Selasa, 09 November 2021

058 Tanda Hati Yang Mati

 📓Terjemahan kitab alhikam

📄hikmah 58 Tanda Hati Yang Mati


مِنْ علاَماَتِ مَوْتِ القلبِ عَدَمُ الحُزنِ على ماَ فاَتكَ منَ المُواَفَقاَتِ وَتركُ النَّدَمِ علىَ ما فَعلتهُ من الزَّلاَّتِ. 


"Sebagian dari pada tanda matinya hati, yaitu jika sudah tidak merasa sedih [susah] karena tertinggalnya suatu amal kebaikan ( yang di wajibkan) juga tidak menyesal jika terjadi berbuat pelanggaran dosa"


Syarah


Pada Hikmah sebelumnya di terangkan supaya jangan meninggalkan Dzikir walaupun hati belum bisa hadhir ketika berdzikir. maka Begitu juga dengan ibadah dan amal kebaikan. Janganlah meninggalkan ibadah lantaran hati tidak khusyuk ketika beribadah dan jangan meninggalkan amal kebaikan lantaran hati belum ikhlas dalam melakukannya. 


Khusyuk dan ikhlas adalah sifat hati yang sempurna. dzikir, ibadah dan amal kebaikan adalah cara-cara untuk membentuk hati agar menjadi sempurna. 

Hati yang belum mencapai tahap kesempurnaan di katakan hati itu berpenyakit. 

Jika penyakit itu di biarkan, tidak di ambil langkah mengobatinya, pada satu masa, hati itu mungkin akan mati. Matinya hati berbeda dengan mati tubuh badan. Orang yang mati tubuh badan di tanam di dalam tanah. Orang yang mati hatinya, tubuh badannya masih sehat dan dia masih berjalan ke sana kemari di muka bumi ini.

 

Manusia menjadi istimewa karna memiliki hati rohani. Hati mempunyai nilai yang mulia yang tidak di miliki oleh akal fikiran. 

Semua anggota dan akal fikiran menuju kepada alam benda sementara hati rohani menuju kepada Pencipta alam benda. 

Hati mempunyai persediaan untuk beriman kepada Tuhan. Hati yang menghubungkan manusia dengan Pencipta. Hubungan dengan Pencipta memisahkan manusia dari daerah kehewanan dan mengangkat darjat mereka menjadi makhluk yang mulia. 


Hati yang cerdas, sehat dan dalam keasliannya yang murni, berhubungan erat dengan Tuhannya. Hati itu membimbing akal fikiran agar akal fikiran dapat berfikir tentang Tuhan dan makhluk Tuhan. Hati itu juga membimbing anggota tubuh badan agar mereka tunduk kepada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang bisa mengalahkan akal fikiran dan anggota tubuh badannya serta mengarahkan mereka berbuat taat kepada Alloh adalah hati yang sehat.


Dalam suatu hadits Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang merasa senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang mukmin."


 Abdullah bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika kami dalam majelis Rosululloh saw, tiba-tiba datang seseorang yang turun dari kudanya dan mendekati Nabi shollallohu 'alaihi wasallam sambil berkata,  

'Wahai Rosululloh, saya telah melelahkan kudaku selama sembilan hari, maka saya jalankan terus menerus selama enam hari, tidak tidur di waktu malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kuda ini, demi hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan hatiku hingga tidak dapat tidur'. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bertanya, 'Siapakah engkau?' 

Jawab orang itu, 'Zaidul-Khoir' Berkata Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Wahai Zaidul-Khoir, bertanyalah kemungkinan sesuatu yang sulit, yang belum pernah ditanyainya'. 

Berkata Zaidul-Khoir, 'Saya akan bertanya kepadamu tanda-tanda orang yang disukai dan yang dimurkai?' 

Jawab Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu saat ini wahai Zaid?' 

Jawab Zaid, 'Saya saat ini, suka kepada amal kebaikan dan orang-orang melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan tersebarnya amal kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan rindu pada kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya yakin pahalanya'. 

Jawab Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Ya itulah dia, andaikan Alloh tidak suka kepadamu, tentu engkau di siapkan untuk melakukan yang lain dari pada itu, dan tidak peduli di jurang yang mana engkau akan binasa'. 

Berkata Zaid, 'Cukup wahai Rasululloh, 

lalu ia kembali ke atas kudanya, kemudian ia berangkat pulang'.''


Tidak ada komentar:

Posting Komentar