Minggu, 07 November 2021

0316. Qona'ah

 terjemahan kitab

ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 3: tahapan para penempuh jalan sufi

judul: 16 Qana’ah



Allah swt berfirman:


“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki- maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.”

(Alqur-an surat. An-Nahl ayat: 97).



Di riwayatkan oleh Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Qana’ah (menerima pemberian Allah) adalah harta yang tidak pernah sirna”

(Hadis riwayat. Thabrani).


Di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Jadilah orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling berbakti kepada Allah subhanahu wata'alah. 

Jadilah engkau orang yang menerima (pemberian-Nya), engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. 

Cintailah manusia sebagaimana (kamu mencintai dirimu sendiri, maka engkau menjadi orang yang beriman. 

Perbaikilah dalam hidup bertetangga dengan tetanggamu, engkau akan menjadi orang Muslim. 

Dan sedikitlah tertawa, sebab banyak tertawa mematikan hati”

(Hadis riwayat Baihaqi).



Di katakan: “orang-orang miskin itu mati, kecuali mereka yang di hidupkan Allah dengan kebesaran qana’ah”


Bisyr al-Hafi berkata: “Qana’ah adalah seorang raja yang hanya tinggal di dalam hati yang beriman”


Abu Sulaiman ad-Darany berkomentar: 

“Hubungan Qana’ah dengan ridha adalah seperti hubungan antara maqam wara’ dengan zuhud. Qana’ah adalah awal ridha, dan wara’ adalah awal zuhud”


Di katakan: “Qana’ah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa ada”


Abu Bakr al-Maraghy menjelaskan : “Orang yang cerdas adalah orang yang menangani dunianya, dengan qana’ah dan tidak bergegas-gegas, tapi mengurusi urusan akhiratnya dengan penuh kerakusan dan ketergesaan, menangani urusan agamanya dengan ilmu dan ijtihad”


Abu Abdullah bin Khafif berkata : “Qana’ah adalah meningkatkan keinginan terhadap apa yang telah hilang atau yang tidak di miliki, dan menghindari ketergantungan kepada apa yang di miliki”


Di katakan mengenai firman Allah subhanahu wata'alah:

“Allah akan menganugerahi mereka rezeki yang berlimpah)”

(Alqur-an surat. Al-Hajj ayat: 88), bahwa yang di maksud di sini adalah yang qana’ah.


Muhammad bin Ali at-Tirmidzy menegaskan: “Qana’ah adalah kepuasan jiwa terhadap rezeki yang di berikan”


Di katakan: “Qana’ah adalah menemukan kecukupan di dalam apa yang ada dan tidak menginginkan apa yang tiada”


Wahb menuturkan: “Kehormatan dan kekayaan berkelana mencari teman. Mereka berjumpa dengan qana’ah dan mereka hinggap menetap padanya”


Di katakan: “Orang yang merasa qana’ah akan menemukan bubur yang lezat” 

Di katakan juga, “Orang yang selalu kembali kepada Allah swt. dalam segala hal, akan di anugerahi qana’ah”


Dalam sebuah cerita di sebutkan ketika Abu Hazim melewati seorang penjual daging yang mempunyai sejumlah daging berlemak, si penjual berkata kepadanya: “Ambillah sedikit, wahai Abu Hazim, karena daging ini berlemak!” Abu Hazim menjawab, “Aku tidak membawa uang” Si pedagang berkata: “Aku beri engkau waktu untuk membayarnya” Abu Hazim menjawab: “Jiwaku masih lebih baik menunggu dari padamu”


Salah seorang Sufi di tanya : “Siapakah orang yang paling qana’ah di antara ummat manusia” Ia menjawab: “Yaitu orang yang paling berguna bagi ummat manusia dan paling sedikit upahnya”


Di katakan dalam kitab Zabur : “Orang yang Qana’ah adalah orang yang kaya, sekalipun ia dalam keadaan lapar”


Di katakan: “Allah subhanahu wata'alah. menempatkan lima perkara dalam lima tempat: 

1. Keagungan dalam ibadat, 

2. kehinaan dalam dosa, 

3. kehidmatan dalam bangun malam, 

4. kebijaksanaan dalam perut kosong, 

5. dan kekayaan atau kecukupan dalam qana’ah”


Ibrahim al-Maristany berkata : “Lakukanlah pembalasan terhadap kerakusanmu dengan qana’ah sebagaimana engkau membalas dendam kepada musuhmu dengan qisas”


Dzun Nuun al-Mishry berkata : “Orang yang qana’ah selamat dari orang-orang semasanya dan berjasa atas semua orang”



Di katakan, Orang yang qana’ah akan menemukan istirah dari kecemasan dan berhasil atas segala sesuatu”


Al-Kattany mengatakan: “Barang siapa menjual kerakusan demi qana’ah berarti telah memperoleh keagungan dan kebesaran”


Di katakan: “Kesedihan dan rasa gelisah menjadi panjang bagi orang yang matanya mengejar apa yang di miliki orang lain”


Kaum Sufi sering membacakan syair berikut:

Betapa indahnya pemuda.

Dari hari-hari yang lapar

Lebih terhormat dari kekayaan yang di setai lapar.



Dalam suatu cerita di sebutkan: “Seorang laki-laki melihat seorang yang bijaksana sedang mengunyah potongan-potongan sayur yang di buang di tempat air, dan berkata kepadanya: “Jika saja Anda mau mengabdi kepada Sultan, niscaya Anda tidak perlu makan-makanan begini. Orang bijak itu menjawab: “Dan Anda, seandainya saja Anda mau berqana’ah dengan makanan begini, niscaya Anda tidak pelu mengabdi kepada Sultan”



Mengenai firman Allah subhanahu wata'alah:

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan”

(Alqur-an surat. Al-Infithar :13).



Di katakan bahwa kata na’im adalah qana’ah di dunia. Dalam Ayat berikutnya:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”

(Alqur-an surat. Al-Infithar :14).


Kata Jahim berarti kerakusan di dunia.

Mengenai firman Allah subhanahu wata'alah:

“Tahukah kamu, apakah jalan yang mendaki yang lebih sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”

(Alqur-an surat. Al-Balad :12-13).

Di katakan bahwa ayat ini berarti : Membebaskan orang dari kerendahan sifat tamak”


Di katakan bahwa firman Allah swt:

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait”

(Alqur-an surat. Al-Ahza :33), berarti, “menghilangkan sifat kikir dan irih hati”


Dan firman-Nya selanjutnya:

“Dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”

(Alqur-an surat. Al-Hazab 33) (yang di maksud Melalui sifat murah hati dan tidak pelit dalam memberi)”


Mengenai firman Allah Subhanahu wata'alah:

“Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak di miliki oleh seorang jugapun sesudahku”

(Alqur-an surat. Shaad:35). 

Berarti: “Anugerahkanlah kepadaku derajat qana’ah yang dapat membuatku sendiri, di banding sibuk dengan pesoalanku, yang dengannya aku akan merasa ridha dengan ketentuan-Mu”


Di katakan mengenai firman Allah swt:

“Aku (Sulaiman) pasti akan menghukum (burung hud-hud) dengan hukuman yang pedih”

(Alqur-an surat. An-Naml :21), bahwa ayat ini berarti: “Aku akan menanggalkan darinya sifat qana’ah dan memberinya cobaan dengan sifat rakus” Yakni: “Aku akan memohon kepada Allah swt. agar melakukan hal ini terhadapnya”


Abu Yazid Bisthamy di tanya: “Bagaimana Anda bisa sampai pada kedudukan sekarang ini?” Ia menjawab: “Aku mengumpulkan harta benda dunia ini lalu mengikatnya dengan tali qana’ah. Lalu aku menempatkan mereka dalam ketapel keikhlasan dan melontarkannya ke lautan putus asa. Maka akupun bisa istirahat”


Abdul Wahahb, paman Muhammad bin Farhan, menuturkan: “Aku sedang duduk-duduk bersama al-Junayd di saat musim haji, dan di sekelilingnya ada sekelompok besar orang non Arab, termasuk beberapa orang yang telah di besarkan di lingkungan orang Arab. Seseorang datang kepadanya dengan membawa uang 500 di nar, yang di letakkannya di hadapan al-Junayd, lalu Junayd berkata: “Sebarkan pada orang-orang fakir”


Sambil bertanya kepadanya : “Apakah kamu masih punya uang selain ini?” Ia menjawab: “Ya, aku masih punya banyak” Al-Junayd bertanya kepadanya: “Apakah kamu ingin memperoleh lebih banyak dari yang kamu miliki sekarang?” Ia menjawab: “Ya”. Maka al-Junayd lalu berkata kepadanya: “Ambillah kembali uangmu ini, sebab engkau lebih memerlukannya dari pada kami.” Junayd tidak menerimanya”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar