Minggu, 14 November 2021

Bab 5 Allah Dzat Yang Menciptakan

 Terjemahan Syajaratul–Kaun

(Ibnu ‘Arabi)

Bab 5


Allah Dzat Yang Menciptakan



Orang yang pertama kali berbuat di sekitar Pohon ini untuk mencapai asal benih Kun lalu ia memeras unsur yang terbersih dan menyaringnya sehingga muncul buihnya, kemudian menyaringnya sampai murni hingga unsur-unsur yang membahayakan itu hilang. Sari yang sangat murni ini kemudian di tambah dengan Sinar Hidayah (petunjuk) –Nya sehingga muncul Jauhar-nya, lalu di tenggelamkan ke dalam lautan ar-Rahman (Kasih Sayang) sampai keberkahannya merata.


Dari proses ini kemudian di ciptakan Nur (cahaya) Nabi Muhammad saw. Lalu di hiasi dengan sinar alam arwah sehingga bersinar terang dan mulia. Di jadikan-Nya Nur Muhammad sebagai asal muasal segala cahaya, dialah orang yang pertama kali tercatat dalam Kitab-Nya, orang yang terakhir kali muncul, pemimpin di hari Kebangkitan, pembawa kabar gembira, menemui para manusia dengan senang hati, Ia di tempatkan dalam “Kantor Kedamaian” tinggal di “Kebun kegembiraan”


Nilai-nilai spiritualnya di tutupi dengan tutup fisiknya, alam Syuhud di tutupi dengan alam wujudnya. Ia di lahirkan ke alam dunia yang juga karenanya alam ini di wujudkan.


Semua itu terjadi, karena Allah swt. Adalah Dzat Yang menciptakan segala alam dengan Kekuasaan-Nya, dan bukan karena Dia memerlukannya. Kesempurnaan Hikmah-Nya dalam menciptakan alam adalah untuk menampakkan kemuliaan air dan tanah. Karena Dia mewujudkan apa yang hendak Dia wujudkan. Dia tidak pernah berkata tentang sesuatu yang lebih.


“Sesungguhnya Aku menjadikan seorang khalifah di muka bumi

(Alqur-an surat. Al-Baqarah: 30).


Khalifah itu adalah wujud Adam, akan tetapi hikmah hikmah dalam wujud Adam adalah untuk menampakkan kemuliaan Nabi Muhammad saw. Sebab itu adalah hikmah jasad untuk memunculkan Kaf al-Kanziyyah (Gudang simpanan). “Saya adalah gudang Gudang” simpanan segala rahasia.


Sementara tujuan mewujudkan makhluk adalah untuk mengetahui Dzat Yang Mewujudkannya. Sedangkan yang di khususkan untuk ma’rifat yang paling sempurna adalah hati nurani Nabi Muhammad saw. Sebab seluruh pengetahuan (Ma’rifat) adalah suatu pembenaran (tahdiq) dan keimanan.


Sementara Ma’rifat beliau saw. Adalah secara musyahadah dan mata telanjang. Dengan cahaya ma’rifat Muhammad saw. Seluruh makhluk dapat mengenali, dan dengan keutamaan beliau yang mengungguli seluruh makhluk, mereka memberikan pengakuan.


Kemudian Allah mengeluarkannya dari intisari benih Kun. Sebagaimana tanaman mengeluarkan cabang-cabang untuk memperkokoh dirinya, maka beliau di perkuat oleh para sahabat dan kerabatnya. Akhirnya kuat dan lurus menjulang tinggi, di kepung oleh “Dedaunan” dengan kejernihan perasaan dan kekuatan kerinduannya.


“Dahan” Muhammad telah muncul, batang yang di tumbuhi dedaunan semakin berkembang dan menjulang tinggi, di guyur air hujan dari awan sambutan dan penerimaan Tuhan. Sementara kehadirannya menggembirakan golongan jin dan manusia, kedatangananya mengharumkan alam, kelahirannya meruntuhkan berhala-berhala, kenabiannya menyalin agama-agama sebelumnya, kebenarannya di dukung oleh al-Qur’an yang di turunkan ke padanya. Bergetarlah “Pohon Kejadian” karena senang dan berbagai macam kehidupan yang ada di dalamnya juga bergerak.


Di antara dahan-dahan “Pohon Kejadian” ada orang yang masuk ke kelompok kiri dan cenderung pada kesesatan. Ketika angin Kerasulan di hembuskan dengan membawa Kerasulannya.


“Dan kami tidak mengutus mu kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam.”

(Alqur-an surat. Al-Anbiya :107).



Maka angin tersebut di hirup oleh orang-orang yang sebelumnya telah di tentukan baik. Akhirnya ia cenderung pada kebaikan dengan penuh senang hati. Adapun orang yang “sakit” atau orang yang tidak dapat di terima dan terhalang dari rahmat-Nya, maka ia di hempas oleh badai Kekuasaan (al-Qudrah).


Selanjutnya ia kering setelah kehijauannya hilang, wajah kebahagiaannya menjadi kecemberutan, harapan keberuntungannya tidak mungkin terwujud dan akhirnya menjadi putus asa.


Rahasia dahan ini adalah dari pembuahan pohon kedermawanan dan mutiara kerang wujud. Sementara di antara nilai spiritual ruhaniahnya adalah nilai spiritual.


“Wahai seorang Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai seorang saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan (dengan ancaman siksa Allah) dan mengajak kepada agama Allah dengan izin-Nya, sebagai lampu penerang dan pemberi cahaya”

(Alqur-an surat. Al-Ahzab : 45-6).


Maka Dia-lah lampu penerang kegelapan alam, ruh dari jasad segala yang wujud. Sebab, ketika Allah berfirman kepada langit dan bumi:


“Dia berfirman kepada mereka (langit dan bumi), “Datanglah kalian menurut perintah-Ku dengan penuh taat atau terpaksa,” mereka kemudian menjawab, ‘Kami datang dengan penuh taat (tunduk)”

(Alqur-an surat. Fushshilat : 11).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar