Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri istri. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri istri. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

bab 8 Perkawinan Sebagai Pendorong Atau Penghalang Dalam Kehidupan Keagamaan

 📓kimiatus sa-ada


📄 bab 8 Perkawinan Sebagai Pendorong Atau Penghalang Dalam Kehidupan Keagamaan



Perkawinan memainkan peran yang besar dalam kehidupan manusia, sehingga ia perlu diperhitungkan dalam membahas soal kehidupan keagamaan dan dibicarakan dalam dua aspeknya, yaitu keuntungan dan kerugiannya. Mengetahui bahwa Allah, sebagaimana kata al-Qur'an, "Hanya menciptakan manusia dan jin untuk beribadah," maka keuntungan yang pertama dan nyata dalam perkawinan adalah bahwa para penyembah Allah menjadi makin banyak jumlahnya. Oleh karena itu, para ahli ilmu kalam telah menyusun seuntai pepatah: lebih baik tersibukkan dalam tugas-tugas perkawinan daripada dalam ibadah-ibadah sunnah.



Keuntungan lain daripada perkawinan adalah sebagaimana disabdakan oleh Nabi: "Doa anak-anak bermanfaat bagi orang tuanya jika orang tuanya itu telah meninggal, dan anak-anak yang meninggal sebelum orang tuanya akan memintakan ampun bagi mereka di Hari Pengadilan." Sabda Nabi pula: "Ketika seorang anak diperintahkan untuk masuk surga, dia menangis dan berkata, "Saya tak akan memasukinya tanpa ayah dan ibu saya." Juga, suatu hari Nabi dengan keras menarik lengan baki seseorang ke arah dirinya sambil bersabda, "Demikianlah anak-anak akan menarik orang tuanya ke surga." Beliau menambahkan, "Anak-anak berkumpul berdesak-desakan di pintu gerbang surga dan menjerit memanggil ayah dan ibunya, hingga keduanya yang masih berada di luar diperintahkan untuk masuk dan bergabung dengan anak-anak mereka."



Diriwayatkan dari seorang Wali yang termasyhur bahwa suatu kali ia bermimpi bahwa Hari Pengadilan telah tiba. Matahari telah mendekat ke bumi dan orang-orang mati karena kehausan. Sekelompok anak-anak berjalan kian kemari memberi mereka air dari cawan-cawan emas dan perak. Tetapi ketika sang Wali meminta air, ia ditolak, dan salah seorang anak itu berkata kepadanya, "Tidak salah seorang pun di antara kami ini anak-anak anda." Segera setelah sang Wali bangun ia berencana untuk kawin.



Keuntungan lain dari perkawinan adalah bahwa duduk bersama dan bersikap baik terhadap istri adalah suatu perbuatan yang memberikan rasa santai kepada pikiran setelah asyik mengerjakan tugas-tugas keagamaan. Dan setelah santai seperti itu seseorang bisa kembali beribadah dengan semangat baru.



Demikianlah Nabi saw. sendiri, ketika merasakan beban turunnya wahyu menekan terlalu berat atasnya, ia menyentuh istrinya Aisyah dan berkata: "Berbicaralah padaku wahai 'Aisyah, berbicaralah padaku!" Dilakukannya hal ini karena dari sentuhan kemanusiaan yang hangat itu bisa mendapatkan kekuatan untuk menerima wahyu-wahyu baru. Untuk alasan yang sama ia biasa meminta Bilal untuk mengumandangkan azan dan kadang-kadang ia juga membaui wawangian yang harum. Salah satu haditsnya yang terkenal adalah: "Saya mencintai tiga hal di dunia ini: wewangian, wanita dan penyegaran kembali dengan shalat." Suatu kali Umar bertanya kepada Nabi tentang hal-hal yang paling penting untuk dicari di dunia ini. Beliau saw. menjawab: "Lidah yang selalu berzikir kepada Allah, hati yang penuh rasa syukur dan istri yang amanat."



Keuntungan lain dari perkawinan adalah adanya seseorang yang memelihara rumah, memasak makanan, mencuci piring, menyapu lantai dan sebagainya. Jika seorang laki-laki sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan itu, maka ia tak bisa mencari ilmu, menjalankan perdagangannya atau melakukan ibadah-ibadahnya dengan sepatutnya. Untuk alasan ini Abu Sulaiman berkata: "Istri yang baik bukan saja rahmat di dunia ini, tetapi juga di akhirat, karena ia memberikan waktu senggang kepada suaminya untuk berpikir tentang akhirat." Dan salah satu di antara ucapan Khalifah Umar adalah: "Setelah iman, tidak ada rahmat yang bisa menyamai istri yang baik."



Tambahan lagi, perkawinan masih memiliki keuntungan yang lain, yaitu bersikap sabar dengan tetek-bengek kewanitaan - memberikan kebutuhan-kebutuhan istri dan menjaga mereka agar tetap berada di jalan hukum - adalah suatu bagian yang amat penting dari agama. Nabi saw. bersabda; "Memberi nafkah kepada istri lebih penting daripada memberi sedekah."



Suatu kali, ketika Ibnu Mubarak sedang berpidato di hadapan orang-orang kafir, salah seorang sahabatnya bertanya kepadanya: "Adakah pekerjaan lain yang lebih memberikan ganjaran daripada jihad?" "Ya," jawabnya, "Yaitu memberi makan dan pakaian kepada istri dan anak dengan sepatutnya." Waliyullah yang termasyhur Bisyr Hafi berkata: "Lebih baik bagi seseorang untuk bekerja bagi istri dan anak daripada bagi dirinya sendiri." Di dalam hadits diriwayatkan bahwa beberapa dosa hanya bisa ditebus dengan menanggung beban keluarga.Berkenaan dengan seorang wali, diriwayatkan bahwa istrinya meninggal dan ia tak bermaksud kawin lagi meski orang-orang mendesaknya seraya berkata bahwa dengan begitu akan lebih mudah baginya untuk memusatkan diri dan pikirannya di dalam uzlah.



Pada suatu malam ia melihat dalam mimpinya pintu surga terbuka dan sejumlah malaikat turun, lalu mendekatinya dan salah satu di antara mereka bertanya: "Inikah orang yang celaka yang egois itu?" dan rekan-rekannya menjawab: "Ya, inilah dia." Wali itu sedemikian terperangahnya sehingga tidak sempat bertanya tentang siapakah yang mereka maksud. Tetapi tiba-tiba seorang anak laki-laki lewat dan ia pun bertanya kepadanya. "Andalah yang sedang mereka bicarakan," jawab sang anak, "baru minggu yang lalu perbuatan-perbuatan baik anda dicatat di surga bersama dengan wali-wali yang lain, tetapi sekarang mereka telah menghapuskan nama anda dari buku catatan itu." Setelah terjaga dengan pikiran penuh tanda tanya, dia pun segera membuat rencana untuk kawin. Dari semua hal di atas, tampak bahwa perkawinan memang diinginkan.



Sekarang akan kita bicarakan kerugian-kerugian perkawinan. Salah satu di antaranya adalah adanya suatu bahaya, khususnya di masa sekarang ini, bahwa seorang laki-laki mesti mencari nafkah dengan sarana-sarana yang haram untuk menghidupi keluarganya, padahal tidak ada perbuatan-perbuatan baik yang bisa menebus dosa ini. Nabi saw. bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan akan ada laki-laki yang membawa tumpukan perbuatan baik setinggi gunung dan menempatkannya di dekat Mizan. Kemudian ia ditanya; "Dengan cara bagaimana engkau menghidupi keluargamu?" Ia tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, maka semua perbuatan baiknya pun akan dihapuskan dan suatu pernyataan akan dikeluarkan berkenaan dengannya: "Inilah orang yang keluarganya telah menelan semua perbuatan baiknya!"



Kerugian lain dari perkawinan adalah bahwa memperlakukan keluarga dengan baik dan sabar dan menyelesaikan masalah-masalah mereka hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tabiat baik. Ada bahaya besar jika seorang laki-laki memperlakukan keluarganya dengan kasar atau mengabaikan mereka, sehingga menimbulkan dosa bagi dirinya sendiri. Nabi saw. bersabda: "Seseorang yang meninggalkan istri dan anak-anaknya adalah seperti budak yang lari. Sebelum ia kembali kepada mereka, puasa dan shalatnya tidak akan diterima oleh Allah." Ringkasnya, manusia memiliki sifat-sifat rendah, dan sebelum ia bisa mengendalikan sifatnya itu, lebih baik ia tidak memikul tanggungjawab utnuk mengendalikan orang lain. Seseorang bertanya kepada Wali Bisyr Hafi, kenapa ia tidak kawin. "Saya takut," ia menjawab, "akan ayat al-Qur'an: 'hak-hak wanita atas laki-laki persis sama dengan hak-hak laki-laki atas wanita'."



Kerugian ketiga dari perkawinan adalah bahwa mengurus sebuah keluarga seringkali menghalangi seseorang dari memusatkan perhatiannya kepada Allah dan akhirat. Dan boleh jadi, kecuali kalau ia berhati-hati, hal itu akan menyeretnya kepada kehancuran, karena Allah telah berfirman: "Janganlah istri-istri dan anak-anakmu memalingkanmu dari mengingat Allah." Orang yang berpikir, bahwa dengan tidak kawin ia bisa memusatkan perhatiannya lebih baik pada kewajiban-kewajiban keagamaannya, lebih baik ia tetap sendirian; dan orang-orang yang takut untuk terjatuh ke dalam dosa jika ia tidak kawin, lebih baik ia kawin.



Sekarang kita sampai pada sifat-sifat yang mesti dicari dalam diri seorang istri.



Pertama, yang paling penting di antaranya, adalah kesucian akhlak. Jika seseorang mempunyai istri yang berakhlak tidak-baik dan ia tetap diam, ia mendapatkan nama jelek dan terhambat kehidupan keagamaannya. Jika ia angkat bicara, hidupnya menjadi rusak. Dan bila ia ceraikan istrinya, ia akan menderita kepedihan perpisahan. Seorang istri yang cantik tapi berakhlak buruk adalah bencana yang sedemikian besar, sehingga lebih baik bagi suaminya untuk menceraikannya.


Nabi saw. bersabda; "Orang yang mencari istri demi kecantikannya atau kekayaannya akan kehilangan keduanya."



Sifat baik kedua dalam diri seorang istri adalah tabiat yang baik. Istri yang bertabiat buruk - tidak berterima kasih, suka bergunjing atau angkuh - membuat hidup tak tertanggungkan dan merupakan halangan besar untuk menjalin kehidupan takwa.



Sifat ketiga yang harus dicari adalah kecantikan, karena hal ini akan menimbulkan cinta dan kasih sayang. Oleh karena itu, seseorang mesti melihat seorang wanita sebelum mengawininya.


Nabi saw. bersabda; "Wanita-wanita dari suku ini dan itu memiliki cacat di mata-mata mereka. Seorang yang ingin mengawini seseorang di antara mereka mesti melihatnya dulu."


Orang bijak berkata bahwa seseorang yang mengawini seorang wanita tanpa melihatnya lebih dulu, pasti akan menyesal kelak. Memang benar bahwa seseorang tidak seharusnya kawin demi kecantikan, tetapi hal ini tidak berarti bahwa kecantikan mseti dianggap tidak penting sama sekali.



Hal penting keempat tentang seorang istri adalah bahwa besarnya mahar dibayarkan oleh seorang laki-laki kepada istrinya mesti dalam jumlah pertengahan.


Nabi saw. bersabda: "Wanita yang paling baik untuk diperistri adalah yang maharnya kecil dan nilai kecantikannya besar."  


Beliau sendiri memberi mahar kepada beberapa calon istrinya sekitar sepuluh dirham, dan mahar putri-putri beliau sendiri tidak lebih daripada empat ratus dirham.



Sifat-sifat lain yang harus dimiliki seorang istri yang baik adalah: berasal dari keturunan baik-baik, belum kawin sebelumnya dan tidak terlalu dekat dalam hubungan kekeluargaan dengan suaminya.



Hal-hal yang Harus Dikerjakan dalam Perkawinan



Pertama; karena perkawinan adalah suatu lembaga keagamaan, maka ia mesti diperlakukan secara keagamaan. Jika tidak demikian, pertemuan antara laki-laki dan wanita itu tidak lebih baik daripada pertemuan antar hewan. Syariat memerintahkan agar diselenggarakan perjamuan dalam setiap perkawinan. Ketika Abdurrahman bin 'Auf merayakan perkawinannya Nabi saw. berkata kepadanya: "Buatlah suatu pesta perkawinan, meskipun hanya dengan seekor kambing."


Ketika Nabi saw. sendiri merayakan perkawinannya dengan Shafiyyah, beliau membuat pesta perkawinan dan menghidangkan kurma dan gandum saja. Demikian pula, perkawinan sebaiknya dimeriahkan dengan memukul rebana dan memainkan musik, karena manusia adalah mahkota penciptaan.



Kedua; seorang suami mesti terus bersikap baik terhadap istrinya. Hal ini tidak berarti bahwa ia tidak boleh menyakitinya, melainkan sebaiknya menanggung dengan sabar semua perasaan tidak enak yang diakibatkan oleh istrinya, baik itu karena ketidak-masukakalan sikap istrinya atau sikap tidak-berterimakasihnya. Wanita diciptakan lemah dan membutuhkan perlindungan; karenanya ia mesti diperlakukan dengan sabar dan terus dilindungi.



Nabi saw. bersabda: "Seseorang yang mampu menanggung ketidakenakan yang ditimbulkan oleh istrinya dengan penuh kesabaran akan memperoleh pahala sebesar yang diterima oleh Ayub a.s. atas kesabarannya menanggung bala (ujian) yang menimpanya."


Pada saat-saat sebelum wafatnya, orang mendengar pula Nabi saw. bersabda: "Teruslah berdoa dan perlakukan istri-istrimu dengan baik, karena mereka adalah tawanan-tawananmu."



Beliau sendiri selalu menanggung dengan sabar tingkah laku istri-istrinya. Suatu hari istri Umar marah dan mengomelinya, ia berkata kepadanya: "Hai kau yang berlidah tajam, berani kau menjawabku?" Istrinya menjawab, "Ya, penghulu para nabi lebih baik daripadamu, sedangkan istri-istrinya saja mendebatnya." Ia menjawab: "Celakalah Hafshah (Purti Sayidina Umar, istri Nabi saw.) jika ia tidak merendahkan dirinya sendiri." Dan ketika ia berjumpa Hafshah, ia berkata, "Awas, kau jangan mendebat Rasul." Nabi saw. juga berkata: "Yang terbaik di antaramu adalah yang terbaik sikapnya kepada keluarganya sendiri, dan akulah yang terbaik sikapnya terhadap keluargaku."



Ketiga; seorang suami istri mesti berkenan terhadap rekreasi-rekreasi dan kesenangan-kesenangan istrinya dan tidak mencoba menghalanginya.  Nabi saw. sendiri pada suatu waktu pernah berlomba lari dengan istrinya, 'Aisyah. Pada kali pertama Nabi saw. mengalahkan 'Aisyah dan pada kali kedua, 'Aisyah mengalahkannya. Di waktu lain, beliau menggendong 'Aisyah agar ia bisa melihat beberapa orang Habsy menari. Pada kenyataannya akan sulitlah untuk menemukan seseorang yang bersikap sedemikian baik terhadap istri-istrinya seperti yang dilakukan Nabi saw. Orang-orang bijak berkata: "Seorang suami mesti pulang dengan tersenyum dan makan apa saja yang tersedia dan tidak meminta apa-apa yang tidak tersedia." Meskipun demikian, ia tidak boleh berlebihan agar istrinya tidak kehilangan penghargaan atasnya. Jika ia melihat sesuatu yang nyata-nyata salah dilakukan oleh istrinya, ia tidak boleh mengabaikannya, melainkan harus menegurnya. Atau jika tidak, ia akan menjadi sekadar bahan tertawaan saja.



Dalam al-Qur'an tertulis: "Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita," dan Nabi saw. berkata: "Celakalah laki-laki yang menjadi budak istrinya." Seharusnya istrinyalah yang menjadi pelayannya. Orang-orang bijak berkata; "Berkonsultasilah dengan wanita dan berbuatlah yang bertentangan dengan apa yang mereka nasehatkan." Memang ada suatu sikap suka melawan dalam diri wanita; dan jika mereka diizinkan meskipun sedikit, mereka akan sama sekali lepas dari kendali dan sulitlah untuk mengembalikannya kepada sikap yang baik. Dalam urusan dengan mereka, seseorang mesti berusaha menggunakan gabungan antara ketegasan dan rasa kasih sayang dengan kasih sayang sebagai bagian yang lebih besar.



Nabi saw. berkata: "Wanita diciptakan seperti sepotong tulang iga yang bengkok. Jika kaucoba meluruskannya, kau akan mematahkannya; jika kau biarkan demikian, ia akan tetap bengkok. Karena itu perlakukanlah ia dengan penuh kasih sayang." Keempat; dalam hal pelanggaran susila, seorang suami harus sangat berhati-hati agar tidak membiarkan istrinya dipandang atau memandang seorang asing, karena awal dari seluruh kerusakan itu adalah dari mata. Sebisa-bisanya jangan izinkan ia untuk keluar rumah, berdiri di loteng rumah atau berdiri di pintu. Meskipun demikian, anda mesti hati-hati agar tidak cemburu tanpa alasan dan bersikap terlalu ketat.


 Suatu hari Nabi saw. bertanya kepada anaknya, Fathimah: "Apakah yang terbaik bagi wanita?" Ia menjawab: "Mereka tidak boleh menemui orang-orang asing, tidak pula orang-orang asing boleh menemui mereka." Nabi saw. senang mendengar jawaban ini dan memeluknya seraya berkata; "Sesungguhnya engkau adalah sebagian dari hatiku."  Amirul Mu'minin Umar berkata: "Jangan memberi wanita pakaian-pakaian yang baik, karena segera setelah mereka mengenakannya mereka berkeinginan untuk keluar rumah." Pada masa hidup Nabi, wanita-wanita diizinkan pergi ke masjid dan tinggal di barisan paling belakang. Tapi secara bertahap hal ini dilarang.



Kelima; seorang suami mesti memberi nafkah secukupnya kepada istrinya dan tidak bersifat kikir kepadanya. Memberi nafkah yang selayaknya kepada istri lebih baik daripada memberi sedekah. Nabi saw. bersabda: "Misalkan seorang laki-laki menghabiskan satu dinar untuk berjihad, satu dinar lagi untuk menebus seorang budak, satu dinar lagi untuk sedekah dan memberikan satu dinar juga kepada istrinya, maka pahala pemberian yang terakhir ini melebihi jumlah pahala ketiga pemberian lainnya."



Keenam; seorang suami tidak boleh makan sesuatu yang lezat sendirian; atau kalaupun ia telah memakannya, ia mesti diam dan tidak memujinya di depan istrinya. Jika tidak ada tamu, lebih baik bagi pasangan suami istri untuk makan bersama, karena Nabi saw. bersabda: "Jika mereka melakukan hal itu, Allah menurunkan rahmatNya atas mereka dan para malaikat pun berdoa untuk mereka."


Hal yang paling penting adalah bahwa nafkah yang diberikan kepada istri itu harus didapatkan dengan cara-cara halal.



Jika istri bersikap memberontak dan tidak taat,  pertama sekali suami mesti menasehatinya dengan lemah lembut. Jika hal ini tidak cukup keduanya mesti tidur di kamar terpisah untuk tiga malam. Jika hal ini juga tidak berhasil, maka suami boleh memukulnya, tetapi tidak di mulutnya, tidak pula terlalu keras hingga bisa melukainya. Jika istri lalai dalam tugas-tugas keagamaannya, suami mesti menunjukkan sikap tidak senang kepadanya selama sebulan penuh, sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi kepada istri-istrinya.



Selalulah bertindak hati-hati agar perceraian bisa dihindari; karena, meskipun perceraian diizinkan, Allah tidak menyukainya. Perkataan cerai saja sudah mengakibatkan penderitaan bagi seseorang wanita, dan bagaimana bisa dibenarkan seseorang menyakiti orang lain? Jika perceraian terpaksa sekali dilakukan, maka ucapan itu tidak boleh diulangi tiga kali sekaligus, tetapi harus pada tiga waktu yang berlainan. Seorang perempuan mesti dicerai baik-baik, tidak dengan kemarahan ataupun penghinaan, tidak pula tanpa alasan. Setelah perceraian, seorang laki-laki mesti memberikan pemberian (mut'ah) kepada bekas istrinya, dan tidak menceritakan kepada orang lain alasan-alasan atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan istrinya sehingga mereka bercerai.



Dari seorang suami yang hendak menceraikan istrinya, diriwayatkan bahwa orang-orang bertanya kepadanya: "Mengapa engkau menceraikannya?" Ia menjawab: "Saya tak akan membongkar rahasia-rahasia istri saya." Ketika akhirnya ia benar-benar menceraikannya, ia ditanya lagi dan berkata; "Dia sekarang orang asing bagiku; saya tidak lagi berurusan dengan soal-soal pribadinya." Sejauh ini telah kita bahas hak-hak istri atas suaminya, tetapi hak-hak suami atas istrinya lebih mengikat lagi. Nabi saw. bersabda: "Jika saja dibolehkan untuk menyembah sesuatu selain Allah, akan aku perintahkan agar para istri menyembah suami-suami mereka."



Seorang istri tidak boleh menggembar-gemborkan kecantikannya di depan suaminya, tidak boleh membalas kebaikan sang suami dengan perasaan tidak terima kasih. Istri tidak boleh berkata kepada suaminya: "Kenapa kauperlakukan aku begini dan begitu?" Nabi saw. bersabda: "Aku melihat ke dalam neraka dan menampak banyak wanita di sana. Kutanyakan sebab-sebabnya dan mendapat jawaban, karena mereka berlaku tidak baik kepada suami-suami mereka dan tidak berterima kasih kepadanya."



 


Nasrudin Dibawa ke Pengadilan oleh Istri Barunya.

Sekitar setahun setelah istri pertama Nasrudin meninggal, ia menikah dengan seorang janda.
Saat mereka berbaring di tempat tidur pada suatu malam, dia berkata, “Tahukah Anda, suami pertama saya adalah orang yang sangat patut dicontoh.”
Nasrudin yang kesal mendengar tentang suami pertamanya, menjawab, “Istri pertamaku luar biasa cantik dan menawan.”
“Yah,” jawabnya, “suami pertamaku adalah seorang penata rias yang hebat.” “Istri pertamaku adalah juru masak yang hebat,” balas Nasrudin. “Suami pertamaku adalah seorang ahli matematika yang brilian,” jawab yang lain. “Istri pertama saya adalah seorang organisator yang ulung.”
“Suami pertamaku sangat kuat.”
Dan ketika mereka berdua terus saling memuji pasangan mereka yang sudah meninggal, Nasrudin menjadi sangat kesal sehingga dia mendorong istri barunya dari tempat tidur, menyebabkan tangannya terluka.
Marah dan menginginkan keadilan, dia membawanya ke hakim setempat dan menceritakan apa yang terjadi.
Setelah hakim mendengar penjelasannya tentang apa yang terjadi, dia menoleh ke Nasrudin dan berkata, “Oke sekarang mari kita dengarkan cerita dari sisi Anda.”
“Yang Mulia,” kata Nasrudin, “kami memiliki tempat tidur yang hanya dapat menampung dua orang. Tapi tadi malam, ketika istri pertama saya dan suami pertama istri baru saya ditambahkan, istri baru saya di dorong dari tempat tidur, terjatuh, dan tangannya terluka.”

Bab 15. Rasa Cemburu

Terjemahan Tazkiyatun Nafs

Bab 15. Rasa Cemburu


Inilah Cemburu yang Benar Dalam Islam,


Bagai masakan tanpa garam, jika cemburu itu tak ada dalam kehidupan pernikahan.


Banyak orang yang berkata, jika rasa cemburu itu lahir dari perasaan sayang, ingin memiliki seutuhnya, atau tidak mau berbagi dengan yang lain. Cemburu hadir saat menyatakan ketidak-sukaan orang lain yang ikut serta dalam haknya.


Bolehkah cemburu itu menyerbu masuk relung hati seseorang?


Cemburu dalam bahasa Arab dinamakan ghirah, dianggap gejala yang wajar dan merupakan gejala fitrah dan alamiah sebagai wujud proteksi diri dan melindungi. Apakah rasa cemburu itu diperbolehkan bahkan dianjurkan dalam Islam? Jawabannya memang benar. Cemburu dari seorang lelaki pada istrinya atau sebaliknya memang dimaksudkan untuk melahirkan sikap saling menjaga satu sama lain dari perbuatan terlarang, seperti Rasulullah bersabda:


“Tiga golongan manusia yang Allah SWT mengharamkan surga bagi mereka yaitu pecandu khamr, orang yang durhaka pada orangtua dan dayyuts; yang membiarkan kefasikan dan kekafiran dalam keluarga.” (HR. An Nasai) Suami diharapkan memiliki rasa cemburu pada istrinya juga keluarganya, menyebabkan ia bisa berperan sepenuhnya dalam mengendalikan keluarga untuk tetap dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.


Sehingga istri dan keluarganya terhindar dari kemaksiatan dan perbuatan buruk serta keji lainnya.


Karena memang bisa dipahami jika sejatinya suami itu ibarat seorang nahkoda yang mengendalikan sebuah kapal rumah tangga kemanapun berlabuh. Surga dan neraka nyata berada di tangannya.


Cemburu seperti apakah yang ‘halal’ dalam Islam?


Tentu cemburu yang bukan tanpa alasan, atau bahkan menuduh hal buruk yang belum dilakukan istri atau suami. Cemburu yang dimaksud adalah hasil pemikiran jernih, bukan asal prasangka semata yang jauh dari kebenaran. Cemburu pada porsinya, tidak berlebih-lebihan yang kemudian merugikan diri sendiri dan pasangan. Bahkan bisa merusak karier suami jika tiba-tiba istri atau suami langsung cemburu pada siapa saja yang terlihat dekat atau berada di sekitar pasangan, padahal hanya sebatas hubungan kerja, tidak lebih dari itu.


Berangkat dari sinilah kita bisa klasifikasikan cemburu menjadi dua:


1. Cemburu yang merupakan fitrah manusia, bersifat netral dan diharapkan dapat melindungi harga diri, cinta kasih keluarga atau untuk melindungi dari pencemaran citra dan beberpa sikap yang melampaui batas. Cemburu yang menunjukkan begitu sayang dan cinta tulus seseorang pada pasangannya, dan tidak ingin jatuh dari kenistaan, adalah cemburu yang diperbolehkan dalam Islam, bahkan dianjurkan. Bahkan jika seseorang sama sekali tidak ada rasa cemburu pada pasangannya sama sekali dan membiarkan apapun terjadi, itu bisa dikatakan tidak peduli atau tidak cinta, bahkan cenderung membiarkan kerusakan terjadi dalam keluarganya.


Cemburu demikian bisa dikatakan cemburu romantis, menunjukkan betapa cintanya pasangan dengan menunjukkan kecemburuan secara santun, tidak berlebih-lebihan. Dalam sebuah kisah, Aisyah pernah sangat cemburu dengan seorang wanita yang akhirnya dipersunting Rasulullah bernama Juwairiyah, karena kecantikannya dan keluhuran budinya.


Ini bukti jika Aisyahpun manusia biasa yang bisa memiliki rasa cemburu. Bahasa yang baik, lembut dalam menunjukkan rasa kecemburuan, terkadang membuat senang pasangan, jika ia memang layak dicintai, dihargai dan dirindukan, cemburu yang demikian memang dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW pernah bertanya pada Aisyah, Istrinya;”Apakah engkau pernah merasa cemburu?” Aisyah menjawab, “Bagaimana mungkin orang seperti diriku ini tidak merasa cemburu jika memiliki seorang suami seperti dirimu”. (HR. Ahmad)


2. Cemburu buta, cemburu yang berlebihan dan tidak pada porsinya. Pada akhirnya cemburu yang demikian ini bukan lagi menunjukkan rasa cinta, namun rasa egois semata.


Cemburu demikian ini sangat menyiksa kedua-keduanya, karena setiap hari adanya hanya berprasangka buruk, menuduh dan pada akhirnya bisa terjadi hal-hal negatif. Seperti pemasungan kreativitas, tidak boleh bekerja, membatasi pertemanan walau itu rekanan bisnis penting, bahkan sampai melukai secara fisik maupun psikis. Cemburu yang demikian sangat dilarang dalam Islam jika cemburu itu bersifat merugikan, merusak bahkan bisa menyebabkan pertengkaran dan permusuhan. Bahkan dari beberapa kejadian, banyak hal buruk dari hubungan suami istri menyebabkan mereka bercerai, permusuhan dan saling menuduh juga memfitnah gara-gara dibakar api cemburu yang berlebihan tanpa melihat kejadian sebenarnya.


Bahkan sampai meregang nyawa karena suami sampai menganiaya bahkan membunuh Istrinya atau seorang yang diduga mendekati istsrinya. Naudzubillahi mindzalik. Islam agama yang santun, membungkus sesuatu perkara manusia dengan sangat indah. Bahkan perkara cemburupun, dianjurkan jika dalam porsi yang benar, mencegah kenistaan dan maksiat, menunjukan rasa cinta kasih suami istri, menambah hangat, dan harmonis hubungan rumah tangga.


Sampaikan rasa cemburu dalam bentuk yang cerdas, romantis lagi menyenangkan. Karena pada dasarnya seseorang ingin mengukur seberapa besar cinta pasangan itu memang salah satunya ditampakkan dengan cemburu.


Putra Mencari Istri.

Nasrudin yang mengetahui anaknya sedang mencari istri, menanyakan tipe istri seperti apa yang diinginkannya. “Orang yang cerdas dan ekspresif,” jawabnya.
“Baiklah,” jawab Nasrudin, “aku akan membantumu menemukan wanita seperti itu.”
Jadi sebagai bagian dari rencananya, Nasrudin membawa putranya ke alun-alun kota. Dia kemudian menampar putranya di depan semua orang dan berseru, “Ini adalah apa yang kamu dapatkan karena melakukan persis apa yang saya perintahkan!”
Seorang wanita muda melihat ini dan berkata, “Berhentilah memukulnya. Bagaimana Anda bisa menghukum dia karena menuruti apa yang Anda katakan?”
Ketika sang anak mendengar hal ini, dia menoleh ke arah ayahnya dan berkata, “Dia sepertinya wanita yang tepat untukku bukankah menurutmu begitu?”
“Yah,” jawab Nasrudin, “dia memang ekspresif dan cerdas, tapi mungkin ada wanita di luar sana yang lebih cocok untukmu.”
Jadi Nasrudin membawa putranya ke alun-alun kota di dekatnya dan mengulangi kejadian yang sama. Kali ini, seorang wanita muda melihat ini dan berkata, “Silakan pukul dia. Hanya orang bodoh yang mengikuti perintah begitu saja.”
Ketika Nasrudin mendengar hal ini, dia berkata kepada putranya, “Wanita pertama, dia cerdas dan ekspresif tetapi wanita ini berada pada tingkatan yang jauh lebih tinggi. Saya pikir kita telah menemukan calon istri Anda.”


RISALAH 26

 Terjemahan kitab Futuhul gaib

Pembuka rahasia kegaiban, 

(Shaik abdul Qodir Jailani)


✒RISALAH 26


المقالة السادسة والعشرون


فـي الـنـهـي عـن كـشــف الـبـرقـع عـن الـوجـه


قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تكشف البرقع والقناع عن وجهك حتى تخرج من الخلق وتوليهم ظهر قلبك في جميع الأحوال ويزول هواك، ثم تزول إرادتك ومناك، فتفنى عن الأكوان دنيا وأخرى، فتصير كإناء منثلم لا يبقى فيك غير إرادة ربك عزَّ وجلَّ فتمتلئ به عزَّ وجلَّ وبحكمه، إذا خرج الزور دخل النور، فلا يكون لغير ربك في قلبك مكان ولا مدخل وجعلت بواب قلبك، وأعطيت سيف التوحيد والعظمة والجبروت، فكل من رأيته دنا من ساحة صدرك إلى باب قلبك ندرت رأسه من كاهله فلا يكون لنفسك وهواك وإرادتك ومناك في دنياك وأخراك عندك رأس امتثال ولا كلمة مسموعة، لا أرى متبع إلا إتباع أمر الرب عزَّ وجلَّ، والوقوف معه والرضا بقضائه وقدره، بل الفناء في قضائه وقدره، فتكون عبد الرب عزَّ وجلَّ وأمره لا عبد الخلق وآرائهم، فإذا استمر الأمر فيك كذلك ضربت حول قلبك سرادقات الغيرة وخنادق العظمة وسلطان الجبروت، وحف بجنود الحقيقة والتوحيد، ويقام دون ذلك حراس من الحق عزَّ وجلَّ، كيلا يخلص الخلق إلى تطلب القلب من الشيطان والنفس والهوى، والإرادات والأماني الباطلة، والدعاوى الكاذبة الناشئة من الطباع والنفس الآمرة بالسوء، والضلالات الناشئة من الهوى، فحينئذ إن كان في القدر مجئ الخلق وتواترهم إليك وتتابعهم وتطابقهم عليك، ليصيبوا من الأنوار اللائحة والعلامات المنيرة والحكم البالغة، ويروا من الكرامات الظاهرة وخوارق العادة المستمرة، ويزدادوا بذلك من القربات والطاعات والمجاهدات والمكايدات في عبادة ربهم عزَّ وجلَّ، حفظت عنهم أجمعين وعن ميل النفس إلى هواها، وعجبها ومباهاتها، وتعاظمها بالتكبر بهم وبقبولهم لك وإقبال وجوههم إليك، وكذلك إن قدر مجئ زوجة حسناء جميلة بكفايتها وسائر مؤنتها حفظت من شرها وحمل أثقالها وأتباعها وأهلها، وصارت عندك موهبة مكفاة مهناة منقاة مصفاة من الغش والخبث والغل والحقد والغضب والخيانة في الغيب، فتكون لك مسخرة، وهى وأهلها محمولة عنك مؤنتها، مدفوعة عنك أذيتها، وإن قدر منها ولد كان صالحاً ذرية طيبة قرة عين. قال الله تعالى : }وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ{.الأنبياء90. وقال تعالى: }هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً{.الفرقان74. وقال تعالى: }وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيّاً{.مريم6. فتكون هذه الدعوات التي في هذه الآيات معمولاً بها مستجابة في حقك إن دعوت بها أو لم تدع، إذ هي في محلها وأهلها، وأولى من يعامل بهذه النعمة ويقابل بها من كان أهلاً لهذه المنزلة، وأقيم في هذا المقام وقدر له من الفضل والقرب هذا المقدار، وكذلك إن قدر مجئ شئ من الدنيا وإقبالها لا يضر إذ ذاك، فما هو قسمك منها فلابدّ من تناوله وتصفيته لك بفعل الله عزَّ وجلَّ، وورود الأمر يتناوله وأنت ممتثل للأمر مثاب على تناوله، كما تثاب على فعل صلوات الفرض وصيام الفرض، وتؤمر فيما ليس بقسمك منها بصرفه إلى أربابه من الأصحاب والجيران والإخوان المستحقين الفقراء منهم وأصحاب الأقسام على ما يقتضى الحال، فالأحوال تكشفها وتميزها، ليس الخبر كالمعاينة. فحينئذ تكون من أمرك على بيضاء نقية لا غبار عليها ولا تلبيس ولا تخليط ولا شك ولا ارتياب، فالصبر الصبر، الرضا الرضا، حفظ الحال حفظ الحال، الخمول الخمول، الخمود الخمود، السكوت السكوت، الصموت الصموت، الحذر الحذر، النجا النجا، الوحا الوحا، الله الله ثم الله، الإطراق الإطراق الإغماض الإغماض الحياء الحياء إن يبلغ الكتاب أجله، فيؤخذ بيدك فتقدم وينزع عنك ما عليك ثم تغوص في بحار الفضائل والمنن والرحمة ثم تخرج منها فتخلع عليك الأنوار والأسرار والعلوم والغرائب المدنية، ثم تقرب وتحدث فيه بإعلام وإلهام وتكلم وتعطى وتغنى وتشجع وترفع، وتخاطب بـ}إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مِكِينٌ أَمِينٌ{.يوسف54. فحينئذ أعتبر حالة يوسف الصديق عليه السلام حين خوطب بهذا الخطاب على لسان ملك مصر وعظيمها وفرعونها، كان لسان الملك قائلاً معبراً بهذا الخطاب والمخاطب هو الله عزَّ وجلَّ على لسان المعرفة، سلم إليه المالك الظاهر وهو ملك مصر، وملك النفس وملك المعرفة والعلم والقربة والخصوصية وعلو المنزلة عنده عزَّ وجلَّ. قال تعالى في ملك الملك : }وَكَذَلِكَ مَكَّنِّا لِيُوسُفَ فِي الأَرْضِ{.يوسف56. أي في أرض مصر }يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَاء وَلاَ نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ{.يوسف56. قال تعالى في ملك النفس: }كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ{.يوسف24. وقال تعالى في ملك المعرفة والعلم: }ذَلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَهُم بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ{.يوسف37. فإذا خوطبت بهذا الخطاب يا أيها الصديق الأكبر، أعطيت الحظ الأوفر، من العلم الأعظم، ومنحت وهنيت بالتوفيق والمنن والقدرة والولاية العامة، والأمر النافذ على النفس وغيرها من الأشياء والتكوين، بإذن إله الأشياء في الدنيا قبل الآخرة. وأما في الأخرى في دار السلام والجنة العليا، فالنظر إلى وجه المولى الكريم زيادة ومنة، وهو المنى الذي لا غاية له ولا منتهى، والله الموفق لحقائق ذلك، إنه رؤوف رحيم.


Hijab atau tabir yang menghalangi kamu itu tidak akan terbuka, sekiranya kamu tidak keluar dari mahluk dan membebaskan hati dari mahluk dalam semua keadaan dan kedudukan hidup. Hijab itu juga tidak akan terbuka, sekiranya hawa nafsu kamu tidak hancur lebur, begitu juga tujuan dan kerinduan kamu kepada mahluk serta kepada dunia dan akhirat. Hendaklah kamu menjadi seperti bak yang bocor yang tidak berisikan air. Hendaklah kamu mengosongkan hatimu dari apa saja selain Allah dan hendaklah hanya kamu penuhi dengan Allah semata-mata. Sehingga kamu akan menjadi penjaga pintu hatimu dan kamu akan diberi pedang Tauhid, kekuatan dan kekuasaan. Apa saja selain Allah yang hendak merasuk ke dalam hatimu, hendaknya kamu penggal dengan pedang Tauhid, agar tidak ada lagi diri kamu, nafsu kamu dan kerinduan kamu kepada dunia dan akhirat. Hendaklah Allah saja yang bersemayam di dalam hatimu itu. Jadilah kamu hamba Allah yang sejati dan janganlah kamu menjadi hamba manusia, atau hamba pendapat mereka, atau hamba perintah mereka dan atau hamba apa saja selain Allah.


Apabila semua ini telah melekat di dalam dirimu dalam hidup ini, maka tabir kehormatan akan digantungkan di sekeliling hatimu, parit kemuliaan akan digali di sekelilingnya, kawasan keagungan akan mengelilinginya dan hatimu akan dikawal oleh tentara haq dan tauhid, di samping itu, pengawal-pengawal yang haq akan ditempatkan di dekatnya. Dengan demikian, setan, hawa nafsu kebinatangan, pengaruh manusia yang meruntuhkan, angan-angan kosong dan apa saja yang merusakmu tidak akan dapat menawan dan menerobos masuk ke dalam hatimu yang terkawal rapat itu.


Jika telah ditakdirkan manusia datang dengan tiada henti-hentinya kepada kamu, karena mereka hendak mengunjungi kamu yang telah diberi kemuliaan oleh Allah, agar mereka juga diberi cahaya, tanda-tanda yang terang dan ilmu yang mendalam dan agar mereka melihat kekeramatan dan perkara luar biasa dari kamu yang semua itu dapat menunjang usaha mereka untuk mendekatkan diri dan patuh kepada Allah, maka semua itu tidak akan dapat menggoncangkan dan mempengaruhimu untuk merasa sombong dan bangga, ‘ujub dan riya’ serta menuruti nafsu yang merusakkan dan lain sebagainya, tetapi kamu akan tetap bersama Allah dan merendahkan diri kepada-Nya.


Sekiranya kamu dikarunia Allah seorang istri yang cantik jelita, istrimu itupun tidak akan mampu menggoncangkan iman kamu dan kamu akan diselamatkan dari kejahatannya serta akan diselamatkan dari memikul bebannya atau saudara-saudaranya. Istri adalah karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu dan Allah akan memelihara istrimu itu dari kerusakan akhlak, tidak dapat dipercaya, berbuat kejahatan dan menyeleweng dari jalan yang lurus. Dia akan takluk kepada kamu, Dia dan saudara-saudaranya akan membebaskan kamu dari beban nafkahnya dan menjauhkan kamu dari segala kesusahan karenanya. Sekiranya dia melahirkan anakmu, maka anak itu akan menjadi anak yang saleh, bersih dan menyenangkan pandanganmu. Firman Allah, “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS 21:90)


Allah SWT berfirman, “Dan orang-oran yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74)


Allah juga berfirman, “…yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS 19:6)


Semua permintaan atau doa yang tersebut dalam ayat-ayat di atas akan kamu terima dan berlaku bagi kamu, baik permintaan itu kamu tujukan kepada Allah maupun tidak. Karena doa-doa itu khusus untuk orang-orang yang layak menerima karunia-Nya dan dekat kepada-Nya.


Sekiranya hal-hal keduniaan datang kepadamu, kamu tidak akan dapat dibahayakannya. Apa yang telah ditentukan untukmu, dengan kehendak dan ketentuan Allah, akan kamu rasakan dengan keadaan bersih. Tetapi hendaklah kamu patuh kepada-Nya, seperti dengan melakukan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Kamu diperintahkan untuk membagikan apa yang bukan bagian kamu yang terdapat dalam rizkimu itu kepada sahabatmu, tetanggamu, orang-orang yang meminta sedekah dan orang-orang yang patut menerima zakat sesuai dengan keadaan. Keadaan yang sebenarnya akan diberitahukan kepadamu, sehingga kamu dapat membedakan antara orang-orang yang patut diberi dengan orang-orang yang tidak patut diberi. Semuanya akan tampak terang olehmu, tidak ada keraguan dan tidak ada kesamaran lagi padamu.


Oleh karena itu, hendaklah kamu bersabar, ikhlas dalam bertawakal kepada Allah, perhatikan apa yang ada sekarang, hilangkan syak wasangka, diam dan jangan banyak bicara, berlomba-lombalah menuju ridha Illahi, bertawakallah kepada-nya, bertawadhu’-lah dan khusyu’-lah kepada-Nya serta bersikap sederhana, sehingga takdir datang kepadamu dan kamu dibawa maju ke depan dengan tangan kamu.


Kemudian, segala sesuatu yang memberatkan kamu akan diringankan. Setelah itu, kamu akan ditenggelamkan di dalam lautan ridha, rahmat dan kasih sayang Allah serta kamu akan dihiasi dengan pakaian ‘nur’, rahasia ke-Tuhan-an yang maha tinggi dan ilmu yang datang dari Allah. Kamu akan dibawa dekat kepada-Nya, berkata dengan-Nya, diberi karunia oleh-Nya dan dibebaskan dari segala keperluan. Kamu akan diberi keberanian, kemuliaan dan ketinggian serta firman ini akan ditujukan kepada kamu : “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.” (QS 12:54)


Kemudian, cobalah perhatikan keadaan Nabi Yusuf as ketika kata-kata tersebut di atas ditujukan kepada beliau melalui lidah raja Mesir atau Fir’aun di negeri itu. Pada lahirnya, memang raja itu yang berkata, tetapi sebenarnya adalah Tuhan yang berkata itu. Allah berfirman melalui lidah ilmu. Nabi Yusuf diberi kerajaan lahir, yaitu kerajaan Mesir dan juga kerajaan batin, yaitu kerajaan ilmu, kerohanian, akal pikiran, kedekatan kepada Allah, kemuliaan dan ketinggian di sisi Allah.


Allah berfirman, “Dan demikianlah kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS 12:56)


Berkenaan dengan kerajaan kerokhanian, Allah berfirman, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS 12:24)


Berkenaan dengan kerajaan ilmu, Allah berfirman, “Yusuf berkata, “Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang diberikan kepadamu, melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka ingkar kepada hari kemudian.” (QS 12:37)


Apabila kata-kata seperti tersebut di atas ditujukan kepada kamu sekalian, wahai orang-orang yang beriman, maka kamu telah diberi ilmu yang agung dan diberkati oleh Allah serta diberi kekuatan, kebaikan, kekuasaan, kewalian dan perintah yang melibatkan kerohanian dan bukannya kerohanian lalu kamu diberi kekuasaan untuk menjadikan segalanya dengan ijin Allah. Kemudian, di akhirat kelak kamu akan diberi tempat yang kekal, kamu akan diberi kebahagiaan di surga dan kamu akan melihat wajah Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya. Inilah karunia yang tiada terhingga.


istri nasrudin melahirkan.

Berjam-Jam Menuju Persalinan
Setelah berjam-jam melahirkan, istri Nasrudin yang sedang hamil masih belum juga melahirkan.
Bidan yang penuh kecemasan menoleh ke arah Nasrudin dan berkata, “Mulla, saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Apakah kamu punya ide?”
Setelah berpikir sejenak, Nasrudin berlari ke rumah tetangganya dan kembali dengan membawa mainan di tangannya.
Kemudian, ketika istri dan bidan memperhatikan dengan rasa ingin tahu, dia mulai memainkan mainan tersebut di depan istrinya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya bidan.
“Tenang-” Nasrudin menjawab, “-Aku sudah mengendalikan semua ini.”
“Apa yang kamu bicarakan?”
“Yah, dari apa yang saya ketahui tentang anak-anak, begitu anak melihat mainan ini, dia akan melompat keluar dan memainkannya.”

istri nasrudin melahirkan.

Berjam-Jam Menuju Persalinan
Setelah berjam-jam melahirkan, istri Nasrudin yang sedang hamil masih belum juga melahirkan.
Bidan yang penuh kecemasan menoleh ke arah Nasrudin dan berkata, “Mulla, saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Apakah kamu punya ide?”
Setelah berpikir sejenak, Nasrudin berlari ke rumah tetangganya dan kembali dengan membawa mainan di tangannya.
Kemudian, ketika istri dan bidan memperhatikan dengan rasa ingin tahu, dia mulai memainkan mainan tersebut di depan istrinya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya bidan.
“Tenang-” Nasrudin menjawab, “-Aku sudah mengendalikan semua ini.”
“Apa yang kamu bicarakan?”
“Yah, dari apa yang saya ketahui tentang anak-anak, begitu anak melihat mainan ini, dia akan melompat keluar dan memainkannya.”

Bab 10. Rindu

 Mukasyafah Al-Qulub

Al-Muqarrib Ila Hadrah ‘Allam Al-Ghuyub Fi‘Al-Tashawwuf.


Bab 10. Rindu


Cinta merupakan ibarat condongnya hati terhadap sesuatu yang amat terasa keindahannya. Kalau condongnya hati terlalu kuat dan menggebu-gebu, artinya sudah sampai tingkat rindu. Rasa itu mampu membawa seseorang menjadi menjadi budak bagi yang dicintai, bahkan membelanjakan semuanya demi yang dicintai.


Tidakkah engkau lihat Zulaikha! Hanya demi cintanya terhadap Yusuf, ia kehilangan kecantikan dan semua yang dimiliki diserahkan demi Yusuf, termasuk mutiara dan kalung seberat 70 unta. Semuanya amat ringan demi pengorbanan cinta, bahkan kalung yang bisa membuat seseorang langsung kaya seketika, itupun diberikan demi cinta, sampai-sampai tak tersisa sedikitpun harta Zulaikha. Sesuatu disekitarnya selalu terbayang Yusuf, dimana-mana ada Yusuf, bahkan ketika mendongak ke langit pun terbentang nama Yusuf bejajar amat indah diantara bebintang.


 


Ada 1 riwayat:


Sesungguhnya Siti Zulaikha setelah beriman dan menikah dengan Yusuf AS, ternyata ia selalu menjauh dan menyendiri dari Yusuf untuk beribadah kepada Allah SWT. Bila Yusuf AS mengajaknya siang, maka ia menahannya sampai malam hari. Bila Yusuf AS mengajaknya malam hari, ia pun menahan sampai waktu siang. Zulaikha berkata:


"Wahai Yusuf, sesungguhnya aku sudah mencintaimu jauh sebelum aku mengenal Dia. namun ketika aku mengenal-Nya, hatiku tak ada ruang lagi meletakkan cinta terhadap sesuatu yang lain selain Dia, termasuk kamu. Dan aku tidak mengkehendaki ada ganti kecuali hanya Dia saja".


Akhirnya Yusuf AS memberi pengertian:


"Sesungguhnya Allah memerintah aku berbuat demikian (Jima'), akan dikeluarkan dari rahimmu 2 orang putra yang Dia jadikan Nabi-Nya".


Jawab Zulaikha:


"Kalau memang begitu perintah Allah, yang menjadikan aku jalannya kesana, artinya perbuatan itu masih disebut taat kepada Allah".


Sejak itu hati Zulaikha baru tenang disisi Yusuf AS.


 


Kisah:


Ada orang yang sangat tergila-gila dengan Lailah. Tiap hari ia menyebut:


"Lailah..... Lailah..... Lailah....."


Padahal Lailah sudah meninggal dunia. Ia hanya menjawab:


"lailah berada dalam hatiku dan ia tidak akan mati. Lailah sudah dalam hatiku, akulah Lailah".


Suatu hari ia lewat depan rumah Lailah, justru ia memandang ke langit. Disana ada yang berkata:


"Wahai orang gila, janganlah engkau memandang langit tapi lihatlah pagar rumah Lilah, disana engkau akan melihat lukisan Lailah".


Dia menjawab:


"Aku cukup memandang sebuah bintang yang jatuh tepat diatas rumah Lailah".


 


Kisah:


Manshur Al Halaaj RA ditahan orang-orang selama 18 hari. Kemudian Asy Syubali bertanya:


"Wahai Manshur, apa yang paling engkau cintai".


Dia menjawab:


"Jangan bertanya hari ini, tapi tanyalah besok hari".


Pagi hari pun datang, mereka mengeluarkan Manshur dari penjara dan siap untuk dihukum bunuh. Syubali pun lewat didepan Manshur, ia berkata:


"Wahai Syubali, cinta berawal dari terbakarnya hati dan berakhir dengan terbunuh".


Merupakan pertanda pemikiran Manshur Al Halaaj RA bahw semuanya adalah batal, tidak nyata, kecuali hanya Allah saja. Hanya Dialah yang Haq. Dan Manshur lupa namanya sendiri saat hatinya tertambat pada-Nya; ketika ditanya siapa engkau, ia hanya menjawab:


"Aku adalah Tuhan Yang Haq".


 


Diriwayatkan:


Bukti kebenaran cinta terhadap Allah ada tiga hal:


Lebih memilih perkataan Firman-Nya daripada perkataan lain.


Lebih memilih berkumpul dengan kekasihnya daripada yang lain.


Lebih memilih ridho kekasihnya daripada ridho yang lain.


Gelora Rindu


Gelora rindu mampu merobek segala macam tutup dan membuka semua rahasia. Greget cinta mampu melemahkan roh, sebab ia memikul beban penguasaan cinta yang memuncak disaat ada manisnya dzikir. Sehingga adai saat itu ada bagian anggota yang dipotong, ia tidak akan merasakan apa-apa.


Kisah:


Seorang lelaki mandi di sungai Furaat, tiba-tiba ia mendengar seorang lelaki membaca ayat:


"Hari ini (kiamat), berpisahlah kamu wahai orang-orang yang berdosa. (QS.36 Yasin:59)"


Maka tubuhnya langsung terguncang-guncang sampai ia tenggelam dan mati.


(Cek Kurang)






Kisah:


Dzun Nun Al Mishri memasuki Masjidil Haram,. kebetulan ia melihat seorang lelaki telanjang yang tersingkir, bahkan sakit tergeletak dibawah tiang Masjid. Hatinya merintih sangat perih. Dzun Nun Al Mishri mendekati dan memberi salam, lalu bertanya:


"Engkau siapa wahai anak muda".


Jawab pemuda itu:


"Aku adalah seorang pengembara yang lagi mabuk rindu".


Aku pun mengerti apa ,maksud dia, lalu aku pun berkata:


"Aku juga sepertimu"


Tiba-tiba ia menangis, aku pun ikut menangis. Dia malah bertanya:


"Engkau ikut menangis".


Aku menjawab:


"Aku juga seperti kamu".


Ia menangis lagi dengan tangisan yang keras sambil berteriak keras, melengking, bersamaan itu nyawanya juga keluar.


 


Aku melepas pakaianku untuk menutupi jasadnya, lalu aku tinggal untuk mencari kain kafan yang pantas untuk dia di toko. Aku pun kembali dengan membawa kain kafan yang kudapat, tapi anehnya ia tidak berada ditempat semula. Rintihku:


"Subhaanallah...".


Dan terlintas hati berkata:


"Wahai Dzun Nun, sesungguhnya ia pengembara yang selama ini dicari-cari syetan, namun tidak ditemukannya. Juga dicari-cari oleh malaikat Malik, tapi tidak juga ditemukan. Juga dicari-cari oleh malaikat Ridlwan di surga  tapi tidak ditemukan".


Aku bertanya:


"Lalu dimana dia ditemukan".


Aku mendengar jawaban teriakan:


"Berada pada tempat yang benar, yakni disisi Maha Raja Yang Berkuasa. (QS.54 Al Qomar:55)"


Dia begitu karena terlalu besar cintanya, terlalu banyak taat tanpa menunda-nunda tobatnya. Demikian disebutkan dalam Kitab Zarur Riyadl.


 


Sebagian masyayikh ditanya mengenai persoalan cinta, dia menjawab:


"Sedikit bergaul, sering menyendiri, sering berfikir dan kelihatannya pendiam. Ia tidak melihat bilamana memandang, tidak mendengar bila dipanggil, tidak faham bila bicara, dan hatinya tidak bersedih bila kena bencana. Bila perutnya lapar, ia tidak mengerti kalau sedang lapar, ia telanjang tapi tidak merasa telanjang, sering dimaki-maki tapi tidak gentar. Ia slalu menyendiri memandang Allah, ia merasa bahagia bisa berbisik dengan-Nya. Dan dalam urusan duniawi tidak ingin saling berebut dengan orang-orang".



Abu Tawwab An Nakhsyas menulis beberapa syair mengenai tanda-tanda cinta:


Bagi seorang kekasih ada beberapa tanda dan janganlah engkau tertipu:


Ia memiliki beberapa perantara untuk mencapai Kekasihnya (Allah).


Ia merasa nikmat sekalipun siksa-Nya pahit.


Dan ia merasa gembira atas apa yang dilakukan oleh-Nya.


Menolak merupakan pemberian yang diterima dari-Nya.


Dan kefakiran merupakan penghormatan dan kebajikan yang disegerakan.


Termasuk tanda-tanda cinta:


"Engkau melihat semua yang dicita-citakan adalah menuruti Sang Kekasih walau dengan langkah yang terlalu jauh atau dihinakan oleh orang-orang.


Tanda-tandanya lagi:


"Masih nampak tersenyum sekalipun hatinya sedih gara-gara sang Kekasih".


Tanda-tandanya lagi:


"Dia nampak selalu ingin mengerti akan Firman Dzat disisi-Nya yang selalu menuntutnya".


Sebagian tandanya:


"Dia hidup dalam kesederhanaan; juga tetap konsekuen terhadap yang diucapkan".


 


Hikayat:


Nabi Isa AS pernah melewati pemuda yang sedang menyiram kebun. Tib-tiba ia minta kepada Nabi Isa AS:


"Mintakan aku kepada Tuhanmu Anugerah rasa cinta kepada-Nya sekalipun seberat semut dan Dzarroh".


Isa menjawab:


"Engkau tidak akan kuasa menerima seberat dzarroh pun".


Katanya:


"kalau begitu setengah dzarroh saja".


Lalu Nabi Isa AS berdo'a:


"Ya Tuhanku, berikan dia anugerah cinta seberat setengah dzarroh".


 


Nabi Isa AS pergi dan beberapa waktu kemudian Isa kembali kesitu. Ia bertanya dan orang-orang menjawab:


"Sekarang dia gila dan pergi ke gunung".


Nabi Isa AS berdo'a agar diperlihatkan keadaan pemuda itu. Isa melihat dia diantara bebatuan gunung., berdiri diatas batu paling besar sambil membelalakkan matanya ke langit. Nabi Isa AS memberi salam dan ia tidak menjawab. Kata Isa AS:


"Aku adalah Isa".


Akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa AS:


"Bagaimana mungkin ia mendengar pembicaraan manusia, sementara dalam hatinya ada rasa cinta kepada-Ku sekalipun seberat setengah dzarroh! Demi Keagungan dan Keagungan-Ku, andai engkau memenggal dengan gergaji, dia tidak merasakan hal itu".


Barangsiapa yang menyatakan 3 hal, sementara ia tidak bersih dari 3 hal lainnya, maka ia tertipu:


Orang yang mengaku merasa manisnya dzikir kepada Allah, sementara ia masih mencintai duniawi.


Orang yang mengaku ikhlas beramal, namun mengharap pujian dari manusia.


Orang yang mengaku cinta kepada Sang Penciptanya tanpa mau berkorban demi cinta-Nya.








Nabi SAW bersabda:


"Akan datang zaman menimpa umatku, dimana mereka mencintai 5 perkara dan lupa 5 perkara:


Mereka mencintai dunia dan lupa akherat.


Cinta harta benda dan melupakan hisab.


Cinta terhadap sesama makhluk dan lupa kepada Sang Pencipta.


Cinta kepada dosa dan lupa bertobat.


Mencintai rumah-rumah mewah dan lupa terhadap rumah kuburan.


Manshur bin Ammaar menasehati seorang pemuda:


"Wahai pemuda, janganlah masa mudamu menipu kamu. Banyak pemuda yang menunda-nunda tobat, banyak menghayal, dan lupa terhadap kematian. Mereka sering berkata:


"Aku kan bertobat besok-besok saja..."


Sampai datang malaikat maut dan mereka masih lupa bertobat. Dia pun sudah dalam perut kuburan, harta tak berguna, juga hamba, anak, bapak dan ibu. Sebagaimana firman Allah SWT:


"Pada hari dimana anak-anak dan harta benda tidak berguna; kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (QS.26:88-89)".


 


"Ya Allah, turunkan rizki tobat sebelum kami mati, ingatkan kami ketika lupa dan berikan kemanfaatan kepada kami atas syafa'atnya Nabi Muhammad SAW"


Termasuk watak orang mukmin ialah bertobat pada hari melakukan dosa dan menyesali atas apa yang diperbuat. Ia sudah ridho dengan kekuatan apa adanya didunia tanpa menyibukkan diri, justru ia menyibukkan diri dengan mengerjakan amal akherat serta beribadah kepada .Allah SWT dengan hati ikhlas.


 


Hikayat:


Ada seorang lelaki pelit serta munafik. Ia bersumpah terhadap istrinya, tidak akan sedekah dengan menggantungkan thalaq. Datang seorang pengemis:


"Wahai tuan rumah, berikan sesuatu padaku".


Sang istri memberikan 3 buah potong roti. Dan ditengah jalan sang suami munafik dan pelit bertemu dengan pengemis itu, dia bertanya:


"Siapa yang memberimu roti itu?"


Jawab pengemis:


"Aku diberi dari rumah si anu".


Dan tidak lain yang dimaksud ialah rumahnya. Ia pulang dan berkata kepada istrinya:


"Bukankah aku bersumpah agar kamu jangan memberikan sedekah pada seseorang".


Jawab sang istri:


"Aku memberi karena Allah 'Azza Wa Jalla".


 


Si munafik pergi ke tungku api dan menyalakan sampai panas. lalu ia berkata kepada istrinya:


"Sekarang berdiri dan lemparkan dirimu ke dalam tungku ini karena Allah 'Azza Wa Jalla".


Sang istri berdiri sambil menanggalkan perhiasan-perhiasannya. Kata sang istri:


"Seorang kekasih akan memakai perhiasannya demi kekasihnya".


Lalu ia menjatuhkan dirinya ke tungku dan si munafik menutup rapat-rapat.


3 hari kemudian sang munafik membuka tungku. Dan ia melihat istrinya masih nampak sehat lantaran Kekuasaan Allah. Dia terbelalak dengan kejadian ini, dan terasa ada yang berteriak:


"Tidakkah engkau mengerti bahwa api tidak mampu membakar kekasih-kekasih Kami".


 


Kisah:


Asiyah adalah istri Fir'aun yang menyembunyikan imannya dari Fir'aun. Ketika Fir'aun mengetahui keimanan Asiyah, ia memerintah menghukum Asiyah dengan berbagai macam siksaan. Bentak Fir'aun:


"Keluarlah dari agamamu".


Asiyah tetap tidak mau murtad dari agamanya. Asiyah pun dipukuli dengan tonggak. Bentak Fir'aun:


"Keluarlah dari agamamu".


Jawab Asiyah:


"Engkau dapat menguasai tubuhku, namun kamu tidak akan mampu menguasai hatiku, hatiku tetap tetap dipelihara Tuhanku. Andai engkau memotong bagian tubuhku, tidaklah malah menambah cintaku kepada-Nya".


 


Saat itu Nabi Musa lewat didepan Asiyah. Kata Asiyah:


"Wahai Musa, ceritakanlah padaku, apakah Tuhan ridho atau murka kepadaku".


Musa menjawab:


"Asiyah.... Para malaikat langit sedang rindu dan menanti kehadiranmu, Allah sangat bangga terhadapmu, mintalah kebutuhanmu pada-Nya tentu akan dipenuhi".


Asiyah berdo'a:


"Ya Tuhanku, bangunkan aku gedung di Surga disisi-Mu, serta selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, juga selamatkan aku dari kaum yang dzalim. (QS.66:11)"


 


Melalui Abu Hurairah RA:


Sesungguhnya Fir'aun menancapkan 4 buah tombak untuk menelentangkan tubuh istrinya, diatas dada Asiyah diletakkan alat penggiling, lalu wajah Asiyah dihadapkan ke matahari. Saat itu Asiyah berkata:


"Tuhan, bangunkan aku sebuah rumah disisi-Mu didalam surga. (QS.66 At Tahrim:11)"


 


Kata Hasan:


"Allah menyelamatkan dan memuliakan dia. Allah mengangkatnya ke surga, dia bisa makan dan minum disana"


 


Ini menunjukkan pedoman dalil bahwa memohon perlindungan kepada Allah serta kembali kepadanya, serta ikhlasnya ketika ada ujian bencana, merupakan proses perjalanan bagi orang-orang shaleh dan pedoman bagi orang mukmin.

0308. Khouf (takut pada allah)

 terjemahan kitab

ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 3: tahapan para penempuh jalan sufi

judul: 8 Khauf



Allah subhanahu wata'alah. berfirman:

“Mereka menyeru kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap”

(Alqur-an surat. As-Sajdah ayat:16).


Di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Tidak akan masuk neraka, orang yang menangis karena takut kepada Allah swt, selama air susu masih mengalir dari susu seorang Ibu. Dan debu dari jalan Allah tidak akan pernah bercampur dengan asap api neraka pada batang hidung seorang hamba selamanya”

(Hadis riwayat Ar-Rafu’y).


Anas r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Seandainya kamu semua tahu apa yang ku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis”

(Hadis riwayat Bukhari dan Tirmidzi).


Saya katakan bahwa takut (al-khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang di benci tiba dan yang di cintai sirna. Dan realita demikian hanya terjadi di masa depan. Apa bila dalam seketika timbul rasa takut, maka ketakutan itu tidak ada kaitannya. Takut kepada Allah swt. berarti takut pada hukum-Nya:

Allah subhanahu wata'alah berfirman:

“Maka takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman”

(Alqur-an surat. Ali Imran ayat175).


Dia juga berfirman:

“Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu menyembah”

(Alqur-an surat. An-Nahl ayat51).


Juga firman-Nya:

"mereka takut kepada Tuhan mereka, yang berkuasa atas mereka”

(Alqur-an surat. An-Nahl ayat:50).


Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menjelaskan:

"Takut memliki berbagai tahapan. Yaitu, Khauf, khasyyah dan haibah”


Khauf merupakan salah satu syarat iman dan hukum-hukumnya. Allah swt. berfirman:

“Takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman”

(Alqur-an surat. Ali Imran ayat75).


Sedangkan Khasyyah adalah salah satu syarat pengetahuan, karena Allah swt. berfirman:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para Ulama”

(Qs. Fathir :28).


Sedangkan Haibah adalah salah satu syarat pengetahuan ma’rifat, sebab Allah swt. berfirman:

“Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)Nya”

(Alqur-an surat. Ali Imran ayat 28).



Abu Hafs menegaskan: 

“Takut adalah cambuk Allah swt. yang di gunakan-Nya untuk menghukum manusia yang berontak ke luar dari ambang pintu-Nya”


Abul Qasim al-Hakim mencatat : “Ada dua jenis takut, yaitu gentar (Rahbah) dan takut (Khasyyah). Orang yang merasa gentar mencari perlindungan dengan cara lari ketika takut, Tetapi orang yang merasa takut (khasyyah) akan berlindung kepada Allah swt”


Memang benar kata-kata rahaba dan lari (haraba) memiliki arti yang sama, sebagaimana halnya kata menarik (jadzaba) dan jabadza. Jika seseorang melarikan diri (rahaba), maka ia di tarik kepada hasratnya sendiri, seperti halnya para rahib (ruhban) yang mengikuti hasrat nafsu mereka sendiri.


Tetapi jika kendali mereka adalah pengetahuan yang di dasarkan pada kebenaran hukum, maka itu adalah takut (khasyyah).


Abu Hafs berkata: “Takut adalah pelita hati, dengan takut akan tampak baik dan buruk hati seseorang”


Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkomentar: “Takut adalah bahwa Anda berhenti mengemukakan dalih dengan kata-kata “seandainya” (‘asaa) dan “mungkin sekali akan” (saufa)”


Abu Umar ad-Dimasqi menegaskan: 

“Orang yang takut adalah yang takut akan dirinya sendiri. Lebih takut dari rasa takutnya kepada setan”


Ibnul Jalla’ berkata: “Manusia yang takut adalah yang dirinya merasa aman dari hal-hal yang membuatnya takut”

(Jika Masi ada yang membuatnya takut maka sekalipun dia tidak takut karna sedang jauh dari yang di takutinya itu maka itu artinya dia masih takut)


Di tanyakan kepada Ibnu ‘Iyadh. “Mengapa kita tidak pernah melihat orang-orang yang takut?” Ia menjawab: “Jika Anda termasuk orang-orang yang takut, niscaya Anda akan melihat mereka, sebab hanya orang-orang yang takut saja yang melihat orang yang takut” Hanya Ibu yang kehilangan anaknya saja yang mau memandang kepada ibu-ibu yang berkabung” (melihat di sini sebagai rasa ikut  berduka cita)


Yahya bin Mu’adz mengatakan : “Alangkah malangnya anak Adam. Seandainya ia takut pada neraka sebesar rasa takutnya pada kemiskinan, niscaya ia akan masuk surga”

Karna dia lebih takut miskinlah sehingga dia melanggar dan akhirnya di jatuhkan di neraka.


Syah al-Kiramny berkata “Tanda takut adalah sedih yang terus menerus”


Abul Qaim al-Hakim berkata : “Orang yang takut kepada sesuatu akan lari darinya, tapi orang yang takut kepada Allah swt. akan lari kepada-Nya”


Dzun Nuun al-Mishry semoga Allah merahmatinya, beliau di tanya, “kapankah jalan takut menjadi mudah bagi seorang hamba?” Ia menjawab: “Apa bila ia mengibaratkan dirinya dalam keadaan sakit dan menghindari dari segala sesuatu yang di khawatirkan justru akan menjadikan penyakit berkepanjangan”


Mu’adz bin Jabal ra. menuturkan : “Seorang beriman tidak akan merasa tenteram, dan rasa takutnya tidak dapat di tenangkan sampai ia melewati jembatan sirathol mustaqim di atas neraka”


Bisyr al-Hafi berkomentar: “Takut kepada Allah swt. adalah raja yang hanya bersemayam di dalam hati seorang yang saleh”


Abu Utsman al-Hiry mengatakan : “Kekurangan yang di hadapi oleh seorang yang takut adalah justru rasa takutnya”


Al-Wasithy mengatakan : “Takut adalah tabir antara Allah swt. dan hamba” Pernyataan ini mengandung kemusykilan, tetapi maknanya ialah bahwa seorang yang takut menunggu-nunggu saat yang akan datang, sementara “anak-anak waktu kini” tidak punya harapan akan masa depan. Sedangkan keutamaan orang saleh adalah dosa bagi kaum yang dekat dengan Allah swt. (Muqarrabun).”


Ahmad an-Nury menegaskan: “Seorang yang takut adalah orang yang lari dari Tuhannya kepada Tuhannya”


Salah seorang Sufi berkata: “Tanda rasa takut adalah kebingungan dan menunggu-nunggu di pintu gerbang kegaiban”


Ketika al-Junayd di tanya mengenai takut, ia menjawab: “Takut adalah datangnya deraan dalam setiap hembusan nafas”


Abu Sulaiman ad-Darany mengatakan : “Manakala takut telah meninggalkan hati, maka binasalah ia”


Abu Utsman berkata: “Ketulusan dalam takut adalah wara’ lahir maupun batin.”


Dzun Nuun berkata: “Manusia akan tetap berada di jalan selama takut tidak tercabut dari hati, sebab jika takut telah hilang dari hati mereka, maka mereka akan tersesat”


Hatim al-Asham menjelaskan : “Setiap sesuatu ada perhiasannya, dan perhiasan ibadat adalah takut. Tanda takut adalah membatasi keinginan”


Seseorang mengatakan kepada Bisyr al-Hafi: “Saya lihat Anda takut mati” Bisyr al-Hafi menjawab : “Datang ke hadirat Allah swt. adalah suatu perkara yang sangat dahsyat”


Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq bertutur: “Aku pergi mengunjungi Abu Bakr furak ketika ia sakit. Ketika melihatku, air matanya mengalir bercucuran. Lalu akupun berkata kepadanya : “Semoga Allah mengembalikan kesehatanmu dan menyembuhkanmu dari sakit” Ia memprotes: “Anda pikir aku takut mati? Sebaliknya aku takut akan apa yang ada di balik kematian”


Di riwayatkan oleh Aisyah r.a. (Aisyah putri Abu Bakr ash-Shiddiq r.a. (wafat 58 H/678 M.) merupakan salah seorang wanita paling pandai di bidang agama. Beliau Istri Rasulullah saw. dan paling di cintainya. Di samping itu beliau terbanyak meriwayatkan hadis, di banding istri-istri Rusalullah yang lain). Beliau bertanya pada rosul:

“Wahai Rasulullah, (sambil membaca ayat) ‘dan orang-orang yang memberikan hartanya dengan hati penuh rasa takut (karena mereka akan kembali kepada Tuhannya)’ (Alqur-an surat. Al-Mu’minun ayat 60), apakah mereka itu orang-orang yang pernah mencuri dan berzina serta minum-minuman keras? Beliau menjawab: “Bukan, mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan shalat dan membayar zakat, namun takut kalau-kalau semua amal mereka itu tidak di terima. ‘Mereka adalah orang-orang yang bergegas pada kebajikan dan sangat berpacu (menuju kebajikan itu”’ (Alqur-an surat. Al-Mu’minun :61)”


Abdullah ibnul Mubarak berkata : “Sesuatu yang menimbulkan rasa takut hingga bersemayam dalam hati adalah mengabadikan muraqabah secara terus menerus, baik secara lahir maupun batin”


Ibrahim bin Syaiban berkomentar : “Manakala takut menetap dalam hati, maka obyek nafsu akan terbakar habis darinya dan hasrat atas dunia akan terusir” Di katakan : “Takut adalah supramasi ilmu sesuai dengan hukum-hukum”


Di katakan: “Takut adalah gerak kalbu dari keagungan Allah subhanahu wata'alah"


Abu Sulaiman ad-Darany menegaskan: “Seyogyanya kalbu tidak di kalahkan, kecuali oleh rasa takut. Sesungguhnya apa bila harapan telah melimpah dalam kalbu, musnahlah kalbu” Kemudian ia katakan: “Wahai Ahmad (muridnya), mereka naik melalui takut, dan jika mereka mengabaikan, mereka akan jatuh”


Al-Wasithy menegaskan : “Takut (khauf) dan harap (raja’) adalah kendali bagi diri agar ia tidak di biarkan dengan kesia-siaan” 

Ia pun berkata: “Jika Tuhan menguasai wujud manusia yang paling dalam (sirr), maka harapan dan ketakutan tidak akan tersisa lagi. Sebab takut dan harap itu sendiri merupakan akibat-akibat belaka dari rasa indera hukum kemanusiaan”


Al-Husain bin Manshur berkata : “Barang siapa takut akan sesuatu selain Allah swt. atau berharap akan sesuatu selain Dia, maka semua pintu akan tertutup baginya dan rasa takut akan mendominasinya, menghijab hatinya dengan 70 tabir hijab, yang paling tipis di antaranya adalah keraguan. Yang membuatnya takut adalah perenungannya atas akibat-akibat nanti dan ketakutannya jika perilakunya berubah”

Firman-Nya :

“Dan jelaslah bagi mereka azan dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”

(Alqur-an surat. Az-Zumar ayat47).


Allah swt. berfiman:

“Katakanlah, Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah menyia-nyiakan perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”

(Alqur-an surat Al-Kahfi ayat:103-4).



Maka, betapa banyak orang yang akan merasa senang dengan keadaan mereka dan mereka di uji, sehingga perilakunya berbalik secara antagonis. Ketika itulah muqarabah dengan perbuatan keji, dan hudhur menjadi ghaib.


Saya sering mendengar Syeikh Abu Ali ad.-Daqqaq r.a. mendendangkan syair:

Engkau duga hari-hari penuh kebaikan jika engkau baik

Tapi engkau tak pernah takut tentang takdir buruk yang bakal tiba

Malam-malam hari memberikan ketentraman kepadamu

Hingga engkau tertipu olehnya

Sesudah malam yang cerah datanglah kesedihan.



Saya mendengar Manshur bin Khalaf al-Maghriby, membacakan sebuah kisah:

“Ada dua orang yang saling menemani dalam menempuh cita-cita spiritual. Kemudian salah seorang di antaranya pergi meninggalkan sahabatnya. Seiring perjalanan waktu yang cukup lama, tidak terdengar lagi kabar berita mengenainya. Sahabat yang di tinggal pergi itu kemudian ikut berperang bersama tentara Muslim memerangi bala tentara Romawi.


Dalam pertempuran itu, seorang tentara musuh yang memakai baju besi menyerang tentara Muslim dan menantang duel. Seorang ksatria Muslim maju ke depan dan tentara musuh itu membunuhnya. Kemudian maju lagi seorang ksatria Muslim, dan iapun terbunuh. Kasatria Muslim yang ketiga maju ke depan, juga terbunuh. Kemudian majulah Sang Sufi ke depanya dan keduanya lalu terlibat dalam pertempuran. Topeng yang menutupi wajah tentara Romawi itu terlepas, dan ternyata dia adalah sahabat sang Sufi yang dulu telah menemaninya beribadah selama bertahun-tahun! Maka berserulah sang Sufi : Model apa ini?”


Musuhnya menjawab: “Aku telah murtad dan menikah dengan sorang wanita dari kaum ini. Aku sudah memiliki anak-anak dan harta kekayaan”


Sang Sufi berteriak: “Dan engkau adalah orang yang dahulu bisa membaca Al-Qur’an dengan berbagai gaya bacaannya!”


Ia menjawab: “Satu huruf pun aku tidak ingat lagi dari padanya”


Maka, sang Sufi lalu berkata kepadanya: “Berhentilah dari sikap perilakumu itu, bertobatlah!”


Ia menjawab dengan ketus: “Aku tidak mau, sebab aku telah memperoleh kemasyhuran dan kekayaan. Tinggalkan saja diriku, atau aku akan memperlakukan dirimu sebagaimana yang telah ku lakukan terhadap ketiga orang temanmu”


Sang Sufi berkata: “Ketahuilah, bahwa engkau telah membunuh tiga orang Muslim. Tidak ada malu yang akan menimpamu jika kamu pergi saja dari sini. Karena itu, pergilah dan aku akan memberimu tenggang waktu”


Maka, orang itu pun mundur ke belakang dan berbalik. Sang Sufi mengikutinya dan membunuh dengan pedangnya. Sungguh ironis, setelah menempuh perjuangan dan di siplin spiritual yang cukup lama dan berat, orang itu akhirnya mati sebagai orang Nasrani”



Di katakan: “Ketika iblis tampil sebagaimana dirinya (iblis), Jibril dan Mikail semoga kesejahteraan di limpahkan kepada mereka tiba-tiba menangis cukup lama hinggal Allah swt berfirman kepada mereka: “Wahai kalian berdua, mengapa menangis sedemikian itu?” Mereka menjawab: “Wahai Tuhan kami, kami tidak merasa aman dari cobaanMu” Allah swt. berfirman: “Nah, kalian berdua ternyata tidak bisa aman dari cobaan-Ku”


Riwayat dari Sary as-Saqathy yang menjelaskan: “Aku melihat hidungku beberapa kali dalam sehari dengan cara seperti ini, karena takut hidungku menghitam karena hukuman yang kutakuti”


Abu Hafs menuturkan: “Selama empat puluh tahun aku benar-benar yakin bahwa Allah swt. memandangku dengan murka dan semua amal perbuatanku membuktikan hal itu”


Hatim al-Asham menegaskan : “Janganlah kamu tertipu oleh tempat-tempat yang saleh, sebab tidak ada tempat yang lebih saleh dari pada surga, dan pikirkanlah apa yang telah menimpa Adam as. Di tempat yang begitu saleh! Jangan Jangan pula kamu tertipu oleh banyaknya amal ibadat. Sebab, setelah iblis melakukan ibadat begitu lama, ternyata ia harus mengalami nasibnya seperti itu.


Juga, janganlah kamu tertipu oleh banyaknya ilmu, sebab Bal’am pun mengetahui Nama Allah Yang Teragung (Al-Ismul A’dzham), tapi lihatlah apa yang terjadi padanya? Jangan pula kamu tertipu karena bertemu dengan seorang yang saleh, sebab tidak ada orang yang takdirnya lebih agung dari pada al-Musthafa Muhammad saw, sebab para kerabat dan musuh-musuhnya tidak mengambil manfaat atas perjumpaan dengannya”


Ketika bertemu dengan sahabat-sahabatnya pada suatu hari, Ibnul Mubarak melaporkan : “Aku begitu memberanikan diri kepada Allah swt. kemarin. Dan aku benar-benar meminta surga”


Di katakan bahwa Isa as. Sedang bepergian, dan bersamanya ada seorang saleh dari bani Israil. Seorang yang terkenal karena kebobrokan akhlaknya, mengikuti mereka. Duduk agak jauh dari mereka berdua, ia berseru kepada Allah swt. dengan penuh kerendahan hati : “Wahai Tuhanku, ampunilah aku”


Sedang si orang saleh berdoa: Ya Allah, bebaskan aku dari orang berdosa yang mengikuti aku ini, mulai besok pagi” Maka Allah swt. pun mewahyukan kepada Isa as: “Aku telah menjawab doa kepada orang yang berdoa ini; telah Ku tolak doa orang yang saleh ini, dan telah Kuampuni si pendosa ini”


Dzun Nuun al-Mishry menuturkan: “Aku bertanya kepada seorang yang alim: “Mengapa orang-orang mengatakan Anda gila?” Ia menjawab: “Ketika Dia mengusirku dari sisi-Nya untuk waktu yang lama, aku menjadi gila karena takut terpisahkan dari-Nya di akhirat”



Mengenai makna ucapan ini, para Sufi membacakan bait-bait berikut ini:

Bahkan kalaupun aku terbuat dari batu

Niscaya aku akan meleleh,

Maka bagaimana satu makhluk

Yang terbuat dari tanah

Akan menahannya?


Salah seorang Sufi berkomentar : “Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih besar harapannya di tengah-tengah ummat ini, dan lebih takut berkenaan dengan dirinya sendiri dari pada Ibnu Sirin”


Sufyan ats-Tsauri jatuh sakit. Ketika alasan sakitnya di beritahukan kepada tabib, tabib itu berkata: “Ini adalah orang yang hatinya telah tersobek karena rasa takut” Tabib itu datang dan memeriksa denyut nadinya, lalu berkata: “Aku tidak tahu bahwa di kalangan orang beragama ada manusia yang seperti ini”


Syibly di tanya: “Mengapa matahari warnanya pucat ketika akan terbenam?” Ia menjawab: “Sebab matahari telah tergelincir dari tempat kesempurnaan. Ia menjadi kekuning-kuningan karena ketakutannya terhadap tahapannya sendiri. Bagi orang yang beriman, saat menjelang keberangkatannya dari dunia ini telah dekat, warna kulitnya akan menjadi pucat karena ia takut akan berdiri di hadapan Tuhannya. Dan ketika matahari terbit, ia bersinar cemerlang. Sama halnya dengan seorang beriman, ketika di bangkitkan dari kubur, ia muncul dengan wajah yang bersinar”


Ahmad bin Hanbal r.a. berkata : “Aku memohon kepada Tuhanku swt. agar membukakan pintu takut. Dia membukakannya, dan aku pun lalu mengkhawatirkan kewarasan pikiranku. Karena itu aku beroda : “Ya Allah, anugerahkan kepadaku rasa takut sebatas yang bisa ku mampu” Kemudian ketenangan menghapus kekhawatiranku”



Kurangi Asupan Harness Anda

Karena temannya sedang sakit, Nasrudin pun tepat pada waktunya dokter datang. Pria itu berada di dalam rumah kurang dari satu menit, dan kecepatan diagnosisnya mencengangkan
si Mullah.
Mula-mula dokter melihat ke lidah pasien, lalu dia berhenti sejenak. Lalu dia berkata, 'Kamu telah makan apel hijau. Berhenti melakukan ini. Anda akan baik-baik saja dalam beberapa hari.'
Melupakan segalanya, Mulla mengejar dokter itu keluar rumah. 'Tolong beritahu saya, Dokter,' dia terengah-engah, 'tolong beritahu saya bagaimana Anda melakukannya.*
'Cukup sederhana, bila Anda punya pengalaman membedakan berbagai situasi,' kata dokter. 'Soalnya, begitu saya tahu laki-laki itu sakit perut, saya mencari penyebabnya. Ketika saya masuk ke kamar sakit, saya melihat tumpukan inti apel hijau di bawah tempat tidur pria itu. Istirahatnya sudah jelas.'
Nasrudin mengucapkan terima kasih atas pelajarannya.
Kali berikutnya dia mengunjungi temannya, kebetulan istri pria tersebut yang membukakan pintu. 'Mulla,' katanya, 'kita tidak membutuhkan seorang filsuf, kita membutuhkan seorang dokter. Suamiku sakit perut.'
'Jangan berpikir bahwa seorang filosof tidak bisa menjadi dokter, Nyonya,' kata Nasrudin sambil memaksakan diri untuk hadir di hadapan pasien itu.
Pria yang sakit itu terbaring sambil mengerang di tempat tidur. Nasrudin langsung menuju ke sana, melihat ke bawah, dan memanggil sang istri ke dalam kamar.
'Tidak ada yang serius,' katanya; 'dia akan sembuh dalam beberapa hari. Tapi Anda harus memastikan bahwa dia mengurangi kebiasaan memakan pelana dan tali kekang.'

81. Etika bersetubuh.


kajian kitab barencong (datu sanggul)



tambahan admin:

bersetubuh atau making love atau ngentot itu ada etikanya.

1. harus pasangan yang sudah di nikahi.

2. di tempat tertutup

3. lakukan cara seperti yang di jelaskan ini, buka dengan cara sambil, nonton vidio porno / bf / bokep.

vidio bf itu tidak boleh di lihat sediktpun.


doa:

Wanumadzilu minal qur’ani wahuma sifa’u warahma hulillmuminin Mada 

keluarlah engkau dari tubuh Madi.

keluarlah engkau dari hati Mani. 

keluarlah engkau dari nyawa Manikam.

keluarlah engkau dari  rahasia.

Keluarlah engkau dengan izin Allah.

Keluarlah engkau dengan qodrat allah.

Keluarlah engkau dengan iradat allah. Malaikat kiraman-katibin bukai pintu hadijah, buka pintu aisyah, 

buka pintu maimunah, 

bukai pintu salamah, 

buka pintu patimah, 

pintu surga zannatun na’in, 

tutupkan pintu neraka dengan pandangan lailahaillallah muhammadarrasulullah.


Cara memakainya Duduk berhadapan bertemu lutut, ajari dengan membaca: 

astagfirullah hal adzim 3x 

Syahadat dan al-fatihah. 


Selesai ini kita baca dalam hati ayat tersebut di atas. 

Selesai membaca ayat yang di maksud sewaktu akan main, senjata kita di depan senjatanya, baca: assalamu’alaikum yang bahir rahman, 

di jawab oleh istri : wa’alaikum salam ya bahir rahim. 

Sewaktu air akan keluar kita baca syahadat tauhid yakni ashaduanlaailahaa illallah di sambung Istri dengan syahadat rasul yakni waashaduanna muhammadarrasulullah

Dokter.

Istri Nasrudin suatu pagi merasa sakit, dan meminta Nasrudin pergi mencari dokter. Saat dia berpakaian dan bergegas keluar rumah, istrinya berteriak kepadanya, “Saya tiba-tiba merasa lebih baik. Saya tidak membutuhkan dokter lagi.”
Nasrudin terus berlari keluar rumah hingga sampai di rumah dokter. Dokter membuka pintu, dan Nasrudin mulai menjelaskan, “Dokter, istri saya sakit pagi ini, dan menyuruh saya pergi ke dokter. Ketika saya meninggalkan rumah, dia tiba-tiba pulih dan mengatakan kepada saya bahwa dia tidak memerlukan dokter lagi. Jadi sekarang saya datang ke sini untuk memberi tahu Anda bahwa Anda tidak perlu repot-repot datang ke rumah kami.”

Istri nasrudin hamil Tiga Bulan.

Tiga bulan setelah Nasrudin menikah dengan istri barunya, ia melahirkan seorang bayi perempuan.
“Nah, saya bukan ahli atau apa pun,” kata Nasrudin, “dan tolong jangan salah paham, tapi beri tahu saya ini: Bukankah dibutuhkan waktu sembilan bulan bagi seorang wanita untuk beralih dari konsepsi hingga melahirkan?”
“Kalian semua laki-laki sama saja,” jawabnya, “begitu bodohnya terhadap urusan kewanitaan. Katakan padaku sesuatu: 

sudah berapa lama aku menikah denganmu?”
“Tiga bulan,” jawab Nasrudin.

“Dan sudah berapa lama kamu menikah denganku?” dia bertanya. “Tiga bulan,” jawab Nasrudin.

“Dan sudah berapa lama aku hamil?” dia bertanya.
“Tiga bulan,” jawab Nasrudin.

“Jadi,” jelasnya, “tiga tambah tiga tambah tiga sama dengan sembilan. Apakah kamu puas sekarang?” “Ya,” jawab Nasrudin, “maafkan saya karena telah mengungkit masalah ini.” 

nasrudin bayar hutang 

Nasrudin Berutang Uang pada Pemerintah
Pemerintah daerah menuntut Nasrudin membayar kembali pajak sebesar lima ribu dolar. Namun setelah menjual harta miliknya dan menggunakan hasilnya untuk membayar hutangnya, dia masih kekurangan dua ribu dolar.
Walikota memanggilnya dan menyuruhnya membayar sisa uangnya.
“Saya tidak punya uang lagi,” kata Nasrudin. “Yang tersisa bagi saya dan istri saya hanyalah tiga ribu dolar tapi itu miliknya.”
“Yah,” jawab walikota, “di bawah undang-undang kita, suami dan istri berbagi harta dan utang dan oleh karena itu, Anda harus menggunakan tiga ribu dolarnya untuk membayar utang Anda.” “Tetapi saya tetap tidak bisa melakukan itu,” jawab Nasrudin.
"Mengapa tidak?" tanya walikota.
“Karena,” jelas Nasrudin, “tiga ribu dolar itu sebenarnya adalah mahar yang harus saya bayarkan padanya dan belum saya bayarkan.”

Menghadapi kenyataan
Selamat
ucapkan selamat padaku! ' teriak Nasrudin kepada seorang tetangga. Saya seorang ayah.'
Selamat ! Laki-laki atau perempuan?' Ya ! Tapi bagaimana kamu tahu?'
Prinsip yang terlalu jelas
Kita harus berbagi secara merata apa pun yang tersedia,' seorang filsuf mengumumkan kepada kelompok peminat di kedai teh.
Saya tidak yakin itu akan berhasil,' kata salah satu orang yang ragu. Tapi apakah Anda sudah memberinya kesempatan?' tuntut si idealis. Saya memiliki !' teriak Nasrudin. Saya memberikan perlakuan yang sama kepada istri dan keledai saya. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.'
Bagus sekali !' seru sang filsuf. Sekarang beritahu perusahaan apa hasilnya, Mulla.'
Hasilnya adalah keledai yang baik dan istri yang buruk.'

66. nika batin.


kajian kitab barencong (datu sanggul)


ink masi sambungan dari

hanya saja kami pisah karna membahas perkara lain, tapi dali dalilnya masi termasuk ke dalam pokok pokok ilmu pengetahuan, nomor 64.


Wala mukminin hayun fiddroini. Artinya : masuk dalam lipatan pakaian suaminya hal ini terdapat pada nikah batin, sebab dia mengaku ma’mum pada suaminya.


Dan menghalalkan dirinya kepada suaminya, dan menyerakan nyawanya pada allah dan melenyapkan tubuhnya pada nabi Muhammad, serta mengaku ma’mum pada suaminya dunia akhirat. 


tambahan admin:

nika batin adalah menjadi pengantin allah,

itulah mengapa para wali itu di sebut sebagai para pengantinya allah, pengantin ini tanpa terikat jenis kelamin seperti allah dan ruh yang tanpa ada jenis kelamin , tapi dalam penjelasan di atas di katakan "makmum pada suami" itu maksudnya adalah jika telah menjadi pengantin allah (waliullah) maka pria ataupun wanita akan berperan sebagai istri sedangkan allah yang maha sempurna itu berperan sebagai suami, dan ini hanya terjadi dalam hubungan wali dengan allah, bukan hubungan para wali dengan manusia lainya.

dan para waliullah di sembunyikan allah dalam berbagai hijab sehingga mereka tidak mudah di kenali oleh manusia biasa.

dan hanya berhubungan dengan allah semata, bagaikan sepasang pengantin yang tersebunyi di dalam kamar pengantin.


Nata kimbolong artinya : termasuk dalam lipatan pakaian istrinya karena perkawinan itu (ini maksudnya tajalli allah). inilah Nikah bathin yang sebenarnya, dan jangan sampai pisah dunia akhirat. 


Nikah bathin yang sebenarnya ialah : apa bila si istri (para wali) mengenal diri dan memahami sebenar-benarnya tentang rahasia dirinya dan memahami akan allah, sedalam-dalamnya. Maka dialah yang di akan di jadikan kekasih allah (nikah bathin). Sehingga mustahil akan bercerai dengan suami (allah swt) dari dunia hingga akhiratnya. 


tambahan admin:

banyak orang yang salah persepsi dan salah mengerti terhadap perkara nika batin ini,

mereka mengira nika batin itu di lakukan ke sesama manusia, itu karna mereka belum mengerti benar istilah istilah dan pengibaratan di dalam ilmu tasawuf.

memang untuk mengerti ilmu tasawuf itu di butuhkan kecerdasan yang lebih, dan harus dengan di sertai pertolongan allah. dua perkara itu harus di miliki orang yang ingin mengenal allah, itulah mengapa hijab terbesar manusia di dalam mengenal allah itu adalah hijab kebodohan.

RISALAH 32

 Terjemahan kitab Futuhul gaib

Pembuka rahasia kegaiban, 

(Shaik abdul Qodir Jailani)


✒RISALAH 32

(cinta kasih yang hakiki hanya boleh kepada allah)


المقالة الثانية والثلاثون


فـي عـدم الـمـشــاركـة فـي مـحـبـة الـحـق


قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : ما أكثر ما تقول كل من أحبه لا تدوم محبتي إياه فيحال بيننا إما بالغيبة أو بالموت أو بالعداوة وأنواع المال بالتلف والفوات من اليد، فيقال لك : أما تعلم يا محبوب الحق المعنى المنظور إليه المغار عليه، ألم تعلم أن الله عزَّ وجلَّ غيور خلقك وتروم أن تكون لغيره، أما سمعت قوله عزَّ وجلَّ : }يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ{.المائدة54. وقوله تعالى : }وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ{.الذاريات56. أما سمعت قول الرسول صلى الله عليه وسلم : (إذا أحب الله عبدا ابتلاه فإن صبر افتناه. قيل يا رسول الله و ما افتناه. قال لم يذر له مالا ولا ولدا). وذلك لأنه إذا كان له مال وولد أحبهما فتنقص وتجزي فتصير مشتركة بين الله عزَّ وجلَّ وبين غيره والله تعالى لا يقبل الشريك وهو غيور قاهر فوق كل شئ غالب لكل شئ فيهلك شريكه ويعدمه ليخلص قلب عبده له من غير شريك فيتحقق حينئذ قوله عزَّ وجلَّ : }يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ{.المائدة54. حتى إذا تنظف القلب من الشركاء والأنداد من الأهل والمال والولد واللذات والشهوات وطلب الولايات والرياسات والكرامات والحالات والمنازل والمقامات والجنات والدرجات والقربات والزلفات فلا يبقى في القلب إرادة ولا أمنية يصير كالإناء المنثلم الذي لا يثبت فيه مائع لأنه أنكسر لفعل الله عزَّ وجلَّ كلما تجمعت فيه إرادة كسرها فعل الله وغيرته فضربت حوله سرادقات العظمة والجبروت والهيبة وأحضرت من دونها خنادق الكبرياء والسطوة فلم يخلص إلى القلب إرادة شئ من الأشياء والكرامات والحكم والعلم والعبادات فإن جميع ذلك يكون خارج القلب فلا يغار الله عزَّ وجلَّ بل يكون جميع ذلك كرامة من الله لعبده ولطفا به ونعمة ورزقا ومنفعة للواردين عليه فيكرمون به ويرحمون ويحفظون لكرامته على الله عزَّ وجلَّ فيكون خفيراً لهم وكنفا وحرزا وشفيعا دنيا وأخرى.


Mungkin kamu berkata, 

“Siapa saja yang aku kasihi, maka kasihku padanya itu tidak akan kekal. 

Kami selalu saja berpisah, baik karena berjauhan, mati, bermusuhan atau kehilangan harta.” 

Oleh karena itu, kamu di beri tahu, dan sadarkah kamu, wahai orang-orang yang percaya kepada Allah bahwa kamu diberi karunia, dipelihara dan dijaga dengan sebaik-baiknya ? 

Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah itu cemburu ? Dia menciptakan kamu hanya untuk Dia saja. Mengapa kamu menghendaki yang lain selain Dia ? Tidakkah kamu mendengar firman-Nya ini, 

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang Mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 5:54) 


Dan tidakkah kamu mendengar pula firman-Nya ini, 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS 51:56) 

Dan apakah kamu belum pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW, 

“Apabila Allah mengasihi hamba-hamba-Nya, maka diberilah hamba itu ujian. Jika hamba itu bersabar, maka hamba itu akan dijaga-Nya.” Beliau ditanya, “Wahai Nabi Allah, apakah yang dijaga-Nya itu ?” Beliau menjawab, “Dia tidak akan meninggalkan anak dan harta kepada hamba itu.”


Ini disebabkan, jika si hamba itu mempunyai anak dan harta, maka cintanya itu akan terbagi-bagi. Cinta yang seharusnya diserahkan bulat-bulat kepada Allah, telah ia bagikan kepada anak dan hartanya. Allah tidak mau untuk disekutukan. Dia cemburu. Dia menguasai segalanya. Karenanya, Dia menghancurkan segala apa yang menjadi sekutu bagi-Nya, agar Dia dapat menguasai sepenuh hati hamba untuk Dia saja dan tidak ada yang lain selain Dia di hatinya. Setelah itu, barulah Allah akan membuktikan firman-Nya, “Dia akan mencintai mereka dan mereka akan mencintai-Nya.”


Sehinga hati si hamba itu benar-benar bebas dan bersih dari sekutu-sekutu Allah seperti anak, istri, harta-benda, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, keadaan atau peringkat kerohanian, makan, kedudukan, dunia, surga, kedekatan kepada Tuhan dan bahkan apa saja selain Dia tidak ada lagi di dalam hatinya. Tidak ada nafsu dan tidak pula ada cita-cita. Kosongkanlah hati itu sampai seperti tong yang penuh dengan lubang, sehingga tidak lagi dapat menampung air. Leburlah hati itu dengan perbuatan Allah. Apabila selalu ada suatu tujuan yang tumbuh di dalam hatimu, maka hati akan dihancurkan oleh perbuatan Allah, karena Dia cemburu. Kemudian, si hamba itu akan dipenuhi dengan kemuliaan, kekuatan, keagungan, dan kesempurnaan Illahi.


Dengan demikian, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menembus hati semacam itu. Harta benda, anak dan istri, teman dan handai tolan, mu’jizat dan keramat serta kekuasaan dan pengetahuan tentang masa depan tidak akan dapat mempengaruhi dan merusak hati itu. Semua itu akan tinggal di luar hati dan tidak akan masuk ke dalamnya. Semua ini adalah tanda-tanda kemuliaan, kehormatan, kasih sayang dan rizki yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang benar-benar mau menuju kepada-Nya. Hamba-hamba seperti ini senantiasa akan diberi perlindungan, pertolongan dan keridhaan dari dunia hingga akhirat.


Bab 7. Mulia dan Dermawan

Terjemahan Tazkiyatun Nafs

Bab 7. Mulia dan Dermawan



Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du: Berikut ini pembahasan tentang ‘karm’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.


Hakikat Karm


Karm artinya sikap mulia, dermawan, dan pemurah. Kata “karm” ini dipakai untuk setiap perkara yang terpuji yang terdiri dari berbagai macam kebaikan, kemuliaan, sikap dermawan, suka memberi, dan suka berinfak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Siapakah manusia paling mulia?” Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang paling bertakwa kepada Allah.” Para sahabat bertanya, “Bukan ini pertanyaan kami kepadamu?” Beliau menjawab,


فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ


“Manusia paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah putera Nabi Allah (Ya’qub) putera Nabi Allah (Ishaq) putera kekasih Allah (Ibrahim).” (HR. Bukhari)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati Yusuf ‘alaihis salam dengan ‘karm’ (mulia) karena berkumpul pada dirinya kemuliaan kenabian, ilmu, keindahan fisik, rasa ‘iffah (menjaga diri), kemuliaan akhlak, sikap adil, dan kepemimpinan dunia dan agama. Dia adalah seorang nabi, putera seorang nabi dari putera seorang nabi. Kemurahan Allah


Di antara sifat Allah Subhaanahu wa Ta’ala adalah bahwa Dia Mahamulia, yakni banyak kebaikannya, Pemurah Yang Selalu Memberi; dimana pemberian-Nya tidak pernah habis. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,


يَدُ اللَّهِ مَلاَى لاَ تَغِيضُهَا نَفَقَةٌ ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ والنَّهَارَ وقَالَ أَرَأَيْتُمْ مَا إِنَّفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَا ءَ والاَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ


“Tangan Allah selalu penuh, tidak berkurang karena memberi, Dia Selalu memberi di malam dan siang hari.” Lalu Beliau bersabda, “Bagaimana menurutmu jika ternyata Dia telah memberi sejak diciptakan-Nya langit dan bumi, namun tidak berkurang sama sekali apa yang ada di Tangan-Nya?” (HR. Bukhari-Muslim) Kemurahan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mulia dan paling baik nasabnya, manusia paling dermawan dan paling pemurah dalam memberi dan berinfak. Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata,


مَا سُئِلَ رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ عَلَى اْلِإسْلَام شَيْئًا إِلاَ أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمَا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ إِلىَ قَوْمهِ، فَقَالَ: يَا قَوْم أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءً لاَ يَخْشَى اْلفَاقَةَ


“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk Islam kecuali Beliau berikan, pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu Beliau berikan kepadanya kambing (yang banyaknya hampir memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan berkata, “Wahai kaumku! Masuk Islamlah! Sesungguhnya Muhammad itu jika memberi tidak takut miskin.” (HR. Muslim)


Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, bahwa beberapa orang menyembelih kambing, lalu membagikannya kepada orang-orang miskin, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa yang tersisa darinya?” Ia menjawab, “Tidak tersisa selain pundaknya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semuanya tersisa selain pundaknya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi dan Ash Shahiihah (2544))


Maksudnya, bahwa yang disedekahkan seseorang di jalan Allah adalah yang kekal pada hari Kiamat, dan tidak ada yang fana’ selain yang ia pakai di dunia ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَا نَقَصَ مَالُ عبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ


“Tidaklah berkurang harta seorang hamba karena bersedekah.” (HR. Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5809).


Macam-macam sikap mulia


Oleh karena sikap mulia itu dipakai untuk perbuatan yang terpuji, maka ia memiliki banyak macamnya. Di antaranya:


Sikap mulia kepada Allah Seorang muslim adalah orang yang bersikap mulia kepada Allah, yaitu dengan berbuat ihsan dalam beribadah dan menjalankan ketaatan, mengenal Allah dengan sebenarnya, mengerjakan yang diperintahkan, dan menjauhi yang dilarang.


Sikap mulia kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Yaitu dengan mengikuti sunnahnya, berjalan di atas manhajnya, mengikuti petunjuknya dan memuliakannya. Sikap mulia kepada diri sendiri Yaitu dengan tidak menghinakan dirinya atau merendahkannya serta menjerumuskannya untuk mengatakan perkataan yang buruk atau melakukan tindakan sia-sia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifati ‘ibadurrahman, bahwa mereka adalah,


وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً


“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka melalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Terj. QS. Al Furqan: 72) Sikap mulia kepada keluarga dan kerabat


Seorang muslim memuliakan istri, anak, dan sanak saudaranya, yaitu dengan bergaul baik terhadap mereka dan menafkahi mereka. Dan ia memulai dari istri dan anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


«دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ»


“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan budak, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah yang engkau infakkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim)


«إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ»


“Jika seseorang berinfak untuk keluarganya sambil mengharapkan keridhaan Allah, maka hal itu adalah sedekah baginya.” (Muttafaq ‘alaihi)


Sedekah kepada kerabat juga memiliki keutamaan yang besar, karena ia akan memperoleh pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturrahim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


الصَّدَقَةُ عَلَى المِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ


“Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, sedangkan kepada kerabat ada dua; sedekah dan silaturrahim.” (HR. Tirmidzi)


Sikap mulia kepada orang lain Bentuk-bentuk sikap mulia kepada orang lain sangat banyak. Senyum di hadapan mereka merupakan sedekah sebagaimana yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,


«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ»


“Janganlah kamu meremehkan perkara yang ma’ruf sedikit pun meskipun kamu hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim). Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,


«كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ»


“Setiap persendian manusia harus bersedekah; setiap hari ketika matahari terbit, bersikap adil terhadap dua orang yang bertengkar adalah sedekah, membantu seseorang menaiki hewannya, lalu ia angkut ke atasnya atau ia angkut barangnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dia langkahkan menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan hal yang mengganggu dari jalan adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,


«كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ»


“Setiap perkara ma’ruf adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih)


Sikap mulia ketika kaum muslimin membutuhkan Seorang muslim wajib berinfak untuk membantu kebutuhan kaum muslimin. Contohnya di waktu perang, ia harus memperbanyak infak untuk menyiapkan pasukan kaum muslimin. Di saat-saat krisis pendidikan, maka ia rela mengorbankan hartanya untuk membantu kelancaran pendidikan. Jika di sana sedang terjadi wabah atau penyakit misalnya, maka ia mengorbankan hartanya sebagai bentuk peran serta mengatasi penyakit ini. Dan jika seorang muslim mengetahui kebutuhan saudaranya yang muslim di sebuah negeri Islam, dimana negeri tersebut membutuhkan obat atau bahan makanan bergizi, maka hendaknya ia segera membantunya. Keutamaan dermawan dan sikap mulia


1. Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan melipatgandakan pahala orang yang berinfak. Dia berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Terj. QS. Al Baqarah: 261)


2. Sikap mulia merupakah berkah bagi harta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا


“Tidak ada pagi hari yang dilalui manusia, kecuali ada dua malaikat yang turun; yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang satu lagi berkata, “Ya Allah, berilah kebinasaan bagi orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslim)


3. Sikap mulia adalah kemuliaan di dunia dan keutamaan di akhirat, menjadikan seseorang dicintai oleh Allah kemudian dicintai manusia. Kisah kedermawanan


Disebutkan, bahwa Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah mengirimkan kepada Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anhaa harta berjumlah 180.000 dirham, lalu Aisyah radhiyallahu ‘anha mengambilnya untuk membagi-bagikan harta itu, ia pun membagikan harta itu semuanya, padahal ketika itu ia sedang puasa, maka ia memerintahkan budaknya untuk menyiapkan makanan untuk berbuka, budaknya pun menyiapkan roti dan minyak sambil berkata kepada Aisyah, “Tidakkah harta yang engkau bagikan hari ini engkau belikan daging satu dirham untuk kita berbuka.” Demikianlah Aisyah, ia menyedekahkan dalam jumlah besar ini dan sampai lupa menyisakan satu dirham untuk dirinya berbuka puasa.


Suatu ketika, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu membawakan harta yang banyak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu wahai Umar?” Ia menjawab, “Aku sisakan untuk mereka separuh hartaku.” Kemudian datang Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu membawakan semua hartanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk anak-anakmu wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.