Selasa, 16 November 2021

NASIHAT KE - 33 Memanfaatkan Ilmu Serta Mensyukuri Nikmat

 


Terjemahan Kitab

“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)

IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”


NASIHAT KE - 33

Memanfaatkan Ilmu Serta Mensyukuri Nikmat


Saudara-saudaraku! Apabila orang lain bersyukur kepada Tuhan mereka hanya dengan lidah saja, sedangkan mereka tetap mengabaikan batasan-batasan nikmat, dan teledor terhadap tata cara syukur yang sebenarnya, ingat, bahwa hal demikian itu tercela. Berhati-hatilah kepada Allah dan pergunakanlah setipa kenikmatan untuk bersyukur sesuai dengan keadaannya, sebab bersyukur adalah wajib bagi hamba pada setiap kenikmatan. Bersyukurlah kepada Allah terhadap apa-apa yang telah Dia karuniakan  kepada kalian, termasuk lidah, dengan banyak membaca Alquran dan berzikir. Namun, apabila engkau agak ceroboh dalam hal ini, paling tidak janganlah sampai engkau pegunakan lidah tersebut untuk menyelami berbagai jenis perbuatan dosa seperti perbuatan orang yang penah aku lihat. Dalam kaitan ini, Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak ada ucapan lain bagi kita selain ‘Ah kamu! Dan ‘celaka kamu!.” Apakah manusia akan ditelungkupkan di neraka hanya karena mengumpat orang lain dengan lisannya?”.

Bersyukurlah kepada Allah SWT atas nikmat penglihatan yang dikaruniakan-Nya kepadamu untuk memandang kepada kebenaran sebagai rasa syukur atasnya. Maka jika engkau melakukan sebaliknya, maka takutlah kepada Allah bila engkau menggunakan penglihatan itu untuk memandang hal-hal yang haram, sehingga engkau menjadi durhaka kepada Allah dengan kenikmatan-Nya, seperti perbuatan orang yang pernah aku lihat. Karena, telah sampai kepada kami bahwa siapa yang tidak menahan pandangannya dari hal-hal yang haram, akan dipakaikan celak pada kedua belah matanya dari api jahanam. Ingat, bersyukurlah kepada Allah atas nikmat pendengaran yang telah Dia beikan untuk mendengarkan Alquran, zikir serta nasihat yang baik. Namun, jika hal itu kau abaikan, paling tidak malulah engkau kepada Allah bila kau gunakan pendengaran tersebut untuk hal-hal yang memanjakan hawa nafsu dan untuk omongan-omongan yang batil seperti perbuatan orang yang perrnah aku saksikan. Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat tangan yang dibentangkan-Nya untuk menggapai kebaikan. Dan jika engkau mengabaikan hal itu, hendaklah engkau malu menggunakan tanganmu untuk berbuat zalim dan aniaya seperti perbuatan orang yang pernah aku lihat.

Telah sampai kepada kami bahwa zalim di dunia adalah kegelapan di akhirat, dan merupakan rentetan kemalangan. Diriwayatkan bahwa Nabi Dawud as. Melihat suatu tempat antara bumi dan langit, iapun berkata : Wahai Tuhan ku, apa ini? Tuhan berfirman : “Itu kutukan-Ku yang yang Aku masukkan ke dalamnya rumah setiap orang yang berbuat zalim.” Ingat. Takutlah dari hal demikian! Bersyukurlah kepada Allah terhadap nikmat kaki untuk melangkah menuju ketaatan. Namun, jika engkau mengabaikan hal itu, takutlah kepada Allah bila engkau melangkah dengan kaki itu menuju perbuatan dosa seperti orang yang pernah aku lihat. Karena, sesungguhnya Allah SWT telah berfirman :“Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dulu mereka kerjakan (An Nur : 24). Maka, bagaimana dengan dirimu dalam keadaan terborgol di kaki dan terbelenggu di leher. Ingat, takutlah kepada hal itu. Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat makanan yang telah diberikan-Nya kepada kalian, dan takutlah bila engkau menjadi kuat lantaran makanan itu untuk melakukan sesuatu yang tidak diseukai oleh Yang Maha Pemberi Rizki. Sebab Allah SWT telah berfirman : “Hamba-Ku, berkat nikmat-Ku engkau menjadi kuat untuk berbuat durhaka kepada-Ku.”Sehingga. Layaklah kiranya bila Allah SWT menyiksanya di neraka.

Wahai kaum! Janganlah engkau mendurhakai Allah dengan menggunakan nikmat-Nya, dan bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat pakaian yang diberikan-Nya kepada mu supaya ia menjadi lusuh dalam keridhoan Si Pemberi nikmat. Namun, jika engkau mengabaikan hal itu, malulah bila engkau menjadikan pakaian itu lusuh dalam hal-hal yang tidak disukai Si Pemberi pakaian, sehingga tidak ada jaminan keamanan untuk mu bahwa tidak akan dipakaikan kepadamu gamis dari aspal dan lempengan api neraka di hari kiamat. Ingat, takutlah engkau kepada hal demikian, dan bersyukurlah kepada Allah terhadap segala karunia yang telah kau terima dari-Nya, supaya kau habiskan pada jalan yang Maha Pemberi karunia. Namun, jika engkau kikir terhadap karunia itu, hendaklah engkau malu kepada Allah bila kau habiskan karunia-Nya pada tempat yang tidak disukai-Nya sehingga engkau mendurhakai Allah SWT dengan nikmat_nya, seperti perbuatan orang yang pernah aku lihat. Telah sampai kepada kami, apabila seorang hamba diberi rizki oleh Allah berupa harta yang halal tetapi ia keluarkan pada jalan yang haram, maka Allah SWT akan berkata : Bawalah ke neraka!” sehingga ia akan tinggal di neraka sesuai dengan kehendak Allah.

Kemudian bersyukurlah engkau kepada Allah SWT atas apa-apa yang telah Dia karuniakan kepadamu berupa keimanan kepada-Nya dengan berusaha keras untuk mencapai ridha-Nya serta meningkatkan usaha dalam mencari kesukaan-Nya sebagai tanda syukur untuk mengharggai karunia-Nya yang telah diberikan kepadamu. Namun, jika engkau tidak kuasa untuk mencapai ridha-Nya, takutlah engkau kepada Allah bila sampai mengabaikan batasan-batasan keimanan, karena tidak ada jaminan bagimu untuk tidak tercabut imanmu karena sikap menganggap entheng batasan-batasannya. Dan bersyukurlah engkau kepada Allah atas nikmat ilmu yang telah Dia karuniakan kepadamu sehingga engkau dapat mencapai keridhaan-Nya. Kerjakanlah keutamaan-keutamaan yang dianjurkan kepadamu di antara kecintaan Allah SWT itu. Namun, jika engkau tidak kuasa berbuat demikian, hendaklah engkau takut kepada Allah bila sampai meninggalkan apa yang diwajibkan kepadamu.

Telah sampai kepada kami bahwa di antara orang yang sangat keras siksaannya di hari kiamat ialah orang berilmu yang dijaidkan oleh Allah tidak bermanfaat dengan ilmunya.” Kemudian, janganlah lupa pula bersyukuur kepada Allah SWT atas nikmat akal yang dikaruniakan-Nya kepadamu untuk berfikir, merenung, meyakini kebaikan niat, dan mengambil pelajaran. Namun, bila engkau mengabaikan hal demikian, hendaklah engkau berhati-hati terhadap Allah dan takut akan niat yang buruk, menyimpan keburukan, menyimpan iri, dengki, permusuhan, serta sifat-sifat buruk lainnya. Jangan lupa bersyukur kepada-Nya atas nikmat akal yang telah Dia karuniakan kepadamu tersebut supaya engkau mengagungkan-Nya, meninggikan-Nya, memuliakan-Nya, merasa malu kepada-Nya, merasa takut kepada-Nya, merasa segan kepada-Nya, serta menaati-Nya sesuai dengan pemahamanmu terhadap keagungan, kebesaran, dan kemahakuasaan-Nya SWT. Namun, bila tidak ssanggup melakukan itu, hendaklah engkau takut kepada Allah SWT bila engkau sampai menjadi seperti orang-orang yang tidak mempu mengagungkan-Nya, dan menaati-Nya, bahkan engkau menganggap enteng beberapa perkara-Nya. Takutlah engkau wahai kaum, bila kembali kepada kebidihan serta engkau mengetahui dan mengerti sehingga akal dan ilmu tersebut kembali kepadamu dengan membawa bencana. Dan ingat, bahwa ini semua dan seumpamanya termasuk di antara keutamaan ilmu, akal, niat serta kehendak. Dan ini pulalah perbedaan diantara keutamaan ilmu, akal, niat serta kehendak. Dan ini pulalah perbedaan di antara hamba-hamba. Kadang kala terdapat dua orang yang sama dalam ketaatan dan ke wara’an, sedangkan salah satunya lebih kuat pemahamannya dan lebih keras usahanya untuk mencapai kecintaan Allah dan lebih jelas dalam mencapai ridha-Nya. Semoga Allah memberikan kepada kita sekalian kemampuan untuk mengelola nikmat dan mensyukurinya, sesungguhnya Da Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar