Selasa, 16 November 2021

NASIHAT KE - 40 Bencana-bencana Ilmu

 Terjemahan Kitab

“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)

IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”


NASIHAT KE - 40

Bencana-bencana Ilmu



Saudara-saudaraku! Kaliab bertanya tentang keadaan orang-orang yang menampakan ilmu pengetahuan dan kebajikan mereka, tetapi mereka juga senang dengan ketidakpopuleran : Apa yang mereka kehendaki dengan rahasia itu? Ikhwanku, kalian bertanya tentang keinginan yang bertolak belakang, kemauan yang berbeda-beda, dan pemahaman yang tidak sama. Berikut akan aku kemukakan sebagian dari keadaan mereka seraya berharap karunia dan bimbingan Allah SWT. Yaitu bahwa di antara mereka ada yang memperlihatkan ilmu dan amalnya dengan tujuan untuk mendapatkan kehormatan di dunia. Semoga Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian. Di antara mereka ada yang lemah pemikirannya, tidak mengikuti arah dan tujuan dari ilmunya, sedikit pengetahuannya tentang penyakit-penyakit jiwa dan sedikit pula pengenalannya terhadap perangkap-perangkap setan. 


Ia menampakan sebagaian besar ilmu dan amalnya karena menginginkan pahala dalam membimbing orang lain, sehingga tidak sedikit di antara orang seperti ini yang tenggelam dalam fitnah dan kebodohan lalu terjerumus dalam perangkap setan sedang ia tidak menyadari. Kemudian, diantara mereka ada pula yang berlagak pintar di dalam dirinya, mengaku memiliki ilmu dan kecerdasan untuk menghadapi perangkap-perangkap setan sehingga ia terang-terangan menonjolkan sebagian besar ilmu dan amal kebajikannya supaya ia ditiru oleh orang lain, dengan harapan agar dia juga mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Maka, untuk itu ia mempersiapkan dirinya secara optimal dan menghabiskan waktu siang dan malamnya, ia pompa semangatnya sedang ddirinya sangat senang terhadap hal tersebut. Lalu nafsunyapun tidak tinggal diam, untuk memberinya angan-angan bahwa apa yang dilakukannya termasuk yang tertinggi nilainya di sisi Allah, dan ia akan diberi pehala atas usaha dan kegembiraannya lantaran orang-orang mau berkumpul di sekitarnya untuk mendapatkan manfaat yang diberrikan Allah kepada mereka melalui perantaraan dirinya berdasarkan prasangka dari dalam hatinya. Ia yakin bahwa ia bertindak demikian sesuai dengan kapasitas keilmuannya, dan dia pun sanggup mengendalikan dirinya menurut perkiraannya. Ia melihat keutamaan hanyalah dengan memperlihatkan apa yang terbaik di antara ucapan dan perbuatannya. Ia mengangankan kebulatan niat pada urusannya dan mencoba untuk mencegah fitnah dari dirinya, dan ia pun berupaya untuk meniadakan bencana yang mungkin timbul dari ilmunya seraya berharap kejujuran dan keikhlasan dalam segala keadaannya.


Namun, apa-pun yang ia angan-angankan jangan-jangan orang semacam inilah yang dimaksudkan oleh setan melalui ucapannya, berikut : “Siapa yang menyangka bahwa ia dengan ilmunya dapat mencegah dirinya dariku, maka dengan kebodohannya ia telah masuk perangkapku.” Tentu saja presikat bodoh lebih cocok untuk orang yang bertipe semacam ini bila ia mengaku sudah merasa mumpuni dalam ilmunya, merasa kuat pada akal dan perbuatannya, serta berlagak pintar melalui perkataan dan perbuatannya. Padahal tujuannya adalah untuk mengukuhkan eksistensi dirinya di tengah masyarakat dan untuk mencari pembenaran bagi tindakannya supaya ia menjadi tenar dan terkenal. Itulah angan-angannya, sementara ia tidak menyadairnya.


Atau, boleh jadi nasib orang yang bertipe semacam ini akan sama dengan nasib orang-orang terperdaya pada zaman dahulu. Sebagaimana telah sampai kepada kami bahwa salah seorang filsuf telah membaca tigaratus enam puluh buku, namun Allah SWT menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi pada zaman itu : Katakan kepadanya : Sesungguhnya dirimu telah memenuhi bumi dengan kemunafikan, dan Allah tidak menerima sedikitpun dari kemunafikanmu itu.” Mungkin saja ia mengalami kecapian dan kelelahan untuk menampakkan ilmunya, sedangkan upayanya untuk menarik perhatian orang kepadanya tidak mendapatkan hasil yang setimpal dan juga tidak memberikan pengaruh baik kepanya. 


Atau barangkali ia terlalu sibuk dengan urusan itu sehingga melupakan hal-hal penting yang semestinya wajib ia tunaikan untuk orang lain. Padahal, bersamaan dengan itu, dirinya tidak menguasai betul retorika berbicara, namun ia mengira bahwa itulah hikmah yang mengalir melalui lidahnya.

 Nah, jangan-jangan hal demikian Cuma pembenaran dari dirinya terhadap tindakan dan ucapannya, sedang ia tidak menyadari! Atau mungkin ia merasa yakin benar tanpa ragu bahwa orang orang yang menerimanya itu karena mereka suka kepada ilmunya, ridha kepadanya karena kejujuran, keikhlasan dan kehebatan ilmunya. 


Dan ia pun menduga, seandainya bukan karena itu, tentu mereka tidak mau menerima apa-apa darinya, padahal sesungguhnya dia telah dijerumuskan oleh setan, sedang dirinya tidak merasakan! Atau, barangkali pula ia hanya mau menghormati orang yang mau membenarkan tindakannya, dan hanya mau berbuat baik kepada orang yang memuji urusannya, tetapi sebaliknya justru menarik diri dari orang yang berseberangan paham dengannya, bersikap kasar kepada orang yang mengambil faedah darri orang lain selain dirinya; mendurhakai orang yang tidak sejalan dengan keinginan nafsunya; dan merasa tersinggung dengan orang yang menolak kata-katanya dengan sikap penuh  keangkuhan dan kemarahan demi membela dirinya, padahal ia telah terperdaya sedang ia tidak menyadari!.



Kemudian dari itu, di kalangan teman-temannya, barangkali ia tidak memandang sama dalam menghargai mereka. Ia lebih mengutamakan sebagian di antara  merreka daripada sebagian yang lain. Barangkali hanya yang bersikap lebih baik kepadanya, yang lebih cocok dengan keinginan hawa nafsunya, yang lebih mengagumi dan lebih menganggap indah kesibukannya di antara mereka, itulah mungkin yang patut di hormati dan dihargai menurut penilaiannya. Sikap semacam inilah yang termasuk di antara hal terenbunyi di balik jiwa, padahal orang berilmu dalam kelalaian terhadapnya sedang ia tidak merasakan! Atau barangkali ia telah menghabiskan umurnya atau sebagian dari umurnya dalam kepalsuan, demi untuk mendapatkan imbalan dari orang lain, padahal ia terperdaya sedang ia tidak menyadari! Atau barangkali ia terlanjur jauh dalam omongannya, sehingga banyak orang yang mengingkari dan mencela perbuatannya, sebanyak orang gyang mendukung perbuatannya dan mau berbaik sangka kepadanya sebagaimana ia berbaik sangka kepada dirinya, di samping masih banyak pula yang tidak mengetahui tentang dirinya sebagaimana ia tidak mengetahui tentang penyakit-penyakit jiwanya. Lebih celaka lagi, ternyata ia tidak menyadari tentang berbeda-bedanya tanggapan orang kepadanya, ia hanya tahu dan sangat takjub kepada orang-orang yang mau menerima dan mendengarkannya. 


Padahal itulah bencana ilmu, sedang ia tidak merasakan! Dan orang yang berjiwa seperti ini, bila ia sudah berhasil mencapai cita-citanya kepda kebenaran dan kepopuleran, biasanya akan mudah menganggap remeh sesuatu yang tidak berhubungan dengannya, menganggap bodoh orang yang tidak memahami ilmunya dan melecehkan orang yang tidak mau seperti dirinya, padahal orang-orang yang berjiwa demikian tidak mengetahui bahwa mereka terperdaya, namun mereka tidak menyadari! Ingat, sesungguhnya setan selalu menganggap tidak berarti keberhasilan yang telah ia lakukan dalam meneipu manusia, sehingga ia senantiasa memperbarui perangkap-perangkapnya yang mematikan.


Selanjutnya, barangkali ia mendatangi orang besar dan terpandang di antara mereka sebagai juru nasihat baginya, sehingga terlintas di dalam hatinya, ucapan : “Engkau telah diberi bagian dari ilmu dan al hamdu lillah engkau telah mengambil bagian itu, lalu kenapa engkau sedih terhadap ketenaran, takut terseret kepada fitnah dan takut beramal dengan ilmu. Celakalah dirinya, sesungguhnya ia telah ditipu dan di dorong kepada kebinasaan sedang ia tidak menyadari! Ketika itu setiap orang memisahkan diri dari pemuka-pemuka mereka pada kelompok yang mereka ikuti sejak dirinya belum bisa apa-apa, dan ia memisahkan diri karena merasa telah meraik cukup ilmu dan ibadah, padahal ia tidak mengetahui bahwa sesungguhnya ia telah diperdaya.


 Sebab, tatkala itu, setanlah yang berperan besar memperselisihkan di antara keinginan mereka, memisahkan kekompakan meraka, memecahbelah persatuan mereka, dan menjadikan meraka berkelompok-kelompok. Setan menghiasi setiap kelompok pada urusannya, dan memebnarkan di mata mereka keadaan kelompok lain sehingga jadilah mereka saling menyesatkan, saling menunjukan kesalahan, dan saling mengemukakan argumentasi di antara mereka sebagaimana layaknya orang yang memberi nasihat. Akhirnya, terjebaklah mereka semua dalam tipu muslihat sedang mereka tidak menyadari! Atau barangkali suatu kelompok akan menonjolkan apa yang ada di dalam jiwa mereka, mencari-cari kesalahan, membongkar aib, bersuka ria dengan ghibah, mengumbar ucapan palsu, serta saling melempar tuduhan. Sebagian dari mereka menuduh sebagian lain dalam pekara besar, bahkan sampai kepada saling menganggap kafir dan sesat. Itulah di antara bencana ilmu, semoga Allah SWT melindungi kita sekalian dari musibah yang menimpa mereka.


Saudara sekalian! Seandainya tiap-tiap golongan di antara mereka menyibukan diri, membawa dan menempatkan diri mereka pada tempat-tempat yang membuat mereka bisa mengambil faedah dari orang lain, dan benar-benar menuntut ilmu dari para ahlinya, tentu mereka berhak untuk mendapatkan pahala. Tetapi celakalah mereka, karena setan telah berhasil menyeret mereka ke lembah kebencian. Setan telah menipu mereka dengan umpan-umpan kebaikan, dan telah berhasil menjebak mereka di jantung kejahatan. 


Sesungguhnya setan benar-benar telah menjatuhkan mereka dengan tipu dayanya pada dasar jurang yang dalam. Setan telah mengumpulkan mereka pada sebuah kapal yang terombang-ambing oleh ombak, sedang mereka tidak menyadari perangkap setan itu serta buta terhadap penyakit-penyakit jiwa, kecuali orang yang diberi perlindungan oleh Allah SWT. Demi Tuhan, seandainya mereka dibangunkan dari lelap kelalaian, diingatkan akan buaian hawa nafsu, apalagi bila mereka mengenal tentang penyakit-penyakit hati serta keinginan-keinginan tersembunyi, lalu merenungi keadaan mereka dan menasehati diri mereka, tentu mereka akan menyadari bahwa ketidakbenaran dan menyembunyian kebajikan adalah perbuatan paling utama dan paling dekat kepada Allah SWT.


 Dan merekapun akan mendapatkan jiwa-jiwa mereka merasa sesak karena telah terbongkar kejahatannya, telah terlanjur menganggap bagus apa yang nampak di anatara amal kebajikannya, telah terlanjur manjauhi perbuatan yang murni, telah terlanjur membenci sebagian besar di antara hak-hak Tuhan-nya, telah terlanjur menganggap rendah sikap wara’ dalam semua keadaan, telah terlanjur memaksa akal mereka bergumul dengan kotoran syahwat, dan yang lebih parah lagi, karena telah terlanjur menagguhkan inabah dari keburukan rahasianya. Mereka merasa bahwa kini mereka telah terjebak dalam lingkaran penyakit-penyakit jiwa di mana ilmu mereka tidak mampu mendeteksinya, namun mereka belum juga tersadar dari buaian hawa nafsu untuk mengetahui betapa butuhnya mereka kepada inabah dari perbuatan yang mereka anggap baik, lalu mencari pahala untuk diri mereka. Kalau begitu, barangkali siksaan lebih layak untuk mereka terima.


Ingatlah apa yang telah aku sebutkan untuk kalian di antara penyakit-penyakit jiwa dan perangkap-peangkap setan, karena di antara perkataan dan pebuatan yang tersembunyi pada diri kita terdapat hawa nafsu serta keinginan rendahnya. Oleh karena itu, terimalaha nasihat orang yang prihatin terhadap nasibmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oelh Yang Maha Mentahui, Allah-lah yang menjadi saksi atas apa-apa yang engkau kerjakan.

 Semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui tuntunan Muhammad saw, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar