Sabtu, 13 November 2021

Bab 33 Penghentian Memandang Wajah-NYA

 terjemahan kitab 

Al Mawafiq Wal Mukhotobat

(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)


Bab 33 Penghentian Memandang Wajah-NYA


Dia berkata:

Aku”Penghentian Memandang Wajah-Nya” kemudian Ia bertutur kata kepadaku: “Turunlah sejenak ke bawah dan lihatlah segala sesuatu! Lepaskan pandanganmu ke padanya, kemudian berbalik lagi kepada Ku! Akupun turun diiringi Nur Cahaya Nya; maka kulihat “segala sesuatu” aku tidak lagi melihat keindahan dan tidak juga keburukan tiada lagi ada jarak, mana yang jauh dan mana yang dekat, tidak lagi ku lihat pertentangan, tidak pula yang berpadu, tetapi “ku lihat hikmah kebijaksanaan”, ku lihat pekerjaan yang sebenarnya, ku lihat peraturan dan takdir, kesemuanya merupa dalam bentuk yang sebenarnya. (Sebab pandangan kita selama ini hanya melihat dari segi sebagian sudut ilmu yang sangat terbatas Bila kita melihat memalai obor Nur Allah, niscaya aib itu merupa sifat keharusan yang layak untuk dipakaikan kepada makhluk, dan segala kekuranagn itu sebagai suatu “Hikmat kebijaksanaan” dan kita akan meng-iyakan sesuatu hukum, bahwa tiada kemungkinan lebih indah dari adanya yang sudah ada).


Dan kulihat Allah di depan dan di belakang apa yang ku lihat, dan aku melihat Nya di dalam segala yang ku lihat.


Tutur katanya pula: Engkau telah melihat Al Haq telah memandang Al Haq Kemudian aku di bawa naik kepada Nya dan bersamaku Nur Cahaya Nya, lelu aku berhenti di maqamku dimana aku dapat melihat Nya sendiri yang berbuat dan tiada yang berbuat selain Nya (Al Haq Allah).


Tutur katanya pula: Pandang baik-baik siapa yang mendatangimu! Maka “akal budi” yang datang kepada ku sambil menanyakan nama-nama dari apa yang sudah ku lihat dan ditanyakan pula akan arti dan makna nama-nama tadi.


Langusng Tuhan menegurku: Jangan di jawab, jika engkau jawab, maka engkau akan turun kepadanya”. Segera ia pun menyingkir “Tunjukan jalan kepadanya agar dia masuk ke lorong dan melihat dengan Nur apa yang telah engkau lihat Barulah ia nanti akan beriman dan tidak meragukan lagi Bagaimana ia akan ragu, sedangkan ia melihat Ku? Yang meragu itu hanyalah mereka-meraka yang terhijab; Aku diam tiada menjawab: Ia pun menyerah kepada ku dan menunduk kan mukanya.


Tidak lama ia kembali lagi dan menyingkir lagi, balik lagi datang, padahal ia dalam perjalanan menyingkir, dia diliputi ingkar dan penolakan dari apa yang sudah diketahui dan atas apa yang sudah diserahkan; Ia menyeru sekuat-kuatnya “Hai bantahan!!! ... Hai Sanggahan!!!.... Hai di mana!!.... Hai mengapa!!>.... maka ia (akal budi) telah dijumpai segala sesuatu, kecuali “Hikmat Kebijaksanaan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar