Senin, 15 November 2021

Bab 12 Berhati-Hati Melukis Mahluk Bernyawa

 Terjemahan Wasiat Shaikh Ibnu arabi.


Bab 12 Berhati-Hati Melukis Mahluk Bernyawa



Hendakalah engkau berhati-hati melukis gambar sesuatu yang memiliki ruh dengan tanganmu. Hal inilah yang di remehkan manusia, padahal di sisi Allah yang demikian itu sangat agung. Para pelukis adalah orang-orang yang paling pedih siksaannya di Hari Kiamat. Akan halnya ciptaan yang hidup atau yang di tiupkan kepadanya ruh, maka bukanlah ia yang meniupkan.


Di sebutkan di dalam hadis sahih bahwa Allah SWT bahwa Dia berfirman:

“Tidak ada seorangpun yang lebih sesat melebihi orang yang menciptakan sesuatu ciptaan seperti ciptaan-Ku. Ciptakanlah sebuah atom, sebuah biji atau gandum”


Jika seorang hamba memelihara kemampuan ini dan meninggalkannya karena apa yang telah di firmankan Allah tentangnya, serta tidak menyaingi rubbubiyya-Nya dalam menciptakan sesuatu, baik berupa hewan maupun sesuatu lainnya, maka Dia akan mendatangkan kehidupan kepada setiap gambar di dunia ini sehingga ia melihat semuanya sebagai hewan yang dapat berbicara memuji Allah. Jika engkau di bolehkan menggambar tumbuh-tumbuhan dan sesuatu yang tidak memiliki ruh dalam penglihatan dan pandangan mata biasa, maka selamanya Dia tidak akan mendatangkan penyingkapan seperti ini. Demikian pula, setiap gambar di dunia ini memiliki ruh.


Allah mencabut penglihatan kita dari melihat kehidupan dalam apa yang di katakan: 

“Ini bukan hewan.”


Dan di akhirat di singkapkan di depan manusia. Karenanya, tempat itu di namakan dar al-hayawan. Di dalamnya, engkau akan melihat segala sesuatu hidup dan bisa berbicara, yang berbeda dari keadaanmu di dunia, sebagaimana di rawatkan di dalam sebuah hadis sahih bahwa batu yang di tangan Rasulullah saw. pun bertasbih memuji Allah. Manusia memandang bertasbihnya batu sebagai sesuatu di luar kebiasaan. Jelas mereka salah. Yang namanya di luar kebiasaan itu hanya asing di telinga orang-orang yang mendengar saja.


batu itu tetap saja bertasbih, sebagaimana di tuturkan oleh Allah. Hanya saja, ia bertasbih memuji Allah dengan melantunkan tasbih tersendiri atau dengan cara tersendiri pula. Sebelumnya, batu itu tidak bertasbih memuji-Nya, dan tidak pula dengan cara demikian itu. Pada saat itu, keluarbiasaan pun terjadi pada batu, dan bukan pada telinga orang yang mendengarnya. Yang terjadi adalah bahwa ia hanya mendengar ucapan orang yang ,mendengarnya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar