Jumat, 12 November 2021

Majelis ke 27"Jangan Jadi Pendusta"

 ðŸ““terjemahan kitab fathur robbani.

Shakh Abdul Qodir al-Jailani.

📄Majelis ke 27"Jangan Jadi Pendusta"



Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jailany


Jum’at pagi tanggal 7 Jumadilakhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah,




Beliau berkata:


Jadilah orang berakal, jangan jadi pendusta, engkau berkata aku takut alloh, ternyata kau masi takut yang lain,  kamu jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat,  juga jangan takut pada satupun hewan yang bisa bicara atau hewan benaran, kamu jangan takut siksa dunia atau siksa akhirat, tapi takutlah hanya kepada alloh, Orang berakal itu tidak pernah takut cercaan orang, jika benar ia di sisi alloh ia menjadi tuli dari ocehan siapapun selain alloh, seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh, demikianlah realitas Ulama yang bisa mengambil manfaat ilmunya, Ulama dengan syara’ serta para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. 



Wahai orang yang berantakan agamanya menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan agamamu.



Wahai alloh, sesungguhnya kami mohon agar dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’ cukuplah kami dari keburukan yang teramat atau dari tipu daya orang orang durhaka, peliharalah kami menurut kehendakMu sebagaimana aku kehendaki kami mohon ampunan dan afiat dalam beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.



Suatu hari seorang lelaki datang kepada Abu Yazid all-Bustami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. 


Abu Yazid berkata: 


 "apa yang terjadi padamu?"


Lelaki itu berkata:


"mencari tempat yag bersih untuk shalat" 


Abu Yazid: 


sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di mana kamu kehendaki. 



Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorangpun mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas di sana mereka ikhlas bersama alloh ia sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia, yang tidak bisa bagaimana?? tidak mereka harus melalui jalur itu, riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak di antara panah-panah setan yang hendak di lemparkan ke uluh hati manusia.



Terimalah apa yang datang dari Ulama, belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus terpaut dengan alloh karena jalur itu benar-benar di lalui mereka, tanyakan mereka tentang sifat, dan hawa nafsu, sesungguhnya mereka sudah mengenal berbagai afat (yaitu ujian alloh), memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat rotasi masa, 


janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan,


jangan sampai hancur karena terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terlempar kepadamu melalui panahnya dan temanmu yang busuk, mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh itu.


Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi penagkalnya hanya satu, penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu, 



wahai yang sakit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter, kamu tak perlu duka cita atas sesuatu yang di kehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu dari pada dirimu sendiri, peliharalah dirimu di hadapanNya, kamu jangan membelakangi-Nya, karna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat hanya melalui Dia.


Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan ketercengahan secara luas, bila hal ini telah tejadi padamu dan melekat di dalamnya, mereka di bicarakan seperti kesaksian di hari kiamat, mereka tidak berbicara kecuali jika di ajak bicara, mereka tidak mengambil kecuali jika di beri, mereka tidak bersuka cita kecuali jika di suka citakan, praktis hati mereka benar-benar menyerupai hati para malaikat yang konotasinya pada ayat berikut:


“Mereka tidak maksiat pada sesuatu perintah alloh dan mereka sama bertindak apa yang di perintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI : 6).



Mereka terbuay benar, bersungguh-sungguh dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka di beri tambahan berupa manzilah-manzilah mereka di bekali dengan ma’rifat alloh dan berilmu tentang alloh sedang para Malaikat menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah di tuangkan dalam hati mereka, hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa, maka jika kamu ingin tertaut dengan manzilah-manzilah mereka hhendaklah kamu jaga kebenaran Islam, setelah itu, tinggalkan laku dosa, baik dosa lahir atau batin, kemudian ber wara’  (ini jalur terapi) lalu terapkan zuhud di dunia, baik bagi yang di perbolehkan atau yang di halalkan, berkaya diri dengan fadilah alloh, berzuhud dalam kefadilahan alloh dan berkaya dengan pendekatan alloh apa bila rasa perkaya diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya (fadilah) di tuangkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian alloh terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rahmat dan maunnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia darimu lalu di hamparkan menuju proses akhir.


Nah, demikian di antara kejadian yang terjadi pada para wali, orang orang benar, sehingga dengan timbangan takwa mereka tidak terforsir oleh satupun urusan dunia, sedangkan bagi manusia secara umum memperdulikan bersimbah dunia sebab mereka memang amat menyukai dunia di banding alloh, paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan kepada alloh artinya seandainya dunia itu di berikan kepada mereka niscaya terepotkan oleh dunia itu melayani dan bermesra bersamamnya, demikian pandangan secara umum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan itu terletak pada ketidak adaanya mengikuti undang-undang nabi saw. adapun di antara sekian banyak orang yang di palingkan dari dunia serta tidak terepotkan untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat bagian-bagiannya bahkan yang demikian di sertai zuhud tanpa mengambil peduli sehingga kalaupun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu menolak, bahkan ia berkata: “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”



Zuhud adalah sebagai bagian dari maunnah yang baik jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya, orang beriman itu sebenarnya terlepas beban cinta terhadap dunia, tidak memburukkan dan tidak juga mempercepat,  zuhud itu harus di niatkan sepenuh hati, juga harus mampu memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada perintah apapun dari alloh.



Wahai sahaya, tahanlah syahwat, setiap rasa yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor, sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan yang haram itu najis, berangkatlah sejak dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut di benci, bermurah hati jangan bertingkah buruk


wahai alloh kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami benar-benar mengenal-Mu. Aamiin.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar