Minggu, 14 November 2021

Bab 13 Nafsu Syahwat Berasal Dari Iblis

 Terjemahan Syajaratul–Kaun

(Ibnu ‘Arabi)

Bab 13 

Nafsu Syahwat Berasal Dari Iblis



Sementara itu, dosa yang di lakukan oleh orang-orang kelompok kanan adalah akibat dan pengaruh dari bertetangga dengan mereka dan pancaran yang muncul darinya. Dan perlu Anda ketahui, di samping pengaruh tersebut ada dasar dan sebab lain yang mempengaruhinya. Ketika Allah swt, memerintah untuk mengambil segenggam tanah sebagai asal mula Adam as. Maka malaikat maut (pencabut nyawa) turun ke bumi uantuk mengambil segenggam tanah itu.


Sementara itu iblis telah lama hidup di bumi yang di jadikan khalifah bersama para malaikat. Ia telah lama tinggal di bumi beribadah kepada Allah swt. Maka malaikat maut menggenggam berbagai tanah yang ada di bumi. Termasuk tanah yang di genggamnya adalah tanah yang pernah di injak oleh kaki iblis. Ketika tanah liat Adam di bentuk dari tanah hasil genggaman tersebut, maka nafsu Adam di ciptakan dari tanah yang pernah di injak kaki iblis. Sementara hati nuraninya di ciptakan dari tanah yang tidak di injaknya.


Sehingga nafsu terpengaruh oleh kotoran dan sifat-sifat tercela dari sentuhan kaki iblis. Dari sini kemudian nafsu di ciptakan sebagai sarang syahwat, kehidupan dan kekuasaannya memang berada pada syahwat nafsu karena pernah di injaknya. Karenanya, iblis di jadikan sebagai makhluk yang menyombongkan diri terhadap Adam, Karena ia menemukan dalam diri Adam tanah yang pernah di injak kakinya dan melihat pada jauhar (esensi atau keberadaan atau asal usul) unsur kejadiannya, yaitu api. Akhirnya ia merasa bangga dan cenderung untuk menyombongkan diri (takabur).


Inilah makna firman Allah swt:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan”

(Alqur-an surat. An-Nur :21).


Yakni apa yang di ciptakan dari tanah di bawah langkah langkahnya. Perrlu Anda ketahui, ketika “pohon Kejadian” mulai berkembang, maka ia menumbuhkan tiga dahan. Ada yang condong ke arah kanan, ada yang condong ke arah kiri dan ada dahan yang tumbuh lurus ke atas dan kuat. Dahan yang lurus ke atas adalah adalah dahan generasi yang masuk Islam pertama (as-sabiqun).


Maka Ruhaniyyah Muhammad saw. Berdiri dengan tiga dahan, yang masing-masing dahan memiliki bagian tertentu sesuai dengan kadar kemampuannya untuk menerima ruhaniyyah tersebut.


Allah swt. berfirman:

“Dan Kami, tidak mengutusmu kecuali untuk rahmat seluruh alam”

(Alqur-an surat. Al-Anbiya: 107).


Maka bagian dari dahan kelompok kanan (ashhabul uamin) adala ruhaniyyah hidayah (petunjuk), mengikuti Rasulullah saw. Dan melakukan Sunnah dan syariatnya.


Allah swt. Berfirman:

“Orang-orang yang mengikuti Rasul, seorang Nabi yang Ummiy.”

(Alqur-an surat. Al-A’raf : 157).


Sementara bagian generasi yang masuk Islam pertama adalah ruhaniyyah kedekatan dan persahabatan dengannya.


“Maka mereka adalah bersama orang-orang yang di beri oleh Allah dari golongan para Nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang saleh”

(Alqur-an surat. Am.Nisa’: 69).


Sedangkan bagian kelompok kiri adalah ruhaniyyah perlindungan untuk mereka di dunia dan aman dari ancaman siksa yang tak tertunda.


“Dan Allah tidak akan menyiksa mereka sementara engkau masih berada di tengah-tengah mereka”

(Alqur-an surat. al-Anfal : 33).


Ketika tiba waktu munculnya jasmaniah Muhammad saw. Ke alam wujud, maka dahan wujudnya tumbuh dengan tegak lurus. Dan ketika batang pohon semakin kokoh dan tumbuh cabang-cabgnnya, maka ia di panggil oleh Dzat Yang Maha Menguasai urusannya.


“Maka tegak lurulah (istiqamah) sebagaimana yang Aku perintahkan”

(Alqur-an surat. Hud: 112).


Sehingga sifat Rasulullah saw. Adalah istiqamah, sedangkan kedudukannya adalah tempat tinggal yang abadi di surga (Dar al-Maqamah). Ketika tegak lurus (istiqamah) ia pindah dari dua alam (jin dan manusia). Ketika menempati suatu kedudukan (maqam) ia pindah dari suatu kedudukan ke kedudukan lain, sehingga ia menetap pada suatu kedudukan abadi.


Kedudukan pertama adalah maqam wujud di dunia, yaitu firman Allah swt:

“Wahai orang yang berselimut, bangkitlah kemudian berikan peringatan”

(Alqur-an surat. Al-Mudatsir: 1-2).


Sedangkan kedudukan kedua adalah kedudukan terhormat di akhirat, yaitu firman Allah:

“Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”

(Alqur-an surat. Al-Isra’: 79).


Sementara kedudukan ke tiga adalah kedudukan abadi di surga, yaitu firman Allah:

“Tuhan yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya”

(Alqur-an surat. Fathir: 35).


Dan kedudukan ke empat adalah kedudukan al-Masyhud (Yang di saksikan), yaitu suatu kedudukan sejarak antara dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi, untuk melihat Dzat Yang di sembahnya (al-Ma’bud).


“Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)”

(Alqur-an surat. An-Najm: 8-9).


Dialah yang di khususkan untuk mendapatkan kedudukan yang dekat dengan Tuhannya. Kemuliaan (tinggi) dan menyaksikan (asy-syuhud), sebab dialah yang menjadi tujuan utama dari segala yang di wujudkan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar