📓Terjemahan kitab alhikam
📄hikmah 138. “Rubahlah Dirimu Dari Kebiasaan (Hawa Nafsumu)”
كيف تخرق لك العواءـد وانت لم تخرق من نفسك العواءــد
”Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa (karomah atau kekeramatan), padahal engkau tidak merubah dirimu dari kebiasaanmu”
Syarah
Khorqul-awaa’id ialah:
perkara yang tidak masuk akal, kejadian-kejadian yang luar biasa seperti:
berjalan di atas air,
melipat jarak dan waktu, sehingga bisa pergi Ke ujung barat dan timur dengan satu langkah kaki dan lain lain,
Bagaimana kau akan dapat mencapai yang demikian (Khorqul-awaa’id), padahal kau sendiri belum bisa mengekang hawa nafsu dan keinginanmu, padahal kau belum dapat melepaskan kehendakmu untuk menyerah pasrah pada kehendak Alloh.
karomah Kekeramatan / Khorqul-awaa’id itu tidak di berikan oleh Alloh, kecuali pada orang yang sudah bisa melenyapkan kehendak diri sendiri dan menentang keinginan hawa nafsunya sendiri.
Khorqul-awaa’id itu ada beberapa macam:
✒kalau keluar dari seorang Nabi di sebut Mu’jizat.
✒Kalau keluar dari seorang wali di sebut karomah,
✒kalau keluar dari orang sholih di sebut Ma’unah.
✒Tapi kalau keluar dari orang yang menentang hukum Alloh di sebut Istidroj (panglulon).
Karomah itu ada dua macam.
1. Karomah maknawiyyah,
yakni karomah yang tidak di ketahui orang lain seperti:
✒bertambahnya iman dan keyakinan,
✒bertambah baik akhlaqnya kepada Alloh dan kepada makhluk.
2. Karomah zhohiryyah
yaitu: keramat yang bisa di ketahui orang lain, seperti
✒Toyyil Ardhi (melipat jarak yang jauh menjadi dekat)
✒dan melakukan perkara yang luar biasa yang tidak masuk akal lainya.
Futuh yaitu: terbukanya tabir / hijab yang menutupi mata lahir dan mata hati.
Macam futuh itu banyak sekali, termasuk bagian dari futuh yaitu Kasyaf.
Antara kasyaf dan futuh itu sama artinya. Dan keduanya ada yang dari pelantaraan malaikat, ada yang dari syeitan yang namakan Istidroj.
Kasyaf itu ada dua macam:
1. Kasyaf hisyy.
Yakni mengetahui perkara / kejadian yang jauh dari pandangan mata kepala. Seperti kisah Sayyidina Umar bin Khottob ra. ketika khutbah jum’ah di madinah, tiba-tiba memerintahkan pada panglima perang bernama Sariyyah yang sedang bertempur di tanah Nahawand yang jauhnya kira-kira perjalanan dua bulan dari madinah. Umar berkata: Ya Sariyyah al-jabal! ( Hai Sariyyah awas, musuh ada di atas gunung).
Di ceritakan saat itu pasukan islam baru bertempur di bawah gunung melawan sebagian pasukan musuh. dan tidak tahu bahwa ada sebagian pasukan musuh yang ada di atas gunung yang mau menyerang. Seumpama tidak ada komando dari Sayyidina Umar yang bisa di dengar oleh panglima perang Sariyyah, tentu pasukan islam akan kalah. Dan akhirnya pasukan islam dapat kemenangan. Setelah pasukan kembali kemadinah, komando dari Sayyidina umar di cocokkan dengan penduduk madinah ternyata benar.
2.Kasyaf Ma’nawi yaitu: mengetahui perkara yang di luar dari alam syahadah (alam nyata).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar