📓Terjemahan kitab alhikam
📄hikmah 203
“Salik, Hati-Hati Dengan Pemberian Makhluk”
لا تَمُدَّ نَّ يَدَ كَ اِلىَ اْلاَخْذِ من الخَلاَٰ ءِـقِ اِلاَّ تَرٰى اَنَّ الْمُعْطِىَ فِيْهِمْ مَولاٰ كَ فَإِنْ كُنْتَ كذٰ لكَ فَخُذْ ماَ وَا فقَ الْعِلمَ
“Jangan engkau ulurkan tangan untuk menerima pemberian makhluk, kecuali bila sudah bisa merasa bahwa sebenarnya yang memberi itu adalah Tuhanmu, apa bila engkau sudah demikian, maka terimalah pemberian mereka yang sesuai dengan ilmumu (syari’at/ halal).”
Syarah
Sebab bila engkau masih merasa yang memberi itu makhluk (berarti ada yang dapat membantumu selain Alloh), maka Tauhidmu belum benar (murni) dalam menerima pengertian keEsaan Alloh dalam kalimah:
Laa-ilaaha illalloh dan Laa haula walaa quwwata illa billah.
Sebab hakikatnya semua pemberian itu hanya dari Alloh, semua hak dan kekuasaan Alloh semata, sehingga bila ada pemberian dari tangan siapa saja (makhluk), haruslah meyakini bahwa itu langsung dari Alloh yang menyuruh seorang hamba untuk menyampaikan kepadamu. Kamu juga jangan menerima pemberian makhluk kecuali yang sesuai dengan ilmumu, yakni : ilmu lahir (syariat) dan ilmu batin.
Kholid Al-Juhany ra. Berkata : Rosululloh saw. Bersabda : Siapa yang kedatangan hadiah/sedekah dari temannya tanpa ia meminta dan berharap dalam hatinya, maka hendaknya di terima, sebab yang demikian itu sebagai rizqi yang di hantar oleh Alloh kepadanya. Dalam riwayat lain ada tambahan: dan bila ia tidak membutuhkan karena sudah cukup, maka hendaknya di berikan kepada yang lebih berhajat dari padanya. Rosulullh bersabda : Siapa yang menolak rizqi yang di beri oleh makhluk tanpa minta-minta, maka sesungguhnya ia telah menolak pemberian Alloh.
Umar bin Khottob berkata : Rosululloh selalu memberi kepada saya, maka saya berkata, : berikan kepada orang yang lebih membutuhkan dari pada saya. Rosululloh bersabda : Terimalah dan pergunakan atau sodakohkan, dan tiap harta yang datang kepadamu dengan tidak engkau harapkan atau engkau minta, maka terimalah, dan yang tidak jangan engkau harap-harapkan.
Syeih Ibrahim al-Khowwas, berkata: Seorang shufi itu tidak harus memilih jalan tidak berusaha (tajrid), kecuali jika memang sudah cukup keadaannya. Syeih abu Abdulloh Al-qurasy berkata : selama keinginan berusaha itu kuat dalam perasaan nafsu, maka berkasab itu lebih utama.
Syeih Al-A’masy (sulaiman) ra. Berkata: Ada seorang pemuda yang datang kepada Syeih Ibrohim At-taimy, untuk memberi hadiah uang sebanyak 2000 dirham, sambil berkata: Terimalah uang ini, ini bukan dari raja, juga bukan uang syubhat dan lain-lainnya. Jawab Ibrohim, : Semoga Alloh memberkahi hartamu, dan membalas engkau dengan kebaikan dan terima kasih, lalu di tolaknya uang itu. Setelah pemuda itu pergi saya bertanya : Ya aba Imron, mengapa engkau tidak menerima pemberian itu, Demi Alloh, istrimu tidak memiliki gamis. Jawab Ibrahim : Benar, tetapi anak itu masih muda, belum banyak pengalaman, saya kuatir kalau ia kembali kekampungnya lalu memberi tahu kepada teman-temannya: saya telah memberi Ibrahim dua ribu dirhaham, maka hilang pahalanya dan hilang pula uangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar