Minggu, 14 November 2021

Bab 6 Wasiat Ihwal Menghadirkan Kedekatan Dengan Segenap Kemampuan

 Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi

(Wasiat / pesan pesan Ibnu arobi)


Bab 6 Wasiat Ihwal Menghadirkan Kedekatan Dengan Segenap Kemampuan



Tetaplah untuk senantiasa menghadirkan segenap kedekatan (al-qarb) dengan mencurahkan segala kemampuan dalam setiap waktu dan keadaan, atas apa yang di sampaikan Al-Haqq (Allah) kepadamu dalam waktu dan keadaan itu, jika engkau seorang Mukmin, maka kemaksiatan yang di lakukan orang lain tidak akan menyentuhmu sedikitpun, tanpa ada campuran antara ketaatan dan kemaksiatan.

Maksudnya adalah setiap kegiatan itu pasti mengandung 2 unsur itu yaitu ketaatan dan kemaksiatan bercampur jadi satu, tidak mungkin hanya ada ketaatan semata tanpa ada kemaksiatan walaupun terjadinya tanpa sengaja (karna manusia memang tidak luput dari hilaf salah lupa dan dosa) dan begitu juga sebaliknya)



Engkaupun meyakininya bahwa adanya kemaksiatan. Jika engkau tambahkan permohonan ampun (tidak hanya istifar, tapi menyesal meratap dan menangis (tobat) dari hati bukan cuma dari gerakan fisik semata) terhadap campuran ini (yakni, ketaatan dan kemaksiatan), 

maka yang demikian itu adalah ketaatan yang paling baik dan ketaatan paling mulia.

(Karna setiap ketaatan pasti sedikit banyaknya, besar kecilnya tercampuri kemaksiatan, maka dengan di iringi istifar dan di sertai bertobat singgung sunggu dari hati maka kemaksiatannya akan terampuni dan hanya ketaatan yang tersisa, ini juga menjelaskan bahwa istifar di sertai tobat itu tidak hanya untuk sesudah kemaksiatan semata tapi juga untuk setelah melakukan ketaatan karna di dalam ketaatan pasti terkandung juga kemaksiatan, dan setiap pelaku perjalanan batin pasti tidak asing dengan suasana seperti itu, yaitu bercampurnya ketaatan dan kemaksiatan,

Bercampurnya kebenaran dan kesalahan

Dan bercampurnya kemuliaan dan kehinaan. Ketaatan, kebenaran dan kemuliaannya itu hanya semata mata perberian dari allah hak miliknya hanya bagi allah, jadi amal Soleh itu walau yang tampak seperti kau yang berbuat tapi hakikatnya allahlah yang melakukanya sehingga amal Soleh itu adalah milik allah, bukan milikmu, sedangkan kemaksiatan kesalahan dan kehinaan itu walau hakikatnya tetap irodat Allah tapi itu harus kau iringi tobat. Karna terjadinya itu pada mu mengandung campur tangan darimu yaitu lalainya engkau mengingat allah, atau jika bagi yang telah wusul itu karna lalainya dirimu dari memandangi allah)


Maka, bagian ketaatan yang bercampur kejahatan menjadi kuat. 

( yaitu kejahatan yang di lakukan tanpa di sengaja bukan sengaja mencampurkan ketaatan dengan kejahatan, manusia harus berusaha sebersih mungkin tanpa ada kesalahan dan dosa sedikitpun, walaupun pada akhirnya kesalahan tidak dapat di hindari karena manusia memang tidak luput dari salah hilap lupa dan dosa tapi semua itu jangan di lakukan dengan sengaja apa lagi untuk memperturutkan hawa nafsu tetapi menjadikan kesalahan itu sebagai jalan mendekat kepada tuhan karena setelah melakukan kesalahan manusia yang soleh cenderung lebih mendekat kepada allah menyesal menangis meratap, meminta ampun kepada Allah, sehingga dengan itu dia menjadi lebih dekat kepada allah)


Dalam keimanan adalah kedekatan paling kuat dan paling agung di sisi Allah. Dasar yang menjadi landasannya adalah seluruh kedekatan. Termasuk dalam keimanan adalah penilaianmu tentang Allah, berdasakan apa yang di berlakukan-Nya atas diri-Nya sendiri. Dalam sebuah riwayat sahih, Allah SWT berfirman:

“Jika ia menghampiri-Ku sejengkal, Aku menghampirinya sehasta. Jika ia menghampiri-Ku sehasta. Aku menghampirinya sedepa. Dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, Aku mendatanginya dengan berlari.”


Sebab penggandaan ini (yaitu balasan lebih dari Allah terhadap usaha hamba mendekat padanya), yang tidak lebih sedikit dan tidak lebih lemah dari apa yang sanggup di lakukan seorang hamba. Dalam melakukan setiap pekerjaan, sang hamba mestilah mengerjakannya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, ia di perintahkan untuk menimbang segenap amal perbuatannya dengan timbangan syariat. Dalam hal itu, ia mesti bersabar. Jika ia tergesa-gesa, maka ketergesa-gesaan itu di lakukannya hanya dalam menimbang-nimbang segenap amal perbuatannya itu, dan bukan dalam perbuatan itu sendiri. Dengan melakukan penimbangan, maka muamalahnya menjadi sah.


Kedekatan kepada Allah tidak memerlukan timbangan, kerena timbangan Al-Haqq yang ada di tangan-Nya adalah timbangan yang engkau gunakan untuk menimbang segenap amal perbuatanmu itu.

(Ini hanya bagi orang yang telah wushul di sertai tetap jujur melihat kekurangan dan kesalahan dirinya, bukan menilai dan menimbang amal perbuatan dirinya sesuka hawa nafsunya belaka)


Dengan amal perbuatan itu engkaupun mencari kedekatan kepada Allah. Yang memiliki sifat ini mestilah kedekatan-Nya kepadamu lebih kuat dan lebih banyak dari pada kedekatanmu kepada-Nya. Maka Dia menyifati diri-Nya bahwa Dia dekat kepadamu dalam kedekatanmu kepada-Nya, karena kelemahan kedekatanmu kepada-Nya di sebabkan engkau berada dalam rupa yang di ciptakan. Awal kekhalifahan bagimu adalah kekhalifahanmu atas dirimu.


Karenanya, engkau adalah khalifah-Nya di atas bumi badanmu, dan juga kepemimpinanmu atas anggota-anggota badamu dan kekuatanmu yang tampak dan yang tersembunyi. Kedekatan-Nya kepadamu sama dengan kedekatanmu kepada-Nya, plus tambahan yaitu sebagaimana di katakan-Nya: hasta, depa dan berlari. Jengkal demi jengkal adalah hasta. Hasta demi hasta adalah depa, dan berjalan, mana kala di lipat gandakan, adalah berlari. Awalnya adalah kedekatanmu kepada-Nya dan akhirnya adalah kedekatan-Nya kepadamu. Inilah kedekatan yang saling bersesuaian.


Kedekatan Ilahi kepada seluruh makhluk bukan kedekatan yang seperti di pahami orang awam yang terikat jarak ruang waktu rupa warna dan bentuk. 

Allah berfirman:

"Dan Kami lebih dekat kepadamu dari urat lehernya.

(QS. Qaf. 50 : 16).


kedekatan itu merupakan balasan dari mendekatnya hamba kepada Allah. Bagi sang hamba, kedekatan kepada Allah setelah keimanan pada Allah, dan keimanan pada siapa saja yang menyampaikan segala sesuatu dari Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar