terjemahan kitab
Al Mawafiq Wal Mukhotobat
(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)
Bab 32 Nafsu
Aku telah di tegakkan berdiri di hadapan nafsu, maka kulihat kekuasaan serta kerajaan keseluruhannya, lengkap di sertai dengan bangunan-bangunan, mahligai-mahligai dan ku lihat di samping nasfu itu “ilmu” seluruhnya, “Makrifat” semuanya, “Akal budi” dengan kecerdasannya, kesemuanya itu sebagai pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf sebagai tentaranya dan pembantu-pembantunya.
Dan Tuhan bertutur kata kepadaku: Nafsu itu adalah musuhmu! Maka jangan mengajak berbicara! Ajakan bicaramu akan di sertai ilmu, sesungguhnya tiadalah engkau dapat mengajaknya bicara melainkan dengan ilmu, sedangkan ilmu itu bala tentaranya dan akal budi itu pelayan-pelayannya,
nafsu itu adalah tidak putus-putusnya berbicara, Ia tidak dapat diam untuk mendengarkan dengan baik; Bila engkau ajak bicara ia pura-pura mendengarkan, sedangkan ia hanya mau mendengarkan kata dan suara hatinya, serta keinginan-keinginannya sendiri saja.
(Inilah taibiat nafsu yang juga akan menjadi taibiat manusia jika dia belum melepaskan nafsunya).
Dan Tuhan melanjutkan tutur kata Nya: Bila engkau mau menaklukkan nafsu itu dan menguasai rimah-rumahnya, bila engkau mau menundukan nafsu, maka jangan sekali-kali mengajaknya berbicara, dan sembunyikan laparnya, sebagaimana ia menyembunyikan kenyangnya. Sembunyikan di balik belakang di mana ia memanggilnya serta merta meninggalkan tentaranya dan meninggalkan mahligai-mahligainya, dan balik kembali membawa persoalan yang sama, yaitu mengajakmu bicara tentang persoalan lapar, bukan persoalan yang lain, maka jangan kau sahuti bicaranya dan jangan pula menyambutnya, karena sesungguhnya bila engkau melayaninya bicara atau menjawab bagaikan engkau memberi peluang padanya untuk menarikmu dan merangsangmu, lalu ia akan berani mengeluarkanmu dari pada apa yang selama ini engkau rahasiakan dan sembunyikan.
Dan bila ia telah berhasil mengeluarkan mu dari apa apa yang engkau rahasiakan dan sembunyikan, niscaya ia akan memperoleh kemenangan. Dan andaikan engkau mengajaknya bicara dengan ilmu, niscaya ia akan mengalahkanmu, karena ilmu dan makrifat itu adalah bala tentaranya.
Itulah perumpamaan tentang nafsu, ibarat engkau mengejar-ngejar musuhmu yang berada di hadapan antara kedua tanganmu, sehingga apabila engkau dapat menduduki dan menguasai rumah-rumahnya niscaya ia akan keluar dari belakang punggung mu. Maka hendaklah engkau merahasiakan dan menyembunyikan laparnya nafsu dan hendaklah engkau tetap berteguh merahasiakan dan menyembunyikan, sebaliknya jangan engkau merahasiakan dan menyembunyikan kedudukan dan kemauan nafsu itu, karena dengan demikian engkau akan keluar dari merahasiakan (laparnya) kepada merahasiakan, dan menyembunyikan kepada menyembunyikan.
Maka setelah kesemuanya itu engkau sembunyikan dan engkau merahasiakan, maka keluarlah dari nafsu itu satu persatu, dari segala ilmu, dari segala makrifat, dari segala kekuasaan kerajaan dan tinggalah ia (nafsu) itu berdiri di depan pintu “penyembunyian dan merahasiakan”. Dengan tak bosan-bosannya iapun menyajikan acara yang diulang-ulang, yakni mengajakku bicara tentang lapar dan berusaha mengeluarkan rahasiaku (berupa lapar) padanya, tetapi aku tinggal tetap teguh dan waspada merahasiakan dan meneyembunyikan.
Maka tiadalah ia menuntutku kecuali kepadanya, maka akupun tinggal tetap bertahan, karena sesungguhnya itu adalah benteng pertahananku yang kokoh yang dia tidak dapat mengajakku bicara tentangnya. Dan tiadalah ia akan sampai kepadaku melainkan dari pintunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar