terjemahan kitab
ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 3: tahapan para penempuh jalan sufi
judul: 15 Pergunjingan / Gosib / ghibah
Allah subhanahu wata'alah. berfirman:
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
(Alqur-an surat Al-Hujurat ayat12).
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang ikut duduk bersama Rasulullah saw. kemudian ia bangkit berdiri dan pergi. Salah seorang yang hadir berkata: “Alangkah lemahnya orang itu” Rasulullah saw. bersabda:
“Engkau telah memakan daging saudaramu ketika engkau menggunjingnya”
Allah swt. mewahyukan kepada Musa, alaihi wa salam yaitu: “Barang siapa meninggal dengan bertobat dari menggunjing , akan menjadi orang terakhir yang masuk surga, dan barang siapa meninggal dengan berterus-terusan melakukan gunjingan itu, akan menjadi orang yang pertama masuk neraka”
Auf menuturkan: “Aku datang kepada Ibnu Sirin, aku menggunjing Al-Hallaj. Ibnu Sirin berkata: ”Sesungguhnya Allah subhanahu wata'alah. adalah hakim yang paling adil, maka sebanyak yang di ambilnya dari al-Hallaj, sebanyak itu pula yang di berikan-Nya kepadanya. Ketika engkau berjumpa dengan Allah swt. Di akhirat nanti, dosa sekecil apapun yang telah di lakukan al-Hallaj akan menjadi lebih besar bagimu dari pada dosa terbesar yang telah di lakukan al-Hallaj”
Di riwayatkan bahwa Ibrahim bin Adham di undang ke sebuah pesta, dan iapun bersedia menghadirinya. Ketika orang-orang membicarakan seseorang yang tidak hadir, mereka mengatakan: “Seorang yang kurus kering dan tidak menarik”
Ibrahim berkata: “Inilah yang di lakukan nafsuku terhadap diriku” Ku temukan diriku dalam perkumpulan di mana pergunjingan di lakukan” Ia lalu pergi begitu saja, setelah itu ia tidak makan selama tiga hari.
Di katakan: “Barang siapa menggunjing orang lain adalah seperti orang yang menyiapkan ketapel. Ia menembak amal-amal baiknya sendiri dengan perbuatannya itu ke Barat dan ke Timur. Ia menggunjing seseorang dari Khurasan, seorang lagi dari Hijaz, seorang lagi dari Turki, ia mencerai-beraikan amal-amal baiknya sendiri, dan ketika berdiri, tak satupun lagi amal baiknya”
Di katakan: “Seorang hamba akan di beri catatan amalnya pada hari Kiamat, tetapi ia tidak melihat satu pun amal baiknya di dalamnya. Ia akan bertanya: “Di mana shalat, puasa dan amal-amal ibadatku yang lain?” Di katakan kepadanya: “Semua amalmu telah hilang karena engkau terlibat dalam pergunjingan”
Di katakan: “Barang siapa di gunjing, Allah mengampuni separuh dosanya”
Sufyan ibnul Husain mengatakan: “Aku sedang duduk-duduk dengan Iyas bin Mu’awiyah, dan menggunjing seseorang. Iyas bertanya kepadaku: “Apakah engkau telah menyerang orang-orang Romawi atau Turki tahun ini?” Aku menjawab: “Tidak” Ilyas berkata: Orang-orang Turki dan Romawi telah selamat dari seranganmu, sementara saudaramu sendiri yang Muslim tidak!”
Di katakan: “Seorang manusia akan di beri catatan amalnya di hari Kiamat, dan ia menemukan di dalamnya amal-amal baik yang tidak pernah di perbuatnya. Di katakan kepadanya: “Ini adalah imbalan bagi gunjingan orang terhadapmu, yang tidak kamu ketahui”
Sufyan ats-Tsauri di tanya tentang sabda Nabi solallahu alaihi wa salam
“Sesungguhnya Allah membenci keluarga pemakan daging manusia”
(Hadis riwayat Baihaqi).
Sufyan mengomentari:
“Yang di maksud di sini adalah orang-orang yang menggunjing, mereka memakan daging manusia”
Ketika menggunjing di tanyakan di hadapan Abdullah ibnul Mubarak, ia berkata:
“Jika aku menggunjing seseorang niscaya aku akan menggunjing kedua orang tuaku, sebab mereka yang paling berhak atas amal-amal baiku”
Yahya bin Mu’adz berkata : “Jadikanlah keuntungan seorang Muslim terhadap dirimu berupa tiga hal ini:
◾Jika engkau tidak bisa membantunya, maka janganlah engkau mengganggunya.
◾Jika engkau tidak bisa memberinya kegembiraan, maka janganlah engkau membuatnya sedih.
◾Jika engkau tidak bisa memujinya, maka janganlah engkau mencari-cari kesalahannya.
Dikatakan kepada Hasan al-Bashry : “ Si Fulan telah menggunjing Anda”, maka al-Hasan lalu mengirimkan kue-kue kepada orang yang menggunjingnya, dengan pesan: “Aku mendengar bahwa engkau telah melimpahkan amal baikmu kepadaku. Aku ingin membalas kebaikanmu”
Di riwayatkan oleh Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:
“Jika orang melepaskan tabir rasa malu dari wajahnya, niscaya tidak akan ada masalah pergunjingan bagimu”
(Hadis riwayat Ibnu Abdi dan Abu Asy-Syeikh).
Al-Junay menuturkan: “Aku sedang duduk duduk di masjid asy-Syuniziyah, menunggu jenazah agar aku bisa ikut melaksanakan shalat jenazah. Orang-orang Baghdad dengan berbagai kelasnya duduk menunggu iringan tersebut. Lalu aku melihat seorang miskin yang kelihatan bekas ibadatnya mengemis dari orang banyak. Aku berkata kepada diriku sendiri: “Jika orang ini mau bekerja untuk memperoleh rezekinya, itu akan lebih baginya”
Ketika aku kembali ke rumah, maka seperti biasanya, aku mulai melakukan wirid di malam hari, menangis dan shalat, serta amalan-amalan lainnya.
Tetapi semua wiridku itu terasa memberatkan jiwaku, aku lalu tidak dapat tidur, dan hanya duduk-duduk saja. Ketika aku terjaga, kantuk datang kepadaku, aku melihat si pengemis itu. Ku lihat orang-orang sedang meletakkan tubuhnya di atas satu hamparan kain yang lebar, dan mereka memerintahkan kepadaku: “Makanlah daging orang ini, karena engkau telah menggunjingnya” Keadaan orang itu di ungkapkan kepadaku, dan aku memprotes, “Aku tidak menggunjingnya.” Aku hanya mengatakan sesuatu kepada diriku sendiri”
Lalu di katakan kepadaku : “Perbuatan seperti itupun tidak layak. Pergilah kepada orang itu dan meminta maaflah!” Paginya aku terus mencari orang itu sampai aku menemukannya sedang mengumpulkan dedaunan yang tersisa dalam air yang di gunakan untuk mencuci sayur mayur. Ketika aku memberi salam kepadanya, ia bertanya: “Wahai abul Qasim, apakah engkau atang ke sini lagi?” Aku menjawab: “Tidak”
Ia berkata: “Semoga Allah mengampuni dosa kami dan dosamu”
Abu Ja’far al-Baklhy berkata: “Seorang pemuda dari kalangan warga Balkh sedang berada di antara kami, ia bermujahadah dan mengabdikan dirinya untuk melayani Allah. Hanya saja ia terus menerus terlibat dalam gunjingan. Ia suka mengatakan: “Si Fulan dan si Fulan itu demikian” Pada suatu hari aku melihatnya sedang mengunjungi beberapa tukang memandikan jenazah yang di sebut orang sebagai “orang-orang banci”.
Ketika pemuda itu meninggalkan mereka, aku bertanya kepadanya: “Wahai tuan, apa yang telah terjadi padamu?”
Ia menjawab: “Beginilah akibatnya atas perbuatanku mengunjing. Hal itu telah mencampakkanku dalam kehinaan ini. Aku telah tergila-gila kepada salah seorang banci dan aku melayani mereka atas namanya. Semua amal ibadatku sebelumnya telah musnah. Maka doakan agar Allah subhanahu wata'alah. mengasihiku!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar