📓terjemahan kitab sirrul asror
📄Bab 10: menyaksikan allah sampai pada makom melihat zat yang maha suci
Melihat Allah ada dua jenis:
👉Pertama melihat sifat keindahan Allah yang sempurna secara langsung di akhirat’ dan
👉kedua melihat sifat-sifat ketuhanan yang di pancarkan ke atas cermin yang jernih dari hati yang tulen di dalam kehidupan ini.
Dalam hal tersebut ke dua duanya adalah penyaksian yang kelihatan dan nyata sebagai penzahiran cahaya keluar dari keindahan Allah yang sempurna dan di lihat oleh mata hati yang hakiki.
"Kami tidak menafikan (memungkiri), yang dia lihat" surat ana ayat 11
Mengenai melihat nyatanya Allah melalui pelantaraan itu Nabi s.a.w bersabda
"Yang beriman adalah cerminan kepada yang beriman"
👉Yang beriman yang pertama, cermin dalam ayat ini, adalah hati yang beriman yang suci murni,
👉sementara yang beriman kedua adalah Yang Melihat bayangan-Nya di dalam cermin itu,
Allah Yang Maha Tinggi. siapa yang sampai kepada makam melihat kenyataan sifat Allah di dalam dunia ini akan melihat Zat Allah di akhirat, tanpa rupa tanpa bentuk.
✔Kenyataan ini di benarkan oleh Saidina Umar r.a dengan katanya,
"Hatiku melihat tuhanku dengan cahaya tuhanku"
✔Saidina Ali r.a berkata,
"Aku tidak menyembah alloh kecuali aku melihatnya"
Mereka berdua tentu telah melihat sifat-sifat Allah dalam kenyataan. Jika seseorang melihat cahaya matahari masuk melalui jendela dan dia berkata, "aku melihat matahari "dia berkata benar.
Allah memberi gambaran yang jelas tentang kenyataan sifat-sifat-Nya:
"Allah itu nur bagai langit dan bumi nurnya seperti satu kurungan pelita yang di dalamnya ada pelita
Palita itu dalam satu kaca dan kaca itu sebagai bintang yang seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak faedah
yaitu zaitun yang bukan dari timur dan bukan dari barat, minyak yang saja hampir menerangi walaupun tidak disentuh api, nur di atas nur
Allah tuntun pada nur nya siapa saja yang dia kehendaki dan allah mengadakan perumpamaan bagi manusia dan allah mengetahui segala sesuatu" surat an-nur ayat 35
Perumpamaan dalam ayat ini adalah hati yang sepenuhnya yakin di kalangan orang yang beriman. Lampu yang menerangi berkas hati itu ialah hakikat atau intipati hati, sementara cahaya yang di pancarkan ialah rahasia Tuhan, yaitu roh sultan. Kaca yang tembus sinar dan tidak mengurung cahaya di dalamnya tetapi ia melindunginya dan menyebarkannya karna dia bagai bintang. Sumber cahaya adalah pohon Ilahi. Pohon itu adalah makom atau suasana keesaan, menjalar dengan dahan dan akarnya, memupuk prinsip-prinsip iman, berhubungan tanpa pelantaraan dengan bahasa yang asli. Secara langsung, melalui bahasa yang asli itulah Nabi s.a.w menerima pembukaan al-Quran. Dalam kenyataan Jibril. as membawa firman Tuhan hanya setelah firman tersebut telah di terimah (dalam bentuk nur atau rasa oleh rosul).
👉ini adalah supaya kita mendengarnya dalam bahasa manusia.
👉Ini juga memperjelas siapa siapa yang tidak percaya dan munafik dengan memberi mereka peluang untuk menafikan (atau menentang)nya seperti mereka tidak percaya kepada malaikat.
"Dan sesungguhnya di wahyu kan kepada kamu alquran dari sisi tuhan yang bijaksana yang mengetahui surat" annamlayat 6
Oleh karena Nabi s.a.w menerima pembukaan sebelum Jibrail membawanya kepada baginda, setiap kali Jibrail membawa ayat-ayat suci itu Nabi s.a.w (telah lebi dulu) mendapati ayat itu di dalam hatinya dan membacanya sebelum ayat itu di berikan (melalui Jibril). Inilah alasan dari ayat:
"Dan janganlah engkau terburu-buru dengan alquran sebelum habis di wahyu kan kepada kamu" surat thaha ayat 114
Keadaan ini menjadi jelas sewaktu Jibril menemani Nabi s.a.w pada malam mikraj, Jibrail tidak berdaya untuk pergi lebih dekat ke Sidratul Muntaha. Dia berkata, "Jika aku ambil satu langkah lagi mak aku akan terbakar"
Lalu Jibrail membiarkan Nabi s.a.w meneruskan perjalanan seorang diri.
Allah menggambarkan pohon zaitun yang di berkati, pohon keesaan, bukan dari timur dan bukan dari barat. Dalam lain perkataan dia tidak ada awal dan tidak ada akhir, dan cahayanya yang menjadi sumber tidak terbit dan tidak pula terbenam. Dia kekal pada masa lalu dan tiada kesudahan pada masa akan datang. Kedua-dua Zat Allah dan sifat-sifat-Nya adalah kekal abadi. Kedua-dua kenyataan Zat-Nya dan kenyataan sifat-Nya bergantung kepada Zat-Nya.
Penyembahan yang sebenarnya hanya bisa di lakukan bila hijab yang menutup hati tersingkap (di bukakan Allah) agar cahaya abadi menyinarinya. Hanya setelah itu hati menjadi terang dengan cahaya Ilahi. Hanya setelah itu roh akan menyaksikan perumpamaan Ilahi itu.
Tujuan di ciptakan alam maya adalah untuk di temui khazanah rahasia itu. Allah berfirman melalui Rasul-Nya:
"Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi aku suka dikenali kalau aku ciptakan makhluk agar aku dikenali"
Ini bermakna Dia bisa di kenali di dalam dunia ini melalui sifat-sifat-Nya. Tetapi untuk melihat dan mengenali Zat-Nya sendiri hanyalah bisa terjadi di akhirat. Di sana melihat Allah secara langsung sebagaimana yang Dia kehendaki dan yang melihatnya adalah mata bayi hati.
"Beberapa muka pada hari itu berseri-seri pada tuhannyala mereka melihat" surat kiamat ayat 22 dan 23
Nabi s.a.w bersabda,
"Aku melihat tuanku dalam rupa jejaka tampan"
Mungkin ini adalah bayangan bayi hati. Bayangan adalah cermin. Ia menjadi alat untuk menzahirkan yang ghaib. Hakikat Allah Yang Maha Tinggi tidak menyerupai sesuatu termasuk bayangan atau bentuk. Bayangan adalah cermin, walaupun yang kelihatan bukanlah cermin dan bukan juga orang yang melihat ke dalam cermin. Fikirkan tentang itu dan cobalah memahaminya karna dia adalah hakikat kepada alam rahasia-rahasia.
Tetapi semuanya terjadi pada makom sifat. Sedangkan Pada makom Zat semua yang nyata hilang, lenyap. Orang yang di dalam makom Zat itu sendiri hilang tetapi mereka merasakan zat itu dan tiada yang lain. Betapa jelas Nabi s.a.w menggambarkannya,
"Aku dari allah dan yang beriman dariku"
Dan Allah berfirman melalui Rasul-Nya:
"Aku ciptakan muhammad dari cahaya wujud ku sendiri"
Maksud Wujud Allah adalah Zat-Nya Yang Maha Suci, nyata di dalam sifat-sifat-Nya Yang Maha Mengasihani. Ini di nyatakan-Nya melalui Rasul-Nya:
"Rahmat ku mendahului murka aku"
Rosul yang di kasihi Allah adalah cahaya kebenaran sebagaimana Allah berfirman:
"Tidak kami utus engkau melainkan menjadi rahmat kepada seluruh alam" surat al anbiya ayat 107
"Sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul kami menerangkan kepada kamu beberapa banyak dari isi kitab yang kamu Sembunyikan dan dia tidak ambil tahu berapa banyak sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya dari allah dan kitab yang menerangkan" surat al maidah ayat 15
Pentingnya utusan Allah yang di kasihi-Nya itu jelas dengan firman-Nya kepada baginda,
" jika tidak karena engkau aku tidak ciptakan makhluk"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar