Selasa, 16 November 2021

NASIHAT KE - 39 Berlomba-lomba Mengerjakan Kebajikan dan Mendekatkan Diri Kepada Allah Melalui Ketaatan Hati

 


Terjemahan Kitab

“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)

IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”


NASIHAT KE - 39

Berlomba-lomba Mengerjakan Kebajikan dan Mendekatkan Diri Kepada Allah Melalui Ketaatan Hati


Saudaraku! Apabila orang lain mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan berbagi macam kebajikan yang lahir seperti Haji, Jihad, Puasa, Shalat, Sedekah, Zakat, Membaca Alquran, dan lain sebagainya, hendaklah engkau bersaing dengan mereka dalam melaksanakan amalan-amalan tersebut, namun jadikanlah keinginan terbesar untuk melakukan ketaatan hati yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak juga oleh malaikat, dan memang tidak ada yang mampu mengetahuinya selain Yang Maha Tahu terhadap segala yang gaib. Sedikit perbuatan kebajikan yang dilakukan dengan cara ini adalah besar sekali nilainya.

Rasulullah saw. Bersabda : DZikir yang tidak dapat ditulis oleh pencatat amalan melebihi zikir yang dapat dicatat olehnya sebanyak tujuh puluh kali lipat.

” Ingat, ber taqarrub-lah kepada Allah dengan ketaatan hati karena di sana dapat di kenal Keagungan Allah SWT, Kebesaran-Nya, Ketinggian-Nya, dan Kemahakuasaan-Nya SWT. Ingat! Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan sesuatu yang dicintai-Nya dan demi-Nya. Ber-taqarrub-lah kepada Allah SWT dengan sangat mencintai-Nya, mencintai dan membenci karena-Nya. Ber-Taqarrub-lah kepada Allah dengan mengenal Karunia-Nya yang indah, nikmat-Nya yang lahir dan batin, perbuatan-Nya yang bagus serta pemberian-Nya yang terus menerus sesering keburukan yang muncul dari diri kita.

Ingat, ber-taqarrub-lah kepada Allah SWT dengan perasaan takut akan kehilangan nikmat, serta sangat malu terhadap keteledoran dalam bersyukur. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan perasaan takut dari azab Allah serta rasa prihatin terhadap keimananmu. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan sangat takut kepada-Nya, dengan pengharapan yang sesunggunya kepada-Nya, ketentraman dalam mengingat-Nya, bermunajat kepada-Nya, kerinduan kepada-Nya, serta keinginan untuk berada di sisi-Nya. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan keyakinan, tawakal kepada-Nya, percaya kepada-Nya, pasrah kepada-Nya, akrab dengan-Nya, dan memutuskan diri dari segala sesuatu untuk-Nya.

Ingat, ber-Taqarrub-lah kepada Allah SWT dengan kerendahan dan kelembutan, tawadhu, khusyuk, dan khudhu^. Ber-taqarrub-lah kepada Allah SWT dengan sikap santun, tabah, menahan amarah, dan menelan kepahitan. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan kelapangan dada dan menghendaki kebaikan bagi umat serta tidak menyukai keburukan bagi mereka. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan sikap welas asih, kasih sayang, dan memelihara perasaan terhadap orang-orang Islam. Ingat, ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan sikap dermawan, pemurah, dengan kemuliaan, ihsan, dan kejujuran serta menepati janji. Ber-taqarrub-lah engkau kepada Allah dengan perasaan kaya di dalam jiwa. Qana’ah, menerima apa adanya, rela terhadap harta sekedar kebutuhan dan kebersahajaan. Ingat, ber-taqarrub-lah engkau kepada Allah dengan peneguhan, penelitian, perlahan-lahan dan petimbangan. Ber-taqarrub-lah kepada Allah dengan menganggap banyak curahan nikmat-Nya kepadamu, meremehkan kebajikan dan menghinakan dirimu, merasa besar dalam kedurhakaanmu, dan berduka cita terhadap keteledoranmu dalam menjalankan perintah Tuhan. Bertaqarrub-lah engkau dengan merenungkan Kitab-Nya, merahasiakan di kala melaksanakan hudu-nya, dan bersikap ikhlas dalam mengerjakan amal perbuatan karena-Nya.

Ber-taqarrub-lah dengkau dengan berjuang melawan setan untuk agamamu, melawan hawa nafsu dalam hatimu, menyelidiki keadaan jiwamu, bertakqa dalam segala hal serta menyesali segala yang terlewatkan, Ingat, sukalah engkau terhadap akhlak yang mulia dan ber-taqarrub-lah kepada Allah SWT dengan menunaikan amanat kepada orang yang menghinatimu, berlaku baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu dan tidak mementingkan diri sendiri sekalipun engkau sangat memerlukannya.

Bertaqarrub-lah kepada Allah dengan mengutamakan kerendahan daripada ketinggian, mengutamakan kesulitan kepada Allah atas kemudahan dan mengutamakan kemiskinan atas kekayaan. Maka, dimanakah posisimu terhasdap hal demikian? Kemudian, ber-taqarrub-lah engkau kepada Allah SWT dengan sikap senang kepada musibah dunia, dan senang kepada perhatian Allah serta ujian-Nya ketika ia mengujimu. Ber-taqarrublah engkau kepada Allah dengan mengingat kematian, hari kebangkitan, lamanya menanti dalam waktu yang panjang, mengingat apa yang bakal di jawab ketika di tanya, mengingat ketika menghadap serta ketika menyeberang di atas jembatan (Shirath).


Sahabatku! Senanglah engkau terhadap apa yang aku kemukakan kepadamu di antara amal perbuatan hati dan ketaatannya, karena yang mampu mengenalnya hanya sedikit sedang yang menjalankannya sengat langka. Bukankah telah datang kepada kita berita-berita dari Allah SWT dan Rasulullah saw. Tentang keutamaan amal hati.

Allah SWT berfirman : “Tidaklah aku memandang kepada ucapanmu, juga tidak kepada amal perbuatanmu, tetapi aku memandang kepada niat dan hatimu.” Maka, hati yang niatnya  sesuai dengan kecintaan-Ku, niscaya Aku jadikan isinya Tasbih, Tahlil , dan taqdis.”

Sesungguhnya ketatan anggota tubuh bersama hati adalah pengabaian akan ketaatan anggota tubuh. Maka janganlah engkau sia-siakan bagianmu di antara amal perbuatan hati, karena di sana terdapat keteguhan dan keutamaan yang besar.

Wahai kaum yang menghendaki kebaikan! Terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu, syukurilah! Dan terhadap segala yang engkau teledor mengerjakannya, bersedihlah! Demikianlah perbedaan keutamaan antara dua orang. Yang satu memperbanyak amal perbuatan lahir, tetapi barangkali ia cacat dalam perbuatan batinnya. Sedang yang lain juga memperbanyak berbagai macam kebajikan, tapi tidak lupa ia meyakini bencana dan keburukan batinnya sambil mencari kesenangan Allah SWT.

Maka yang terakhir ini lebih berbobot daripada temannya yang pertama, dan lebih tinggi nilainya di sisi Allah SWT. Demikianlah keutamaan ilmu, akal serta keutamaan niat dan kehendak yang dapat membedakan di antara amal ibadah. Kadang kala antara dua orang mempunyai kesamaan di dalam wara’, akal dan kebajikan, tetapi yang satu lebih tajam akalnya daripada yang lain dan ia lebih berehasarat terhadap kesukaan Allah, dan lebih jelas dalam menggapai ridha-Nya. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kepada kita sekalian ilmu yang berguna dan akal yang tajam, sesungguhnya Dia Maha Pemurah, Mahamulia, Maha Pengasih dan Penyayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar