mengamalkannya.
Sekalipun telah mengetahui namun mereka tidak mau berpikir bahwa
dirinva bakal menghadapi huru-hara yang besar dan tahapan/tanjakan
sulit.
3) Orang yang beramal tetapi tidak ikhlas.
Allah' Ana wa Jalla berfirman:
.....Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleb dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (diKahfi: 110).
4) 4). Orang mukhlis tetapi tidak merasa takut.
Ia tidak memikirkan pilihan-pilihan, aulia-Nya, dan khadamNya sebagai
isyarat Ciptaan-Nya.
Allah Ta'ala berfirman kepada Rasulullah SAW:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(Nabi-nabi) yang sebelummu .... (az-Zumar :65).
Sehingga, Rasulullah SAW. sering bersabda:
Yang menyebabkan rambutku beruban adalah surat Hud dan sebangsanya.
Sedangkan rinciannya, sebagaimana difirmankan Allah dalam empat ayat AlQur'an:
1. Maka apakah kamu mengira. bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamusecara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?
2. dan hendaklah setiap diri memperhatikan apu yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang yang kamu kerjakan. (al-Hasyr: 18).
3. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KJmi .... (alAnkabut : 69).
4. Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jibadnya itu adalah
untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (al-Ankabut : 6)
Semoga Allah mengampuni segala kesalahan dalam penyusunan buku ini, serta
atas ucapan-ucapan kami yang tidak sesuai dengan amalan kami.
Semoga Allah menjauhkan kami dari sifat riya dalam menyusun buku ini dan
dalam mengajarkan ilmu-Nya kepada orang lain. Semoga kita dapat mengamalkan
ilmu-Nya semata-mata karena Allah, dan mudah-mudahan ilmu itu tidak
membawa keburukan bagi kita.
Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Rasulullah SAW., hamba
terbaik yang mengajak dan menganjurkan beribadah kepada Allah. Dan mudahmudahan shalawat itu diberikan juga kepada keluarga dan para sahabat beliau.
Dan semoga Rasulullah mendapatkan keselamatan dan barakah untuk
selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar