Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi
(Wasiat / pesan pesan Ibnu arabi)
Bab 14 Berhati-Hati Jangan Menzalimi Hamba Allah
Hendaknya engkau berhati-hati agar jangan sampai menzalimi hamba-hamba Allah. Sebab, kezaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat.
Yang di namakan menzalimi hamba-hamba Allah ialah ketika engkau menahan hak-hak mereka yang Allah wajibkan atasmu untuk memenuhinya. Kadang-kadang yang demikian ini terjadi ketika engkau melihat kesulitan menimpanya, padahal engkau mampu memenuhi kebutuhannya dan menghilangkan kesempitannya. Engkaupun pasti tahu bahwa ia memiliki hak atas hartamu.
Allah memperlihatkannya kepadamu hanyalah agar engkau menunaikan haknya itu. Jika tidak, engkau akan di mintai pertanggung jawaban. Kalau engkau tidak mampu memenuhi kebutuhannya, ketahuilah bahwa Allah tidak menampakkan keadaannya itu kepadamu sebagai uluran. Yang di inginkan-Nya dari mu ialah agar engkau memberi pertolongan dengan perkataan yang baik kepada orang yang engkau ketahui telah memenuhi kebutuhan orang itu. Jika engkau tidak melakukan hal itu, sekurang-kurangnya engkau mendoakan kebaikan baginya. Ini hanya bisa di lakukan setelah engkau mencurahkan segenap kesungguhan dan nyaris berputus asa, sehingga yang tersisa pada dirimu hanyalah doa.
Jika engkau lalai dan tidak melakukan hal ini, maka engkau sudah menzalimi orang yang berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi kalau ia meninggal di sebabkan oleh kebutuhannya itu. Akan tetapi, jika ia tidak meninggal lantaran seorang Mukmin lain telah memenuhi kebutuhannya, maka tanpa engkau sadari saudaramu itu telah menggugurkan tuntutan itu dari dirimu, karena seorang Mukmin adalah Saudara Mukmin lainnya. Ia tidak menundukkannya dan tidak pula menzaliminya.
Jika orang yang memberi itu tidak berniat demikian (yakni, berniat menggugurkan tuntutan orang yang berada dalam kesempitan itu darimu), melainkan semata-mata melakukannya lantaran perasaan kasihan dan iba kepadanya, maka Allah tetap menerima kebaikannya. Jika engkau memberi orang yang berada dalam kesempitan itu, maka niatkanlah hal itu bahwa engkau menggantikan saudaramu sesama Mukmin itu yang telah menghilangkan kesempitannya. Jadikan hal itu sebagai kemuliaan darimu dan karena kasih sayangmu kepadanya dengan kebaikan yang di abadikan demi dirimu hingga engkau mendapatkannya.
Dengan niat ini, pemberian orang-orang arif (‘arifin) di peruntukan bagi orang-orang dalam kesempitan yang meminta lantaran keadaan dan ucapan mereka:
"Dan orang yang meminta-minta, janganlah engkau hardik
(QS. Adh-Dhuha, 93:10), entah itu dalam kekuatan indera maupun kekuatan maknawi.
Pengetahuan dan manfaat dari pokok bahasan ini ialah bahwa yang sesat memohon hidayah, yang lapar meminta makanan, yang kurang pakaian meminta pakaian yang dapat melindunginya dari dingin dan panasnya udara serta menutup auratnya, yang beriat dosa dan mengetahui bahwa engkau mampu menghukumnya memohon ampunan darimu atas kejahatannya. Hilangkanlah kekalutan orang yang sedang kebingungan. Berilah makan orang yang lapar. Berilah minum orang yang kehausan, dan berilah pakaian orang yang butu pakaian. Ketahuilah bahwa engkau memerlukan segala sesuatu yang engkau butuhkan, sementara Allah tidak memerlukan apapun dari alam semesta.
Karena itu, Dia mengabulkan doa mereka, memenuhi kebutuhan mereka, menyuruh mereka agar memohon kepada-Nya guna menolak bahaya dari diri mereka serta memberikan manfaat kepada mereka. Engkau lebih pantas menggauli hamba-hamba Allah dengan cara seperti ini karena engkau membutuhkan Allah dalam semuanya ini.
Imam Muslim meriwayatkan hadis sahih dari ‘Abdullah bin ‘Abd Ar-Rahman bin Bahram Ad-Darimi, dari Marwan bin Muhammad Ad-Dimasyqi, dari Sa’id bin Abd Al-‘Aziz, dari Rabi’ah bin Yazid, dari Abu Idris Al- Khulani, dari Abu Dzarr r.a. dari Nabi saw., ihwal apa yang di riwayatkan bahwa Allah subhanahu wata'alah bahwa Dia berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku pun mengharamkannya di antara sesamamu. Karena itu, janganlah engkau saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku, engkau semua sesat kecuali mereka yang Ku tunjukan (jalan). Maka, mintalah petunjuk dari-Ku, niscaya Aku memberimu petunjuk. Wahai hamba-hamba-Ku, engkau semua lapar kecuali mereka yang Ku beri makan. Maka, mintalah makan dari Ku, niscaya Aku memberimu makan. Wahai hamba-hamba-Ku, engkau semua butu pakayan kecuali mereka yang Ku beri pakaian. Wahai hamba-hamba-Ku, engkau semua melakukan kesalahan di waktu siang dan malam hari, dan Aku mengampuni seluruh dosa. Maka, mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku memberimu ampunan”
Allah memberikan semua ini tanpa engkau minta. Namun, bersamaan dengan ini, Dia memerintahkanmu untuk meminta kepada-Nya hingga Dia memberikan kepadamu jawaban atas permintaanmu itu, karena Dia akan memperlihatkan kepadamu perolongan-Nya sebelum engkau menyampaikan permintaanmu. Ini adalah kedudukan tambahan lain pada apa yang di berikan-Nya kepadamu. Jika engkau bertanya tentang perintahNya, maka Dia tahu bahwa engkau meminta kepada-Nya.
Dan yang demikian itu, tidak bisa tidak mesti adanya karena kepentingan asal yang karenanya engkau di ciptakan dalam keadaan membutuhkan agar ada yang memenuhi permintaanmu sebagai kewajiban. Engkau akan di beri ganjaran sebanding dengan ganjaran orang yang melaksanakan perintah Allah. Lalu engkaupun di beri tambahan kebaikan atas kebaikan. Dia memerintahmu hanya karena kasih sayang-Nya kepadamu. Dan engkaupun sampai pada kebaikan itu. Dan Dia mengingatkanmu bahwa engkau membutuhkan-Nya, bukan selain-Nya. Karena itu, Dia menciptakanmu hanya untuk beribadah kepada-Nya, yakni tunduk kepada-Nya.
Yang ku wasiatkan kepadamu ini bersumber dari berbagai perintah dan larangan Allah serta pemahaman mengenainya, sampai akhirnya engkau mengetahui apa yang di kehendaki Allah atas dirimu dalam berbagai perintah dan larangan-Nya. Berhati-hatilah agar engkau jangan menjadi orang yang tidak mau memohon kepada Tuhannya, karena orang seperti ini berarti bahwa ia telah menuduh-Nya sebagai bakhil. Ini terjadi dalam hak kebanyakan orang. Bila engkau berlebih-lebihan dalam apa yang ku wasiatkan ini, janganlah engkau cela kecuali dirimu sendiri, karena engkau tidak tahu, sedangkan aku mengetahui mu.
Jika engkau lupa dan lalai, aku telah mengingatkanmu. Jika engkau beriman, maka peringatan ini bermanfaat bagimu. Aku telah melaksanakan perintah Allah dengan mengingatkannya kepadamu. Dengan memanfaatkan peringatan ini engkau telah menjadi saksi atas keimanan. Allah SWT berfirman tentang hakku dan hakmu juga:
“Dan berilah peringatan, sebab peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
(QS. Adz-Dzariyah/51: 55)
Jika peringatan itu tidak bermanfaat bagimu, maka salahkanlah cara dirimu dalam mengimaninya, sebab Allah Maha benar. Dan Dia telah berfirman bahwa peringatan itu berguna bagi orang-orang beriman.
Pada akhir kabar ini yang kami telah sebutkan di atas setelah perkataan-Nya:
“Aku ampuni kamu,”
Dia berfirman: “Wahai hamba-hambaku, engkau tidak akan sampai pada kerugian-Ku sehingga engkau merugikan-Ku, dan engkau tidak akan sampai pada manfaat-Ku sehingga engkau memberikan manfaat kepada-Ku”
Jelaslah bahwa Allah SWT tidak akan mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh manfaat apa pun, karena Dia tidak memerlukan alam semesta. Namun, ketika Dia menempatkan diri-Nya pada kedudukan hamba-Nya – seperti telah ku sebutkan, yakni meminta makan dan minum, maka Dia mengingatkan kita akan ketidakmampuan mendatangkan kerugian kepada hamba-hamba-Nya yang telah di beri manfaat. Adalah mustahil melakukan hal itu, sebab Allah SWT telah berfirman mengenai hak suatu kaum bahwa mereka mengikuti apa yang membuat Allah suci dari hal yang demikian itu.
Begitu pula halnya dengan orang yang melakukan sesuatu dan lantas membuat Allah senang, seperti orang bertobat yang membuat Allah senang dengan tobat hamba-Nya. Karenanya, kabar ini adalah obat bagi penyakit yang di derita orang yang berjiwa lemah dan kerdil dalam mengenal Allah, yang tidak memiliki ilmu sedikit pun ihwal apa yang telah di berikan-Nya.
Allah berfirman:
“Tidak sesuatu pun yang menyerupai-Nya
(QS. Asy-Syura, 42:11).
Kemudian, di akhir kabar ini, Allah berfirman : “Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang paling awal dan paling akhir di antara engkau, serta manusia dan jin seluruhnya bersemayam dalam hati seorang paling bertakwa kepada-Ku, niscaya yang demikian itu sama sekali tidak menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang paling awal dan paling akhir di antara engkau, serta manuisa dan jin seluruhnya bersemayam dalam hati seorang yang paling berdosa, maka yang demikian itu pun tidak akan mengurangi kekuasan-Ku sedikit pun.
Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang paling awal dan paling akhir di antara engkau, serta manusia dan jin seluruhnya berdiri di atas suatu tempat yang tinggi dan kemudian memohon kepada-Ku, lalu Aku memberi setiap orang apa yang di mintanya, maka yang demikian itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku sedikit pun kecuali seperti berkurangnya jarum ketika masuk ke dalam lautan.”
Semua ini adalah obat bagi apa yang telah aku sebutkan ihwal penyakit dalam jiwa-jiwa yang lemah dan kerdil. Karenanya, gunakanlah, wahai waliku, obat-obat ini.
Allah berfirman:
“Itu semua semata-mata hanyalah perbuatanmu sendiri. Aku menghitung-hitungnya untukmu. Kemudian Aku berikan semuanya kepadamu. Barang siapa di beri kebaikan, hendaknya ia memanjatkan pujian kepada Allah. Dan barang siapa di beri selain itu, hendaknya ia mencela dirinya sendiri saja”
Barang siapa meminta suatu kebutuhan, maka ia telah menghinakan dirinya. Barang siapa menghinakan dirinya kepada selain Allah, maka ia telah tersesat, menzalimi dirinya dan tidak membawa dirinya melalui jalan yang dapat menunjukanya. Ini adalah wasiatku kepadamu, maka mujahadalsh dan ini adalah nasihatku, maka pahamilah. Allah senantiasa berwasiat kepada hamba-hamba-Nya di dalam kitab-Nya dan lisan para Rasulnya. Setiap orang yang berwasiat kepadamu tentang apa yang pengalamannya adalah mendatangkan kebahagiaanmu, maka dia adalah utusan Allah kepadamu. Karena itu, bersyukurlah kepadanya di sisi Tuhanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar