Rabu, 10 November 2021

141-143 “Wushul Itu Sebab Karunia Dari Alloh Dan Di tutupinya Cela Kita”

 📓Terjemahan kitab alhikam

📄hikmah  141-143


“Wushul Itu Sebab Karunia Dari Alloh Dan Di tutupinya Cela Kita”


ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته  فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه


141. “Andai kata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada Alloh (wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh selamanya. 

Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya, maka Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya, dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang di berikan Alloh kepadamu, bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”


 


Syarah


Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh, 

jika ia masih ada syahwat / kesenangan nafsu, 

atau masih mengatur dirinya 

atau masih usaha ikhtayar (memilihkan dirinya). seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya, pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul (sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati  kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.


لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول


 142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andai kata Alloh tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk di terima”.


 


Syarah


  Sebab syarat untuk di terimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Alloh, tetapi manusia di uji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya, dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk di terima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Alloh semata.


Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka, maka apa bila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada segala sesuatu, dan apa bila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.


 Jadi para murid / salik dalam perkara wushul kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.


انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته


143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat / dosa”.


 


Syarah


   Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina / jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika di koreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan di terima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya di sisi Alloh.


Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin (sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apa bila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka dan bukan suatu kezholiman terhadap mereka. Dan katakan kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.


   Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang di liputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.


 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar