📓terjemahan kitab fathur robbani.
Shakh Abdul Qodir al-Jailani.
📄Majelis ke 31"Marah Yang Terpuji Dan Tercela"
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jailany
Pengajian pada Tanggal 12 Jumadil akhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah
Beliau berkata:
Marah, jika di landasi karena alloh itu masih terpuji, tapi jika terdorong oleh yang lain, berarti suatu tercela.
Tambahan admin:
Segala yang baik itu. jika di lakukan karna alloh maka itu terpuji, tapi jika di lakukan karna selain alloh maka itu tercelah. Maka lihatlah kedalam dirimu apakah kau melakukanya karna alloh atau bukan, jika bukan karna alloh maka itu adalah perbuatan tercela sekalipun tampak baik di mata manusia.
Kembali ke fathur robbani:
orang beriman jika bersih itu karena alloh semata, jadi bukan karena diri sendiri, juga bersih dalam berkemauan untuk menolong Agama yang ada di dalam dirinya, bukan untuk menolong diri sendiri, ia akan mudah geram jika hukum-hukum alloh di potong atau di hilangkan, seperti kegeraman singa kala menerkam buruannya & pasti alloh murka karena kemarahannya itu, dan Dia akan rido karena ridonya, janganlah kau lahirkan kejengkelanmu kepada alloh, kendati konpensasinya untuk dirimu sendiri, karena perbuatan itu bisa membentuk sikap munafik, paling tidak serupa dengan sifat itu, karena alloh punya persifatan lain dari yang lain (bukan seperti persifatan manusia) yang bisa berubah atau surut.
Bila kau sedang menekuni sesuatu perbuatan, singkirkan hawa nafsu, setan darinya, dan kau jangan berniat berbuat sesuatu kecuali karena alloh serta untuk mengikuti perintah perintah alloh janganlah kau lakukan sesuatu perbuatan kecuali ada perintah resmi yang bersumber dari alloh, baik dengan pelantara syara’ atau melalui ilmu alloh yang masuk di hati bersama penetapan syara’.
Berzuhudlah untuk dirimu juga terhadap ciptaan lain termasuk dunia yang mengitari ini, cintailah. bersama sama allohlah atau jangan bergeser dari apapun setelah kejernihan jiwamu kecuali bersama alloh. usahakan bersama orang orang shalih,
tentu kau bisa beradab sambil mendalami peradaban mereka dan berpandang dengan pandangan mereka, dalam ikatan besar kau melihat alloh (syuhudul qasro fil wahda) dan setelah itu baru melihat dengan alloh (syuhudul wahda fil qasro)
perbuatan dalam penciptaan amat suci seperti dirimu tak di perkenankan masuk di kerajaan alloh karena membawa benda najis, lahirmu tidak bisa masuk dalam kekuasaan Maha raja yaitu alloh, bersama benda-benda najis yang tersimpan dalam batinmu, kau laksana himmah yang di penuhi kotoran minyak. jika amal bisa kau dapat sampai terenung dalam jiwa yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan dirimu dalam kerajaan-Nya.
Dalam hatimu hanya terdapat
-kelancangan,
-rasa takut pada sesama,
-berlembut bersama mereka,
-cinta dunia dan
-apapun yang ada di sana termasuk pengotor hati,
-tiada kata bagimu walaupun sampai hati mati dan menghantar dirimu pada pintu kebenaran hidup di mana kiblatmu terhadap sesama makhluk tidak di perdulikan,
-selama keberadaanmu untuk mereka padahal kau mengetahui mereka maka tanganmu tidak memanjang kepada mereka, sehingga mereka menerimamu,
-tiada kata hingga keberadaanmu tersibuk oleh mereka dan pada orang-orang yang menerimamu, juga yang mentaati, mencegah memuji dan mencela mereka,
jika taubat sudah bersih, imanpun menjadi bersih.
menurut ahlus sunnah menambahkan bahwa:
“Iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat"
Nah, demikian hak kewajiban manusia yang harus di perhatikan. Adapun orang-orang khusus (al-Khawash), maka iman mereka terus bertambah karena lenyapnya ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh masuknya ciptaan dari hati mereka.
Bertambah karena ketenteraman mereka bersama alloh dan berkurang karena ketenangan mereka bersama selain alloh,
mereka bertwakkal kepada alloh
Bertaqwa kepada alloh
mereka menyeru dari alloh
mereka takut kepada alloh
mereka kembali bertauhid dan bergantung kepada alloh
maka mereka tidak syirik, dan tauhid mereka terletak dalam hati dan perhubungan mereka antar sesama terletak pada lahirinya saja, jika mereka di sakiti maka mereka tidak membalas.
Firman alloh :
“Dan apabila orang-orang bodoh menghadapkan perkataan kepadanya, dijawabnya : Selamat!”. (Qs. XXV:63).
Peliharalah As-Sumtu (sifat memperbanyak diam) dan hilm (sabar) dari orang-orang yang menyakiti, jika mereka membuat dosa besar yaitu bermaksiat kepada alloh baru kau tidak boleh berdiam diri karena hal itu jelas haram,
di saat itu bicara mengingatkan mereka termasuk ibadah
sedangkan berdiam diri termasuk maksiat jika kau mampu menegakkan al-Ma’ruf nahi munkar, itu merupakan pintu yang baik yang telah di buka di hadapanmu maka segera masukilah!.
nabi Isa a.s bila dia makan maka dia memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di padang, sedang minumnya dari belik (sumber air), duduknya di ngarai ngarai atau bekas reruntuhan, jika tidur berbantal hasta, orang beriman alangkah baiknya bila mengikuti ini, kendati ia punya harta tapi hanya terpakaikan untuk lahiria saja dan menetapkan jiwa serta hati bersama alloh. pijakan pertama tetap tidak berubah karena zuhud bila telah menetap dalam hati ia tidak akan tergeser oleh pendatang seperti hal hal keduniaan atau kemahlukan nyata ataupun ghaib, orang beriman kalaupun mencintai dunia atau isinya maka keinginan atau kelezatannya tidak menjadi percikan yang merepotkan dirinya baik siang atau malam,
tidak menyembah alloh atau berzikir kepada alloh, tidak mentaati alloh kalau jiwanya masih menyimpan aib dalam penglihatan alloh, maka ia bertaubat dan menyesali segala perbuatannya, itu sesuatu yang terikat darinya meliputi hari-hari yang sunyi, pandanganya mencela dunia melalui jalur Kitab, sunnah dan guru-guru yang alim, lalu sikap zuhud datang di sana, & jika dia melihat sesuatu aib, maka ia melihat pula aib yang lain kemudian ia sadari bahwa hal itu hanya kebinasaan saja, usianya memanajang sampai dekat, nikmatnya hilang, kebaikannya tergeser, perangainya jahat, tenaganya pembantai, bicaranya berbisa, ia berdiri tiada tempat kembali untuknya, juga permulaan dan masanya di sana seperti bangunan di atas air, dengan demikian ketetapan dalam hatipun tidak bisa di jadikan pedoman, dan baginya tidak punya kediaman tetap. Kemudain ia menekan derajat yang rendah dan memperkokoh tempatnya, maka ia mengenal alloh.
karena itu jangan harap akhirat sebagai ketetapan hati & tujuan akhir sebaliknya ambillah kedekatan dengan Tuhan di dunia dan akhirat, untuk sirr dan hati dibangunkan kediaman di sana. Ketika itu imarah (keramaian) dunia tidak membawa madorat baginya walau seribu rumah di bangun untuknya karena ia di bangun untuk yang lain bukan untuk Dia, di sana karena ia mengikuti perintah-perintah alloh, menerima ketentuan dan keputusan alloh ia berdiri siaga melayani ciptaan atau menyambung tali kebaikan dengan mereka, menghubungkan bederang dengan gulita, baik perihal makanan atau roti, ia tidak makan biji-bijian itu sebagai makanan yang di perbantahkan, di sana tidak mendapat persekutuan selainnya, maka ia menjadi makanan yang di santapnya dan berpuasa di samping makanan selainnya,
orang zuhud yang berpuasa dan orang arif yang berpuasa selain yang di ketahui, berarti mereka pelapar selain dari penghasilan yang halal, mereka berpenyakit karena ciptaan, obatnya adalah kedekatan dengan alloh, orang zuhud berpuasa di siang hari dan orang arif berpuasa di siang dan malam hari, ia berpuasa tidak mengenal buka sampai Asma Tuhan tetap di hati, orang arif berpuasa setahun penuh, selama itu ia puasa dengan hatinya dan terpelihara sirrnya, sungguh ia amat sadar bahwa obat mujarab baginya adalah berjumpa alloh dan dekat dengan alloh.
Anak-anak muridku, jika ingin bahagia, keluarkan ciptaan dan kemahlukan dari hatimu, jangan takut pada mereka dan jangan mengharap mereka, jangan bersama sama dengan mereka atau diam bersama mereka, bergegaslah lari menjauh darinya bencilah mereka seakan-akan bongkahan bangkai jika kamu bersih dalam hal ini tentu ketenteramanpun bersih di saat mengenang alloh dan gelisah ketika mengenang yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar