Senin, 15 November 2021

Bab 13 Anjuran Menjenguk Orang Sakit

Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi

(Wasiat / pesan pesan Ibnu arobi)


Bab 13 Anjuran Menjenguk Orang Sakit



Wahai saudaraku, hendaknya engkau menjenguk orang sakit, karena dalam perbuatan itu ada pelajaran dan peringatan bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah. Melihat dan menengok orang sakit akan mengingatkanmu kepada asal-usulmu, karena engkau membutuhkan kekuatan dari Allah yang mendukungmu dalam melakukan ketaatan kepada-Nya. Allah berada di sisi hamba-Nya ketika sakit.


Tidakkah engkau lihat orang sakit, yang tidak punya tempat meminta pertolongan selain kepada Allah, dan tidak ada yang di ingatnya kecuali Dia saja? Hatinya senantiasa menyebut dan mengucapkan nama Allah serta memohon perlindungan kepada-Nya. Orang sakit selalu bersama Allah dan segala penyakit apa pun yang di deritanya. Kalau engkau pergi ke dokter dan ingin mengetahui sebab-sebab biasa yang bisa menyembuhkanmu, maka dalam hal itu pun ia tidak lupa kepada Allah. Ini karena Allah selalu hadir di sisinya.


Pada hari kiamat kelak, Allah akan berkata:

“Wahai manusia! Aku sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku” 


Maka, manusia pun menjawab: 

“Wahai tuhanku! Mana mungkin aku menjenguk-Mu, padahal engkau adalah Tuhan semesta alam?” 


Allah berfirman: “Tidakkah engkau ketahui bahwa hamba-Ku si fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya. 

Sebab, jika engkau menjenguknya, engkau pasti mendapati Aku ada di sisinya.” Hadis ini sahih.


Firman-Nya: “Engkau pasti mendapati Aku di sisinya”


Ialah orang sakit yang mengingat Tuhannya, secara diam-diam maupun terang-terangan. Demikian pula, jika ada ciptaan Allah yang meminta makan atau minum, berilah ia makan dan minum, kalau engkau mendapati keadaan itu. Sekiranya engkau tidak punya kemuliaan dan kedudukan, maka orang yang minta makan dan minum ini pasti menurunkanmu dari kedudukan Al-Haqq yang memberi makan dan minum kepada hamba-hamba-Nya.


Tidak banyak orang mengambil pandangan ini sebagai pelajaran. Perhatikan orang yang meminta. Di saat meminta, ia mengeraskan suaranya. Katanya, “Ya Allah, berilah aku.” Dalam keadaan demikian, Allah membuatnya mengucapkan hanya nama-Nya saja. Ia mengeraskan suaranya agar engkau mendengarnya, sampai engkau memberinya sesuatu. Ia menyebut-nyebutmu serasa menyebut nama Allah. Ia berlindung kepadamu dengan mengeraskan suaranya sama seperti ketika ia berlindung kepada Allah.


Barang siapa memberimu kedudukan sebagai tuan, janganlah engkau mencegahnya dan bersegeralah memberikan apa yang di mintanya darimu. Inilah hadis yang di kemukakakn tentang sakitnya seorang hamba. Allah SWT berfirman:

“Wahai manusia! Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku makan!


Manusia menjawab: “Wahai Tuhanku! Mana mungkin aku memberi-Mu makan, padahal Engkau adalah Tuhan semesta alam"


Allah menjawab, ‘tidakkan engkau ketahui bahwa hamba Ku si Fulan minta makan kepadamu, dan engkau tidak memberinya makan? Sekiranya, engkau memberinya makan, niscaya engkau mendapati hal itu ada di sisi Ku.


Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi Ku minum.


Manusia menjawab : ‘Wahai Tuhanku! Mana mungkin aku memberi Minum, padahal Engkau adalah Tuhan semesta alam"


Allah menjawab: 

"engkau tahu bahwa hamba Ku si Fulan minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya minum.


Kalau saja engkau memberinya minum, niscaya engkau mendapati hal itu di sisi Ku” 

Hadis ini di riwayatkan oleh Muslim dari Muhammad bin Hatim, dari Bahiz, dari Hammad bin Salmah, dari Tsabit, dari Abu Rafi’, dari Abu Hurairah r.a., yang mengatakan bahwa Rasulullah saw., bersabda:

“Maka Allah pun menurunkan diri-Nya, dalam hadis ini, pada kedudukan hamba-Nya”


Hamba itu hadir bersama Allah, yang selalu mengingat Allah dalam keadaan bagaimanapun seperti dalam keadaan ini. Ketika ia tahu bahwa Tuhan meminta makan dan minum kepadanya, iapun lantas bergegas memenuhi permintaan-Nya. Pada Hari Kiamat, ia tidak tahu bahwa akan di tunjukkan kepadanya keadaan orang yang minta makan dan minum itu.


Allah menyamakan hal itu melalui firman-Nya:

“Niscaya engkau mendapati hal itu ada di sisi-Ku”

Yakni makanan dan minuman yang Aku anugerahkan kepadamu dan Aku perbanyak hingga engkau datang kepada-Ku pada Hari Kiamat. Aku menginginkan makanan yang lebih baik, lebih bagus, dan lebih banyak darimu. Jika engkau tidak punya keinginan dan hasrat kuat (himmah) untuk mengetahui orang yang minta minum kepadamu ini, maka ia telah menurunkanmu pada kedudukan orang yang memerlukan pemenuhan kebutuhannya, sehingga Allah menjadikanmu wakil-Nya. Setidaknya, engkau memenuhi kebutuhan orang yang meminta ini dengan niat berdagang mencari keuntungan dan memperbanyak kebaikan.


Maka, bagaimanakah keadaanmu jika engkau adalah orang yang di gambarkan dalam haids ini, padahal engkau tahu bahwa Allah yang meminta kepadamu untuk menjadi pengganti-Nya? 


Segala sesuatu adalah milik Allah, dan Dia telah memerintahkanmu untuk menginfakkan sebagian dari apa yang di berikan-Nya kepadamu sebagai gantinya.


Allah SWT berfirman:

“Nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikanmu sebagai yang menguasainya

(QS. Al-Hadid, 57:7).




Engkau akan di beri ganjaran berlipat ganda. Jika engkau memberi, janganlah mengusir orang yang meminta itu, walau dengan kata-kta yang baik sekalipun. Tunjukkanlah kepadanya wajah yang ramah, karena engkau akan menemui Allah. Kalau ada seseorang meminta kepada Al-Husain atau Al-Hasan, ia segera memberi orang itu seraya mengatakan: “Demi Allah, selamat datang, wahai orang yang akan membawa perbekalanku ke akhirat”


Karena ia tahu bahwa orang yang meminta itu akan membawa perbekalannya ke akhirat nanti, maka ia seperti sedang bepergian. Sebab, pada Hari Kiamat, manusia manakala telah di beri nikmat oleh Allah dan tidak membebankan kelebihannya kepada orang lain akan datang menghadap Allah dengan memikul bebannya sendiri sampai di tanyai tentangnya. Itulah sebabnya Al-Husain, mengatakan bahwa peminta adalah orang yang memikul perbekalannya ke akhirat. Maka, dengan demikian, ringanlah beban yang di pikulnya di akhirat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar