Minggu, 31 Oktober 2021

0103. Iman

 terjemahan kitab

ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 1: prinsip tauhid pandangan kaum sufi

judul ke 3: Iman



Abu Abdullah bin Khafifi berkata: Iman berarti penetapan kalbu terhadap apa yang telah di jelaskan oleh Al-Haq mengenai hal-hal yang gaib”


Abul Absayyary berkata: “Pemberian Allah itu ada dua macam yaitu: Karamah dan istidraj. 

Segala hal yang menerap abadi dalam dirimu adalah karamah, 

dan segala yang sirna dari dirimu adalah istidraj. 

Maka katakan saja, “Aku beriman, insya Allah”


Sahl bin Abdullah at-Tustary menandaskan: 

“Orang-orang yang beriman melihat Allah swt, dengan mata hati, tanpa pangkal batasan dan kawasan"


Abul Husain an-Nury berkata: 

“Kalbu adalah tempat penyaksian al-Haq. Kami tidak pernah melihat Kalbu yang lebih rindu kepada-Nya, di bandingkan Kalbu Muhammad saw. Lalu Allah swt. memuliakannya lewat Mi’raj, sebagai pendahuluan terhadap penglihatan kepada Allah swt, dan penyempurnaan”


Abu Utsman al-Maghriby berkata: “Aku meyakini sesuatu seputar arah. Ketika aku datang ke Baghdad, hilanglah semua itu dari kalbuku. Lantas aku menulis surat kepada sahabatku di Mekkah, “Aku sekarang masuk Islam, dengan Islam yang baru (islam yang sebenarnya)”


Abu Utsman di tanya soal makhluk. Jawabnya: 

“(mahluk itu adalah) Cetakan dan bayangan, yang berjalan di atasnya hukum-hukum Kekuasan Ilahi”


Al-Wasithy berkata: 

“Ketika arwah dan jasad tegak dengan seijin Allah, 

dan keduanyapun tampak dengan ijin-Nya, 

maka keduanyapun tegak tidak dengan zatnya. 

Begitu juga hasrat-hasrat dan gerak, berdiri tegak, tidak dengan zatnya, seijin Allah. 

Sebab gerakan-gerakan dan hasrat itu merupakan cabang bagi jasad dan ruh"

(Jasad bergerak, Ruh berkeinginan. 

Kata kata al-wasity ini tidak berdasarkan penyaksian basiro atau fana,  baru berupa akal menuju fana. Bukan karna dia belum mengalami fana, tapi cuma sebagai petunjuk untuk yang baru menuju fana) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar