Terjemahan Syajaratul–Kaun
(Ibnu ‘Arabi)
Bab 16
Sifat Nabi Muhammad S.A.W
Allah menjadikan sifat ketiga yang khusus untuk beliau di luar dua sifat tersebut, dimana sifat khusus tersebut adalah sifat Rabbani dan Rahasia Ilahi, yang dengannya akan menjadi tetap eksis ketika tajali (tampak). Sifat-sifat Ketuhanan, sanggup menyaksikan al-Hadrah al-Ilahiyyah (“kehadiran di hadapan Tuhan.”), menerima rahasia-rahasia Cahaya al-fardaniyyah (Kemahaesaan), mendengar khithab (perintah) isyarat al-Qudsiyyah (kesucian), menghirup udara keharuman ar-Rahmaniyyah dan menapak tangga al-maqamat (kedudukan). Kemahaagungan.
Inilah makna sabda Rasulullah saw.
“Saya tidaklah sama dengan salah seorang di antara kalian,” dan sabda beliau: “Saya punya waktu yang tidak cukup dalam waktu tersebut kecuali Tuhan saya Yang Mahasuci.”
Maqam (kedudukan) inilah yang tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali hanya Rasulullah Muhammad saw. Tidak seorang Nabi pun yang diutus atau malaikat yang dekat dengan Tuhan memiliki kedudukan seperti beliau. Suatu “Gelas” yang tidak diperoleh oleh siapa pun selain beliau.
“Pengantin” yang tidak ditampakkan keccuali karenanya. Kedudukan yang dikhususkan untuk beliau ini adalah salah satu dari empat kedudukan yang telah kami sebutkan. Sementara tiga kedudukan yang lain adalah kemuliaan yang bisa diraih oleh hamba-hamba yang lain sesuai dengan bagian masing-masing.
Adapun kedudukan terhormat (al-mahmud) itu di khususkan untuk alam bentuk, yaitu alam Muluk yang ada di dunia, sehingga mereka memperoleh wujud ketenangan (thuma’ninah) dan berkah kenabian serta kerasulannya.
“Dan Kami tidak mengutusmu kecuali untuk rahmat seluruh alam.”
(Qs. Al-Anbiya :107).
Dinaikkan di atas mimbar untuk berdakwah kepada ummatnya:
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”
(Qs. Al-Mai’dah : 67).
Maka di dalam dakwahnya terdapat orang-orang yang mengabulkan dan mengikutinya. Untuk memberikan nasihat tentu harus ada orang yang berceramah (khatib). Dalam setiap bencana dan gocangan terdapat dokternya, dan dalam rasa cinta kepada-Nya terdapat bagiannya. Maka kedudukan ini hanya dikhususkan untuk penduduk dunia.
Sedangkan kedudukan kedua adalah kedudukan terhormat di hari Kiamat. Kedudukan tersebut adalah bagian para arwah alam atas, sehingga mereka memperoleh keberkahan dari kedudukannya, menyaksikan keindahannya dan mendengarkan pembicaraannya : “Pada hari, ketika ruh (Jibril) dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Qs. An-Naba’:38).
Ia diizinkan untuk berpidato (Khutbah), lalu berdiri untuk berkhutbah, sementara para malaikat berbaris dan makhluk makhluk lain berhenti. Ia memulai khutbahnya dengan memberikan syafaat (pertolongan) kepada ummatnya, sembari memanggil, “Ummatku, ummatku.” Ia pun dijawab, “Rahmat-Ku-rahmat-Ku.”
Sedangkan kedudukan ketiga adalah Musyahadah (menyaksikan). Ini berlangsung di surga tempat tinggal abadi, agar penduduk surga bisa mendapatkan bagian darinya dengan menikmati keindahan bidadari yang disaksikannya, merasa dihormati dengan ditempatkannya gedung surga, kedatangannya ddisuguhi kesenangan dan dihilangkannya penghalang serta rasa gelisah.
Kedudukan keempat adalah kedudukan yang hanya dikhususkan untuk Rasulullah saw. yaitu suatu kedudukan (maqam) menyaksikan Dzat Yang disembah swt., dimana ia suatu maqm yang kedekatannya berjarak dua ujung busur panah atau bahkan lebih dekat. Ini adalah karena ia merupakan buah dari “Pohon Kejadian”, mutiara dari kerang wujud dan rahasianya serta makna dari kata KUN.
Sebab diuwujudkannya “Pohon Kejadian” bukanlah karena pohon itu sendiri, akan tetapi yang dikehendaki adalah buahnya. Sehingga ia dijaga dan dipelihara agar dapat dipetik buahnya dan kelihatan mencorong bunganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar