Jumat, 12 November 2021

bab 1. Permulaan Penciptaan

 ðŸ““terjemahan kitab sirrul asror

📄bab 1. Permulaan Penciptaan


Semoga Allah s.w.t memberikanmu keberhasilan di dalam amalan-amalanmu yang di sukai-Nya dan Semoga kamu memperoleh keridoan-Nya. Fikirkan, tekankan kepada pemikiranmu dan fahamkan apa yang ku katakan ini




 

Allah Yang Maha Tinggi pada mulannya menciptakan cahaya Muhammad dari cahaya suci Keindahan-Nya. Dalam hadis Qudsi Dia berfirman:

“Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Wajah-Ku”.


Ini di nyatakan juga oleh Nabi Muhammad s.a.w dengan sabdanya: 

“Mula-mula Allah ciptakan ruhku. 

Pada permulaannya di ciptakan-Nya sebagai ruh suci”

“Mula-mula Allah ciptakan qalam”.

“Mula-mula Allah ciptakan akal”.


Apa yang di maksud sebagai ciptaan permulaan itu ialah ciptaan hakikat Nabi Muhammad s.a.w, yaitu Kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga di beri nama yang indah-indah. Dia di beri nama nur, cahaya suci, karna dia di sucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat jalal Allah. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah, cahaya dan kitab yang menerangkan”. (al-qur-an surat Al-Maaidah, ayat 15)


Dia di namakan akal yang meliputi (akal universal) karna dia telah melihat dan mengenali segala-galanya. Dia di namakan qalam karna dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf.


Roh Muhammad adalah zat atau hakikat kepada segala kejadian, permulaan dan sebab nyatanya alam maya. Baginda s.a.w menyatakan hal ini dengan sabdanya, “Aku dari Allah dan seluru yang lain adalah dari ku”. 



Allah Yang Maha Tinggi menciptakan seluru ruh itu dari ruhnya baginda s.a.w di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. ‘Muhammad’ adalah nama pada semua manusia di dalam alam arwah. Dia adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi segala sesuatu dan segala-galanya.


Empat ribu tahun sesudah di ciptakan cahaya suci Muhammad, Allah ciptakan arasy dari cahaya mata Muhammad. Dia ciptakan makhluk yang lain dari arasy


 

Kemudian Dia turunkan ruh ruh turun pada peringkat penciptaan yang paling rendah, pada alam kebendaan, alam jirim dan badan yaitu alam dunia.

“Kemudian Kami turunkan ia kepada peringkat yang paling rendah”. (Surah Tin, ayat 15)


Dia turunkan cahaya itu dari tempat ia di ciptakan, dari alam lahut❶, yaitu alam nyatanya bagi Zat Allah, bagi keesaan, bagi wujud mutlak, ke alam nama-nama Ilahi❷, alam nyatanya sifat-sifat Ilahi, alam bagi akal asbab yang di diami ruh yang meliputi (ruh universal). Di sana ruh pakaikan dengan pakaian cahaya. Ruh-ruh ini di namakan ‘ruh pemerintah. Dengan berpakaian cahaya mereka turun ke alam malaikat❸. Di sana mereka di namakan ‘roh rohani’. Kemudian Dia arahkan mereka turun kepada alam kebendaan❹, alam jirim, air dan api, tanah dan angin dan mereka menjadi ‘roh manusia’. Kemudian dari dunia ini Dia ciptakan tubuh yang berdaging, berdarah.

firman allah:

“Kemudian Kami jadikan kamu dan kamu akan di kembalikan dan karnaNya (allah) kamu akan di bangkitkan sekali lagi”. (al-qur-an surat Ta Ha, ayat 55)


Setelah peringkat-peringkat ini Allah memerintahkan roh-roh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak allah merekapun masuk.

firman allah:

“Maka apa bila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya roh-Ku…”. (al-qur-an surat Shad, ayat 72)


Sampai masanya roh-roh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa pada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa di kala Allah ciptakan mereka pada alam arwah, allah bertanya kepada mereka:

“apakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab: Iya" 


Mereka lupa pada ikrar (pengakuan) mereka. 

Mereka lupa pada asal usul mereka, lupa juga pada jalan untuk kembali ke tempat asal mereka. Tetapi Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun, sumber dari segala keselamatan dan pertolongan bagi semua hamba-hamba-Nya. Dia mengasihani mereka lalu Dia turunkan kitab-kitab suci dan rasul-rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka tentang asal usul mereka.

firman allah:

“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa (membawa) ayat-ayat Kami (dan Kami perintakan): hendaklah kamu keluarkan kaum kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan ingatkan mereka kepada hari-hari Allah”. (al-qur-an surat Ibrahim, ayat 5)

yaitu ‘ingatkan roh-roh tentang hari-hari di mana mereka tidak terpisah dengan Allah’.


banyak rosul-rosul telah di turunkan ke dunia ini, melaksanakan tugas mereka dan kemudian meninggalkan dunia ini. 

Tujuan semua itu adalah 

membawa manusia pada risalah ajaran rosul, mengingatkan serta menyadarkan manusia dari kelalaian mereka. 

Tetapi mereka yang mengingat allah, yang bersedia kembali kepada allah, manusia yang ingin kembali kepada asal usul mereka, menjadi semakin berkurang dan terus berkurang di telan zaman.



 

Nabi-nabi terus di turunkan dan utusan suci bermunculan hingga muncul roh Muhammad yang mulia, yang terakhir di kalangan nabi-nabi, yang menyelamatkan manusia dari kehancuran dan kelalaian. Allah Yang Maha Tinggi mengutusnya untuk membuka mata manusia yaitu mata hati yang tertidur. Tujuannya ialah membangunkan manusia dari kelalaian dan ketidaksedaran dan untuk menyatukan mereka dengan keindahan yang abadi, dengan penyebab, dengan Zat Allah. 

Allah berfirman:

“Katakan: Inilah jalanku yang aku dan orang-orang yang mengikutiku kepada Allah dengan pandangan yang jelas (basiroh)”. (al-qur-an surat Yusuf, ayat 108).


allah menyatakan jalan Nabi Muhammad s.a.w. Baginda s.a.w dalam menunjukkan tujuanya kepada kita dengan bersabdanya, 

“Sahabat-sahabatku adalah umpama bintang di langit. siapa saja dari mereka yang kamu ikuti maka kamu akan temui jalan yang benar”.


 

Pandangan yang jelas (basirah) datangnya dari mata ruh. Mata ini terbuka di dalam jantung hati orang-orang yang bersama dengan Allah, yang menjadi sahabat Allah. Semua ilmu di dalam dunia ini tidak akan mendatangkan pandangan dalam (atau yang di sebut basirah). Seseorang itu memerlukan pengetahuan yang datangnya dari alam ghaib yang tersembunyi pengetahuan yang mengalir dari kesedaran Ilahi. 

“Dan Kami telah  ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu laduni)”. (al-qur-an surat Kahfi, ayat 65).


Apa yang perlu orang lakukan ialah mencari orang yang mempunyai pandangan dalam (atau basirah) yang mata hatinya terbuka, dan perkataan serta rangsangan (membangkitkan zauq) dari orang yang seperti ini yang di perlukan. Guru yang seperti ini yang dapat memupuk pengetahuan orang lain, 

harus seorang yang bersama dengan Allah dan telah menyaksikan alam mutlak.





Wahai anak-anak Adam, saudara-saudara dan saudari-saudari! Bangunlah dan bertaubatlah karna melalui taubatmu kamu akan memohon kepada Tuhan agar di karuniakan-Nya kepada kamu hikmah hikmah-Nya. Berusaha dan berjuanglah. Allah memerintahkan:

“Dan berlomba-lombalah pada ampunan Tuhanmu dan syurga yang lebarnya (seluas) langit dan bumi, yang di sediakan untuk orang-orang yang berbakti. Yang berderma di waktu senang dan susah, dan menahan marah, dan memaafkan manusia, dan Allah mengasihi mereka yang berbuat kebajikan”. (al-qur-an surat al Imran, ayat 133 & 134).


Masuklah kepada jalan itu dan bergabunglah dengan kafilah kerohanian untuk kembali kepada Tuhanmu. Pada satu masa nanti jalan tersebut tidak dapat di lalui lagi dan pengembara pada jalan tersebut tidak ada lagi. Kita tidak datang ke bumi ini untuk merusak dunia ini. Kita di turunkan ke sini bukan untuk makan, minum semata. Roh penghulu kita menyaksikan kita. Baginda s.a.w berduka cita melihat keadaanmu. Baginda  s.a.w telah mengetahui apa yang akan terjadi kemudian hari hingga baginda s.a.w bersabda, “Duka citaku adalah untuk umat yang aku kasihi yang akan datang di kemudian hari”.




 

Apa saja yang datang kepada kamu datang dalam keadaan salah satu bentuk, secara nyata atau tersembunyi, nyata dalam bentuk peraturan syariat dan tersembunyi dalam bentuk hikmah kebijaksanaan atau ilmu makrifat. Allah Yang Maha Tinggi memerintahkan kita supaya mensejahterakan zahir kita dengan mematuhi peraturan syariat dan meletakkan batin kita dalam keadaan yang baik dan teratur dengan memperoleh hikmah kebijaksanaan atau ilmu makrifat. Bila zahir dan batin kita menjadi satu dan hikmah kebijaksanaan dengan peraturan agama (syariat) bersatu, maka orang itu akan sampai pada makom yang sebenarnya (yaitu makom hakikat).

firman allah

“Dia alirkan dua laut, padahal kedua-duanya bertemu. Antara dua itu ada dinding yang kedua-duanya tidak mampu melewatinya”. (al-qur-an surat Imraan, ayat 19 & 20).


Kedua-duanya harus menjadi satu. Kebenaran atau hakikat tidak akan di dapat dengan hanya menggunakan pengetahuan panca indera dan deria-deria tentang alam kebendaan. Dengan cara tersebut tidak mungkin mencapai tujuan, sumber, yaitu Zat. Ibadat dan penyembahan memerlukan kedua-duanya yaitu peraturan syariat dan ilmu makrifat. Allah berfirman tentang ibadat:

“Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku”. (al-qur-an surat Dzaariyat, ayat 56).


dengan kata lain, ‘mereka di ciptakan supaya mengenali allah’. Jika seseorang tidak mengenali-Nya bagaimana dia bisa memuji-Nya dengan sebenar-benarnya, meminta pertolongan-Nya dan berkhidmat (memgabdi) kepada-Nya?


ilmu Makrifat yang di perlukan bagi yang ingin mengenali-Nya bisa di capai dengan menyingkap tabir hitam yang menutupi cermin hati seseorang, menyucikannya sehingga bersih dan mengkilapkannya sehingga bercahaya. Kemudian perbendaharaan keindahan yang tersembunyi akan memancar pada rahasia cermin hati.


Allah Yang Maha Tinggi telah berfirman melalui rasul-Nya:

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku suka di kenali, lalu Aku ciptakan makhluk supaya Aku di kenali”.


Tujuan suci di ciptakan manusia ialah supaya mereka mengenali Allah, memperolehi makrifat.




 

Ada dua peringkat makrifat yang suci. orang itu perlu mengenali sifat-sifat Allah dan dalil-dalil yang menjadi kenyataan atau penzohiran bagi sifat-sifat tersebut. Satu lagi ialah mengenali Zat Allah. Di dalam mengenali sifat-sifat Allah manusia secara zohirnya dapat menikmati kedua-duanya yaitu dunia dan akhirat. Makrifat yang memimpin pada Zat Allah tidak di dapat dengan diri zahir manusia. Ia terjadi di dalam jiwa atau roh suci manusia yang berada di dalam dirinya yang zahir ini.

“Dan Kami telah perkuatkan dia (Isa) dengan roh kudus”. (al-qur-an surat

Baqarah, ayat 87).


Orang yang mengenali Zat Allah menemui kekuatan ini melalui roh kudus (suci) yang di karuniakan kepada mereka.


Kedua-dua makrifat tersebut di dapat dengan hikmah kebijaksanaan yang mempunyai dua aspek; hikmah kebijaksanaan kerohanian yang di dalam dan pengetahuan zahir tentang benda-benda nyata. Kedua-duanya di perlukan untuk mendapatkaan kebaikan. Nabi s.a.w bersabda, 

“Pengetahuan ada dua bagian. 

Satu pada lidah yang menjadi dalil tentang kewujudan Allah, 

satu lagi di dalam hati manusia. Inilah yang di perlukan untuk melaksanakan harapan kita (mengenal allah)”.



Pada peringkat permulaannya seseorang itu memerlukan pengetahuan syariat. Ini memerlukan pendidikan yang mengenalkan dalil-dalil luar tentang Zat Allah yang nyata di dalam alam sifat-sifat dan nama-nama ini. bila bidang ini telah sempurna sampailah giliran pendidikan kerohanian tentang rahasia-rahasia, di mana seseorang itu masuk ke dalam bidang makrifat yang murni untuk mengetahui yang sebenarnya (yaitu hakikat). 


Pada peringkat yang pertama seseorang itu harus meninggalkan segala-galanya yang tidak di setujui oleh syariat, kesalahan di dalam melakukan perbuatan yang baik harus di hilangan. Perbuatan yang baik mesti di lakukan dengan cara yang betul, sebagaimana keperluan pada jalan sufi. Keadaan ini bisa di capai dengan melatih diri dengan melakukan perkara-perkara yang tidak di setujui oleh ego diri sendiri dan melakukan amalan yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu. Berhati-hatilah di dalam beramal agar amalan itu di lakukan bukan untuk di pertontonkan atau di perdengarkan kepada orang lain. Semuanya mestilah di lakukan semata-mata karna Allah, demi mencari keridoan-Nya. Allah berfirman:

“Barang siapa berharap menemui Tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal salih dan janganlah dia mempersekutukan sesuatu dengan Allah dalam ibadatnya kepada Tuhannya”. (al-qur-an surat Kahfi, ayat 110).


Apa yang di uraikan sebagai wilaya makrifat itu adalah tahap penghabisan bagi daerah kejadian yang pertama. Ia adalah permulaan dan merupakan rumah yang setiap orang kembali ke sana. Di sanalah roh suci di jadikan. yang di maksud dengan roh suci itu adalah roh insan. Ia di jadikan dalam bentuk yang paling baik.


 

Kebenaran atau hakikat tersebut telah di tanam di tengah-tengah hati sebagai amanah Allah, di amanahkan kepada manusia agar di simpan dengan aman. Ia bangkit dan nyata melalui taubat yang sungguh-sungguh dan usaha yang benar mempelajari agama. Keindahannya akan memancar ke permukaan apa bila seseorang itu mengingat Allah terus menerus, mengulangi kalimat “La ilaha illah Llah”. Pada mulanya kalimat ini di ucapkan dengan lidah. Bila hati sudah hidup ia di ucapkan di dalam yaitu dengan hati.


Sufi menggambarkan keadaan kerohanian yang demikian dengan menganggapnya sebagai bayi, yaitu bayi yang lahir di dalam hati, di rawat dan di besarkan di sana. Hati memainkan peranan seperti ibu, melahirkannya, menyusun, memberi makan dan memeliharanya. Jika anak-anak di ajarkan perkara keduniaan untuk kebaikannya, maka bayi hati di ajarkan makrifat rohani. Sebagaimana anak-anak bersih dari dosa, bayi hati adalah benar benar bebas dari kelalaian, ego dan ragu-ragu. Kesucian bayi biasanya nyata dalam bentuk zahir yang cantik. Dalam mimpi, kesucian dan kekhasan bayi hati muncul dalam rupa malaikat. Manusia berharap mendapat ganjaran syurga sebagai balasan kepada perbuatan baik tetapi hadiah-hadiah yang di datangkan dari syurga itu di berikan melalui tangan-tangan bayi hati.

firman allah:

“Dalam kebun-kebun kenikmatan…melayani mereka anak-anak muda yang tidak berubah keadaan mereka”. (al-qur-an surat Waqi’ah, ayat 12 – 17 ).

“Melayani mereka adalah anak-anak muda laksana mutiara yang tersimpan”. (al-qur-an surat Tur, ayat 24).


Mereka adalah anak-anak hati, menurut yang di ilhamkan kepada sufi, di panggil anak-anak karna keelokan dan kekhasan mereka sebagai bayi. Keindahan dan kekhasan mereka nyata dalam wujud zahir, dalam darah daging, dalam bentuk manusia. Oleh karna keelokan dan kelembutan sifatnya ia di namakan anak-anak hati, tetapi dia adalah manusia sejati yang mampu mengubah bentuk kejadian atau ciptaan karna dia berhubungan erat dengan sang Pencipta. Dia adalah sebenar benarnya wakil kemanusiaan. Di dalam kesadarannya tidak ada sesuatu, dia tidak melihat dirinya sebagai sesuatu. Tiada hijab, tiada halangan di antara kewujudannya dengan Zat Allah.



Nabi Muhammad s.a.w menggambarkan suasana demikian sebagaimana sabda baginda s.a.w, 

“Ada masa aku dengan Allah di mana tiada malaikat yang hampir dan tidak juga nabi yang di utus”


Maksud ‘nabi’ di sini ialah kewujudan lahiriah bagi Rasulullah s.a.w sendiri. Malaikat yang paling dekat dengan Allah ialah cahaya suci Muhammad s.a.w, kejadian pertama. Dalam suasana kerohanian itu baginda s.a.w sangat dekat dengan Allah sehingga wujud zahirnya dan rohnya tidak berkesempatan menghijabkannya dengan Allah. Baginda s.a.w menggambarkan lagi suasana demikian, 

“Ada syurga Allah yang tidak ada mahligai dan taman-taman atau sungai madu dan susu, syurga yang di dalamnya seseorang hanya menyaksikan Wajah Allah Yang Maha Suci”. 


Allah s.w.t berfirman:

“Beberapa muka pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya dia memandang”. (al-qur-an surat Qiamat, ayat 22 & 23).


Pada suasana atau makam tersebut jika seseorang makhluk termasuklah malaikat mendekatinya wujud badannya akan terbakar menjadi abu. Allah s.w.t berfirman melalui rasul-Nya:

“Jika Aku bukakan penutup sifat keperkasaan-Ku sedikit saja, semua akan terbakar sejauh yang di lihat oleh pandangan-Ku”.


sama keadaanya dengan sewaktu

Jibrail yang menemani Nabi Muhamamd s.a.w pada malam mikraj saat sampai di Sidratul Muntaha, dia mengatakan jika aku melangkah satu langkah saja lagi maka aku akan terbakar menjadi abu


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar