terjemahan kitab
ar-Risalatul-Qushayriyya (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 2: makna rahasia istilah dalam tasawuf
judul 14 Sitr Dan Tajalli
Orang awam berada dalam tutup (sitr atau di kitab al hikam di sebut satir).
Dan orang khawash berada dalam keabadian manifestasi (tajalli).
Dalam suatu hadis di katakan bahwa, Allah swt apa bila telah bertajalli terhadap sesuatu, maka sesuatu itu khusyu’ (tunduk) kepada-Nya.
Orang yang berada dalam tahap sitr memakai sifat penyaksiannya. Dan orang yang berada dalam tahap tajjali, selamanya di sertai sifat khusyu’nya.
Sitr bagi awam merupakan siksaan,
dan bagi khawash (kalangan khusus dalam ruhani) merupakan rahmat.
Sebab tanpa tertutupi apa yang tersingkap dalam diri mereka, niscaya akan musnah di sisi Yang Maha Diraja Hakikat. Namun, sebagaimana tampak pada diri mereka, apa yang tersingkappun tertutup pada mereka.
Manshur al-Maghriby berkata:
“Aku menemui salah seorang fakir dalam kehidupan orang Arab, di antaranya terdapat seorang pemuda. Pemuda itu melayani sang fakir. Tiba-tiba pemuda itu pingsan. Lalu si fakir bertanya tentang keadaannya. Maka orang-orang di situ menjelaskan:
“Ia memiliki keponakan wanita, dan ia sangat cinta kepadanya. Lalu gadis itu berjalan di kemahnya, tiba-tiba pemuda itu melihat gadis yang kumal berdebu.
Kemudian pemuda itupun pingsan”
Lantas si fakir berlalu menuju pintu kemah, sambil berkata kepada anak gadis itu.
“Sesuatu yang asing bagimu, menjadi tutup dan cacian. Aku datang hendak menolongmu berkenaan dengan pemuda ini. Maka sebaiknya engkau kasihan terhadap apa yang ada pada dirinya, dari cintanya kepada dirimu” Lalu gadis itu berucap “Subhanallah!” Engkau orang yang berhati sehat. Sebenarnya ia tidak tahan melihat kekumalanku, lalu bagaimana ia kuat menemaniku?”
Kehidupan orang-orang awam itu berada dalam penampakan (tajalli), sementara cobaan mereka ada dalam ketertutupan (sitr). Bagi orang-orang khawash, mereka selalu berada di antara sikap ketidak peduliannya dan kehidupan nyata. Karena ketika menampakkan diri kepada mereka, justru mereka acuh, namun ketika mereka tertutup, maka mereka di kembalikan pada dunia, sehingga mereka hidup.
Ada yang mengatakan, ketika Allah swt. berfirman kepada Musa,
“Apa yang ada pada tanganmu wahai Musa.” (Alqur-an surat. Thaaha ayat 17), itu justru agar Musa tertutupi sebagian apa yang menjadi sebab langsung yang berpengaruh akibat mukasyafah, lewat kejutan penyimakan.
Mohon ampunan itu sendiri merupakan upaya pencarian sitr. Dan ampunan (maghfirah) adalah sitr. Seakan-akan ia mengabarkan, bahwa ia mencari sitr pada hatinya ketika di datangi keperkasaan hakikat. Sebab bagi makhluk, tidak sedikit pun ada keabadian di sisi Wujud Al-Haq. Dalam hadis di sebutkan: “Apa bila di buka Wajah-Nya, pastilah kesucian Wajah-Nya (Cahaya-Nya) membakar apa yang di lihat oleh pandangannya.” (Hadis riwayat Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar