Selasa, 16 November 2021

NASIHAT KE - 38 Menyelidiki Hati dan Menyibak Kedurhakaannya

 Terjemahan Kitab

“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)

IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”


NASIHAT KE - 38

Menyelidiki Hati dan Menyibak Kedurhakaannya


Saudara-saudaraku! Apabila orang lain mampu menahan diri dari dosa-dosa yang dilakukan anggota tubuh yang lahir, hendaklah engkau merendahkan pandangan, bersikap diam dari ghibah, menahan diri dari aniaya, menjauhkan diri dari dosa-dosa, dan membebasskan diri dari menggunakan dan mengkonsumsi barang haram dan jadikalah dirimu orang yang paling utama meninggalkan hal-hal tersebut. Setelah itu, selidikilah dosa-dosa hatimukarena ia merupakan penyebab kecelakaan yang paling menentukan.

Rasulullah saw. Bersabda : “Di dalam tubuh anak manusia terdapat segumpal daging. Bila rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya; ketahuilah, ia adalah hati.” Selanjutnya Beliau saw. Berssabda pula : “Siapa yang memperbaiki urusan “dalam”-nya, niscaya Allah akan memperbaiki urusan “luar”-nya, siapa yang memperbaiki batinnya, Allah akan memperbaiki lahirnya.” Seorang tokoh berkata : “Rahasia-rahasia yang tersembunyi dari padangan manusia di sisi Allah nampak jelas, maka carilah penawarnya, dan tidak ada penawarnya kecuali engkau bertobat dan berlaku adil.” Sulaiman as. Berkata : Barangsiapa yang rusak bagian dalam tubuhnya, akan rusak pula bagian luar tubuhnya.”

Ingat, renungkanlah, betapa besarnya kedurhakaan hati. Di antaranya ialah : Keragu-ragguan, syirik, kemunafikan dan kufur. Dan di antaranya lagi ialah salah paham terhadap Allah SWT, merasa aman dari azab Allah, serta putus asa dari rakhmat-Nya.

Juga termasuk dosa hati itu ialah : Meremehkan dosa-dosa, menunda innabah, tidak merasa terancam dengan bertumpuknya dosa, terus menerus melakukan maksiat, juga congkak dan riya’. Kemudian, di antaranya lagi ialah : ‘ujub’ nafiq, senang kemegahan, cinta perhiasan, dan bangga di dunia. Lalu, diantaranya pula ialah merasa gengsi, sombong,angkuh, takut miskin, dan lari dari perbuatan halal yang diridhai dan dicintai oleh Allah, sedang si hamba menjauhinya. Kemudian, di antara maksiat hati adalah akrab denga orang-orang kaya dan merendahkan diri kepada mereka, tetapi menjauhi orang-orang miskin serta lari dari mereka.

Di antara dosa hati yang lain adalah melanggar janji, khianat, dan tidak setia. Kemudian dosa yang lainnya ialah iri, dengki, dendam, gembira atas kesusahan orang, permusuhan, kebencian, buruk sangka, mencari kesalahan orang, menyimpan keburukan, dan menantang bencana. Di anatarnya juga ialah menuruti hawa nafsu dan menyalahi kebenaran, senang dengan hawa nafsu, cinta dan benci karenanya. Juga termasuk dosa hati ialah sikap sikap kasar, memutuskan silaturahmi, keras hati dan sedikit rasa kasih sayang. Yang lain ialah panjang angan-angan, ambisi, serakah, tamak, dan thiyarah (Menganggap sesuatu sebagai alamat buruk atau pembawa sial).

Kemudian yang temasuk dosa hati ialah sikap berlebih-lebihan terhadap harta dan menyambut gembira terhadap duia. Yang termasuk dosa hati lainya ialah mengaanggap sedikit rizki yang diterma dan melecehkan kenikmatan. Kemudian dosa yang lain ialah mengaanggap besar dunia dan bersedih atas yang luput darinya. Lalu di antara dosa yang lain ialah merasa menyesal terhadap luputnya keinginan dan sikap serakah dalam memuaskan keinginan rendahnya.

 Juga, di antara dosa-dosa hati ialah menganggap remeh pengetahuan Allah SWT terhadap keburukannya dan sedikit rasa malunya terhadap pengetahuan Allah tentang keburukan tersebut.

Telah sampai kepada kami bahwa Ibnu Abbas r.a, telah berkata : Wahai oarng yang berdosa! Janganlah engkau merasa aman karena tidak beriman dan janganlah merasa aman dari kegetolan berbuat dosa, karena sedikit rasa malu terhadap yang di kanan dan yang di kiri... yakni malaikat.... ketika engkau berlumur dosa adalah lebih buruk daripada dosa itu sendiri bila engkau mengetahui dan mengerjakannya. Dan keterkejutanmu terhadap angin yang berhembus dan menghempaskan pintumu sedang engkau berlumur dosa; ketidaktakutan hatimu kepada pandangan Allah kepadamu justru lebih buruk daripada dosa itu sendiri bila engkau mengerjakannya.” 


Maka, renungkanlah ungkapan ini wahai orang yang terperdaya. Sesungghnya engkau mengira bahwa dirimu, ketika melakukan dosa, merasa malu kepada manusia, tetapi aku melihat dirimu tidak merasa malu terhadap malaikat pencatat. Engkau menyembunyikan dosa dari padangan makhluk, namun kau aku lihat engkau tidak merasa terancam dengan pandangan Rabbul alamin. Engkau menginginkan, berdasarkan dugaanmu, pahala orang-rang yang jujur berdampingan dengan para Rasul. Tidak malukah dirimu? Celakalah engkau! Alangkah besar kebodohan itu! Sebab, engkau tidak merasa malu terhadap malaikat Allah, juga tidak perduli terhadap pandangan Yang Mahaperkasa kepadamu. Wahai kaum, renungkanlah apa yang telah aku kemukakan kepadamu berupa maksiat-maksiat hati, lalu selidikilah yang tersembunyi di antara dosa-dosanya, keinginan maksiatnya, keburukan perasaannya, dan kehalusan hasrat rendahnya.

Saudara-saudaraku, berusahakeraslah untuk meniadakan hal-hal yang bertentangan dengan keridhoan Allah dari dalam hati kamu. Apa yang dihindarkan darimu, maka pujilah Allah atasnya dan apa yang diujikan kepadamu bersegeralah melakukan inabah dan perpindahan, kemudian rendahkan dirimu kepada Allah SWT untuk memohon perlindungan dan maaf dari-Nya, Karena Allah SWT mengetahui yang rahasia maupun yang lahir darimu, mengetahui apa yang kau kemukakan dan apa yang kau sembunyikan; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang ada di dalam dada.

Saudara-saudaraku! Bila kau selamat dari dosa-dosa hati, berarti engkau selamat dari azab Allah SWT. Namun bila engkau terus menerus berada dalam kekejian hati, maka alangkah sedikitnya perhatian anggota tubuhmu kepada kebaikan? Inilah perbedaan antara dua orang, yang satu bersikap wara’ terhadap maksiat yag ia ketahui, tetapi mungkin saja ia tidak menyadari akan dosa hati, yang juga meliputi dosa besar yang bisa saja ia kerjakan tanpa ia sadari. Sedangkan yang lain mengenali akan keinginan rendah nafsunya, menyelidiki kondisi hatinya, menjauhi hatinya kebencian Allah dalam perkara yang lahir dan perkara yang batin. Tentu saja yang terakhir ini lebih berbobot ketimbang yang pertama. Semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita dalam kebaikan. Amin ya Rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar