Minggu, 31 Oktober 2021

0206. Haibah dan ubs

 terjemahan kitab

ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 2: makna rahasia istilah dalam tasawuf

judul 6 Haibah Dan Uns



Rasa takut di sertai rasa hormat luar biasa (haibah) dan suka cita jiwa (uns) merupakan tahap dari derajat-derajat dalam al-qabdh dan al-basth.


Kalau qabdh berada di atas tingkatan khauf, dan basth di atas tingkatan raja’, maka haibah lebih tinggi dari pada qabdh, kemudian uns lebih sempurna dari pada basth. 

(Maksudnya, haibah dan Uns lebih tinggi tahapannya. Sebab haibah muncul dari Qabdh, yang bermula dari Khauf.

Uns muncul dari basth yang bermula dari Roja.


Sedang Uns muncul dari Raja’. Karena orang yang takut kepada Allah swt, melihat kekurangan dirinya di hadapan Allah, hatinya akan terganggu oleh-Nya, dan yang tersisa hanyalah sibuk dengan Allah, sehingga muncullah Haibah. Siapa yang wushul-nya terus menerus, hatinya akan lapang dan mendapatkan uns.


Hak haibah adalah kegaiban. Setiap pelaku haibah senantiasa lebur dalam kegaiban. Orang-orang yang berada dalam gaib frekuensinya berbeda dalam haibah menurut penjelasan mereka dalam kegaiban.


Sedangkan hak uns adalah pencerahan dalam kebenaran. Orang yang melakukan uns, berarti cerah jiwanya. Kemudian frekuensinya berbeda menurut penjelasannya dalam bagian “minuman jiwa”. Mereka berkata: “Tempat terendah dalam al-uns adalah jika seseorang di lempar ke dalam neraka Jahanam, sama sekali suka citanya tidak terpengaruh" (tetap bersuka cita)


Al-Junayd berkata: 

“Aku mendengar batinku berkata: Seorang hamba bisa sampai pada suatu batas seandainya wajahnya tertebas pedang, sama sekali tidak merasakannya, Sedangkan dalam hatiku ada sesuatu, hingga tampak jelas bahwa persoalannya sampai sedemikian itu” (hatinya membenarkan perkara itu)


Di riwayatkan dari Ahmad bin Maqatil al-Ikky, ia berkata: 

“Aku memasuki tempat asy-Syibly, sedangkan beliau tengah mencabut helai bulu alisnya dengan sebuah penjepit. Aku katakan kepadanya:

“Wahai tuanku, Anda berbuat demikian pada diri sendiri, sementara rasa pedihnya kembali pada hatiku"

Ia menjawab: 

“Celaka Anda! Hakikat itu tampak padaku, dan aku tidak kuat memikulnya. Maka beginilah, aku memasuki kepedihan atas diriku, siapa tahu aku merasakannya, lalu tertutup dariku. Aku tak menemukan kepedihan itu. Dan tidak tertutup dariku, sedangkan kepedihan itu membuatku tidak tahan”


Kondisi haibah dan uns, walaupun masing-masing tampak jelas, bagi ahli hakikat masih di kategorikan kurang, karena keduanya mengandung perubahan pada diri hamba. Sedangkan yang tidak berubah, di namakan ahli tamkin. Mereka hangus dalam wujud nyata. Tidak ada haibah dan tidak pula uns, tidak ada ilmu maupun rasa.


Cerita ini di kenal dari Abu Sa’id al-Kharraz: 

“Suatu saat di kampung, aku berkata:

Aku datang, maka aku tak mengerti

Dari mana, siapa aku,

Kecuali apa yang di katakan manusia

Pada diriku dan dalam jenisku,

Aku datangi jin dan manusia

Jika tak ku temui seorang pun,

Aku datangi diriku"


Kemudian ada bisikan lembut menyusup ke dalam kalbuku:

"Amboi, siapa yang tahu sebab-sebab

Yang lebih luhur wujud-nya,

Lalu ia bersukaria dengan kesesatan yang hina Dan dengan manusia,

Kalau engkau dari ahli wujd yang hakiki

Pastilah engkau gaib dari Jagad, Arasy dan Kursy

Sedang engkau tanpa kondisi ruhani bersama Allah yaitu Jauh dari mengingat

Dan dekat Pada jin dan manusia"




Tidak ada komentar:

Posting Komentar