Jumat, 12 November 2021

Majelis ke 24"Janganlah Menyukutukan alloh walau hanya dalam Angan-Angan"

 ðŸ““terjemahan kitab fathur robbani.

Shakh Abdul Qodir al-Jailani.

📄Majelis ke 24"Janganlah Menyukutukan alloh walau hanya dalam Angan-Angan"



Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany


Ahad pagi tanggal 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrosah,




Beliau berkata:


Janganlah menyukutkan alloh baik dalam angan-angan hawa nafsumu, dan tabiatmu,


Ada Ulama berkata:


“Ikutilah alloh. dan terkait dengan ciptaan alloh yaitu mahluknya yang ingkar maka jangan ikuti mereka untuk alloh, 


patahkan orang yang mematahkan, 


sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan diri dengan alloh melalui orang yang shalih yang di limpahkan taufik, ilmu itu di jadikan agar di amalkan tidak hanya untuk di pelihara secara tersendiri, belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain, jika kamu berilmu kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang di hiasi amal dari pada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu ada Ulama berkata: 


“Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain, karena itu alloh menjadikan tutur kataku menurut kehendakNya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi diriku, jika tidak niscaya antara aku dan kamu terjadi permusuhan,



tujuanku padamu tidak ada artinya


sedang tiada sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu, kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu akan menolaknya, tiada apapun di antara aku dan kamu selain nasihat yang ku terima dari alloh untukmu dan bukan untukku, maka terimalah ketentuan alloh itu. berjalanlah bersamanya menurut dasar usaha, jadilah orang yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rahmat dan menyatu di belakang-Nya.



Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau berikan jauhilah semua sesuatu selain alloh sepenuh hati, hingga memper-eratmu untuk bersama alloh, padamkan nafsumu dan dari makhluk, sungguh hijab telah terangkat antaramu dan Tuhan-mu (bagi orang yang telah mati sebelum mati)


Di tanyakan 


: bagaimana cara memadamkan? 


Jawabnya: padamkan jiwamu yang mengikuti hawa nafsu, tabiat buruk makhluk dan sebab sebab yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan segala sesuatu selain alloh.



Jadikanlah seluruh amalmu karena alloh semata jangan untuk mencari nikmat alloh dengan ketentuan dan perbuatan alloh, sebab jika kau lakukan ini berarti kehendakmu telah mati dan itu tanda bahwa telah mencintai alloh.



Wahai orang jahil (tidak mengenal alloh dan para khawashNya) kamu tidak merasakan makanan ghoyah bagi mereka, karena hal itu racun pembunuh, maka peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan membawa keburukan, karena mereka terperdaya oleh mereka.



wahai orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir dan batin-mu, 


amalkan tauhid, 


ikhlas dalam segala aktivitas 


niscaya keraguan yang mengitarimu akan di angkat alloh. alangkah banyak hukum syara’ yang kau bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan ketaatan, itu karna terlingkupi busana ujub, ingin di lihat orang atau mencari pujian dari mereka.



Siapa di antaramu ingin menyembah alloh hendaklah uzlah dari mahluk, karena pandangan mereka terhadap amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :


”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan uzlah itu merupakan prilaku orang-orang shalih sebelum kamu"



Peliharalah iman yaitu fana’ dan tetap memandang alloh bukan memandang dirimu atau yang lain beserta menjaga hukum-hukum alloh dan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang dalam memahami orang yang mendengar dan membaca tidak ada kemuliaan bagi orang  berkata selain ini, inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana di kalamkan alloh yang tampak dalam kekuasaan alloh dan yang tampak di hadapan kita.



Jagalah hubungan alloh jangan sampai terputus dariNya dan bergantung kepadaNya, karena hanya Dialah yang melimpahkan kecukupan dunia akhirat, jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi, peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani alloh sampai kau di layani, genggamlah sekuat hati sewajarnya di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju alloh.



Wahai kaum sufi  -- terapkan tasawuf dalam sirr, dalam hati, kemudian dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apa bila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu keluarkan ke bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta.  Terhadap segala apa –pun  yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dosa segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.


Luruskan Islam supaya kau memperolehnya; Islam itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada alloh serahkan pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada alloh; amalkan dengan taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal yang tidak dibarangi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang munafiq.


Anak-anak muridku, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; alloh-lah Sang Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh pengukuh dengan alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan berhenti bersama alloh tercinta itu sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orang pendahulumu; sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, dan tabiat buruk


Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan alloh; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.


Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang kepadamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada alloh, karena mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :


“Barangsiapa taat kepada alloh berarti telah mengenang-Nya walau sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada alloh berarti telah melupakan-Nya, walau banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.”


Orang beriman itu harus selalu taat kepada alloh, berkesesuaian dengan-Nya, sabar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-alloh. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan seperti ini – dalam segala kondisi mereka :


Anak-anak muridku bila kamu cinta alloh atau mencintai yang lain maka jangan kamu campur baurkan dalam satu hati :


Firman alloh :


“alloh tidak menjadikan seseorang  mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. 33: ayat 4).


Dunia akhirat tidak bisa di campur baurkan pencipta dan ciptaan tidak bisa disatukan. tinggalkan sesuatu apa pun yang yang berupa mahluk sehingga memeproleh sesuatu yang membawa kepada sang pencipta. rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga. Firman alloh :


“Sesungguhnya alloh telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).


Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain alloh sampai kau peroleh kedekatan alloh dan persambungan di dunia dan akhirat.


Wahai pecinta alloh, perbaguslah dirimu bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat yang memper-erat dengan alloh; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selain Dia; janganlah kau persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :


“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada alloh hanya yang sampai kepada alloh ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).


Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar