Sabtu, 13 November 2021

Bab 18 Berdiri Di Antara Kedua “TANGAN ALLAH”

 terjemahan kitab 

Al Mawafiq Wal Mukhotobat

(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)


Bab 18 Berdiri Di Antara Kedua “TANGAN ALLAH”


“Bila engkau di datangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu:

“Ikutlah aku! 

Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya kau mendengar Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. 

Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku semata, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada Kalam: 

"Enyahlah dari ku hai kalam! 

Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukanmu, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Dari Nya aku mendengar dan bukan darimu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.


Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menetuh arahnya.


“Bila mendatangi engkau Arasy dengan serba kemegahannya yang mempesona, di iringi pula oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu 

“Enyahlah engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.

Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar dari padamu di dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari pada keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujjah kepada Nya, memerlukan bantuan Nya. Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya dari Nya; Keindahan Nya dari Nya. Keagungan Nya dari Nya, tiada dari selain Nya.


“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan membuatmu berpaling dari yang selain Ku dan Ku nisbatkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.


“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar dari Ku, dan bukan untuk menjadi tahu dari Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku berhujjah kepadamu, Maka apabila Aku berhujjah hendaklah engkau menangis, menyesali hujjah hujjah Ku yang telah kau langgar selama usiamu yang telah berlalu.


“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau menjumpai dan menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, tetaplah di sana dan jangan menyingkir”.


“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal keAgungan Hadirat Ku”.


“Dan barang siapa sudah mengenal akan keAgungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.


“Bila engkau di datangi oleh pendatang (Al Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan:

“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”


“Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid, perlihatkanlah padaku keAgungan kasih sayang Mu dalam zikirku pada Mu, dan anugrahilah aku rasa kerinduan dalam zikir ku kepada Mu dalam pandanganmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar