terjemahan kitab
ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 2: makna rahasia istilah dalam tasawuf
judul 11 Shahw (kesadaran) Dan Sukr (mabuk ruhani)
Shahw adalah kesadaran hamba kepada rasa setelah mengalami kegaiban (ghaibah).
Dan Sukr adalah mabuk ruhani akibat sesuatu (suasana) yang datang dengan sangat kuat.
Sukr berarti tambahan bagi ghaibah di satu sisi. Karena itu orang yang sukr, kadang-kadang terhamparkan dirinya,
manakala belum terpenuhi dalam sukr-nya.
Kadang-kadang pada tahap sukr, segala kekhawatiran berguguran dari kalbunya. Itulah perilaku orang yang mendapatkan sukr, karena tidak mampu memenuhi datangnya bisikan yang luhur. Kadang, dalam kesadaran ada kesegaran, lalu mabuk pesonanya bertambah atas ghaibah-nya.
Terkadang seorang yang sukr lebih ghaibah ketimbang orang yang sedang berada dalam ghaibah itu sendiri manakala sukr-nya lebih kuat.
Dan tidak jarang orang yang ghaibah itu lebih sempurna dalam ghaibah-nya di banding orang yang sukr, manakala sukr-nya tidak mencapai apa yang di inginkan.
Sedangkan ghaibah, terkadang datang kepada para hamba karena adanya sesuatu yang mengalahkan kalbunya, di sebab di siplin cinta suka cita, khauf dan raja’.
Sementara sukr tidak akan terwujud, kecuali kepada orang yang memiliki kesesuaian- kesesuaian ruhani. Apa bila Allah swt. membuka hamba melalui sifat Keindahan (al-Jamal), maka hamba akan mabuk kepayang (sukr), dan ruhnya menjadi gembira, sementara kalbunya terpesona.
Dalam sukr yang muncul akibat mukasyafah Jamal, mereka mendengarkan syair:
"Kesadaranmu dari kata-Ku,
Adalah sambung semuanya
Dan mabuk kepayangmu dari bagian-Ku
Memperkenankan bagimu, meneguk minuman
Tak bosan-bosan peminumnya
Tak bosan-bosan peneguk minumnya
Menyerah pada bagian,
Yang gelas pialanya memabukkan jiwa"
Mereka masih bersyair:
"Orang-orang menjadi mabuk memutari gelas piala
Sedang mabukku datang dari Yang Memutarnya"
Ada dua kemabukan bagiku:
Dan bagi dua penyesal hanya satu
Yang di khususkan bagiku di antara mereka Hanya untukku
Dua mabuk kepayang
Mabuk cinta
Mabuk abadi
Ketika siuman Tiba-tiba telah bugas si pemabuk
Anda perlu mengetahui bahwa, derajat kesadaran (Shahw) tergantung pada frekuensi mabuk kepayang ruhani (sukr). Siapa yang sukr-nya bersama Al-Haq, maka Shahw-nya juga bersama Al-Haq, barang siapa sukr-nya masih di liputi oleh dunia, maka Shahw nya juga di sertai dunia yang benar.
Barang siapa menempati kebenaran dalam sikap perilaku, maka ia terjaga dalam sukr-nya. Sukr dan Shahw mengisyaratkan pada ujung dari pemisahan. Manakala tampak dari kekuasaan hakikat, maka sifat hamba di ketahui dalam kesirnaan dan keterpaksaan.
Mereka bersyair:
Apa bila pagi telah terbit dengan bintang yang gembira di dalamnya telah seimbang kemabukan dan kesukacitaan
Allah swt. berfirman:
“Tatkala Tuhanya menampak pada gunung itu, kejadian itu membuat gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.”
(Qs. Al-A’raaf :143).
Itulah pengalaman dalam Risalah Musa as, dan apalagi gunung dan kekuatannya menjadi lebur berkeping-keping.
Sang hamba dalam kondisi sukr-nya menyaksikan kondisi ruhani itu sendiri, dan dalam Shahw-nya ia menyaksikan ilmu. Hanya saja dalam tingkah sukr-nya terjaga, tidak melalui beban yang di upayakan. Sedangkan dalam Shahw-nya terjaga melalui upayanya. Shahw dan Sukr terjadi setelah Dzauq dan Syurb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar