Minggu, 14 November 2021

Bab 14 Nabi Muhammad Ibarat Pohon Kun

 Terjemahan Syajaratul–Kaun

(Ibnu ‘Arabi)

Bab 14

Nabi Muhammad Ibarat Pohon Kun


Nabi Muhammad Ibarat Pohon Kun

Karena bila wujud ini di ibaratkan suatu Pohon, maka di alah buah dan inti utamanya. Pohon yang berbuah pada dasarnya berasal dari sebutir benih yang tumbuh dan mengakar. Apa bila sebutir benih tersebut di tanam, di sirami dan di pupuk, maka akan tumbuh, bersemi, bercabang, kokoh dan berbuah. Apa bila melihat pohon tersebut, Anda akan melihat bahwa ada benih yang menumbuhkannya. Sebutir benih, permulaannya adalah suatu inti benih sampai di mucnulkan suatu bentuk pohon. Suatu pohon pada akhirnya akan kelihatan, lalu menampakkan bentuk benih tersebut.


Demikian pula inti dari Rasulullah saw. dalam makna yang lalu, kerahasiaan, munculnya dalam bentuk yang bakal datang dan kemasyurannya. Inilah makna sabda beliau: 

“Saya telah menjadi seorang Nabi, sementara Adam masih berada di antara tanah dan air” 

Maka dialah penampilan makna “Pohon Kejadian”, yaitu penampilan bentuk Rasulullah saw. Ia senantiasa di sebut dengan lisan keqadiman, dan selalu di sebar luaskan dalam lipatan yang di kemas dalam ketiadaan.


Gambaran tersebut tidak jauh berbeda dengan seorang pedagang yang hendak ke tempat peraduannya. Ia akan melipat dan mengemas barang-barangnya untuk di masukan ke dalam lemari yang menyimpan segala miliknya. Ia mempersiapkan beberapa pakaian, yang satu berada di atas yang lain. Maka pakaian yang pertama kali ia lipat dalah pakaian yang terakhir kali ia buka dan di keluarkan dari lemari. Demikian pula Rasulullah Muhammad saw., dalah makhluk pertama kali yang Di wujudkan, akan tetapi yang terakhir kali Dia munculkan dan keluarkan.


Ketika Dia menguasai pangkal pohonnya, tentu akan lebih mudah untuk mengatur dahan kenabian ini, maka Dia pupuk dengan pupuk sari-sari Kebaikan-Nya, Dia sirami dengan gelas Kasih Sayang-Nya, sehingga kokoh dan kuat. Pohon itupun bercabang yang menserbakkan aroma keharuman, sehingga keharuman itu menjadi makanan jiwa orang-orang arif (al-‘arifin), sinar mata hati (al-muhibbin), halaman bagian depan tempat berkumpulnya orang-orang yang durhaka, harapan siraman orang-orang yang berdosa.


Apa bila angin panas kesalahan atau badai kemaksiatan berhembus dari sisi kelompok kiri, lalu mendorong ke dahan yang telah di tumbuhkan-Nya, maka ia cenderung pada perbuatan orang-orang kelompok kiri yang akan mempermainkan ranting-rantingnya. Hal itu akan berpengaruh pada kehijauan tanamannya. Akan tetapi akarnya yang tertancap kokoh dalam bumi keimanan tetap bertahan kuat. Apa yang terjadi pada ranting pohon tidak membahayakannya bila pelaku kejelekan segera membenahi dan melindunginya dari hawwa nafsu.


Di lunturkannya kembali ke jalan istiqamah setelah di dorong, di sirami dengan air istighfar sehingga segar kembali. Maka di sanalah akan di terima apa yang terbersit dalam hati, dahan keimanannya bersemi kembali setelah mengalami kegersangan. Dan berdirilah seorang pembicara yang memintakan maaf dengan berbagai alasan, seorang yang jujur dan benar apa yang di nukil darinya. “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru” (Alqur-an surat. An-Najm: 1-2)


Kemudian anda perlu tahu, bahwa dahan Muhammad berasal dari ruhaniyyah, yang menjadi bahan berbagai ruh dan dari jasmaniah, yang menjadi bahan manusia. Adapun bahan ruhaniahnya adalah kedermawanannya dalam rahasia firman Allah swt: “”Allah ‘Cahaya’ langit dan bumi. Perumpamaan ‘Cahaya’ Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada lampu besar. Lampu itu di dalam kaca” (QS. An-Nur :35).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar