Senin, 15 November 2021

Wasiat ke 3 Meninggalkan perkara mubah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah

(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)


Wasiat ke 3

Meninggalkan perkara mubah



(وَاتْرُكِ الْمُبَاحَاتِ طَلَبًا لَتَرَقِّى الْمَقَامَاتِ الْعَلِيَّةِ)


“Dan tinggalkanlah olehmu perkara mubah karena untuk meraih derajat yang luhur”

(Untuk mencapai drajat atau makom yang luhur itu tidak hanya harus meninggalkan semua yang haram dan makruh tapi juga harus meninggalkan yang mubah.

Muba itu berarti boleh. Yaitu boleh dalam pengertian bahasa Indonesia, bukan dalam bahasa Melayu)


قال سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى : "لايصح لمريد قدم فى الإرادة حتى يترك فعل المباحات ويجعل مكان كل مباح تركه مأمورا شرعيا من مندوب أو أولى ويجتنب المباح كأنه منهي عنه كراهة تنزيه"


 


Tuanku ‘Aliy Al-Murshifiy rahimahullahu Ta’ala berkata:

“Tidak sah bagi seorang murid (orang yang mengharapkan) derajat luhur hingga ia meninggalkan perkara mubah dan mengganti kedudukan setiap perkara mubah yang di tinggalkannya dengan perkara yang di perintah syara’ berupa perkara yang di sunnahkan atau ‘amal yang lebih utama, serta menjauh dari perkara mubah seolah-olah hal itu merupakan larangan berupa makruh tanzih”

(Dengan kata lain seseorang yang belum mengganti perkara mubah (yang sia sia) dengan perkara yang di sunnahkan maka tidak dapat di sebut murid atau salik, dia tidak sedang berjalan menuju allah)


 


وقد أجمعوا على أن كل من مهد لنفسه ارتكاب الرخص دون العزائم لا يجيء منه شيء فى الطريق.


 


Para ‘ulama’ sepakat bahwa setiap orang yang mempersiapkan dirinya untuk menempuh jalan rukhshah (yang ringan) bukan yang berat, hendaknya tidak ada suatupun yang datang di tengah-tengah perjalanannya menuju Allah.

(Maksudnya adalah jika memang dia sedang berjalan menuju Allah maka pasti dia meninggalkan semua ketertarikannya kepada segala perkara selain allah)

 


وقال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : ما جعل الله تعالى المباح إلا تنفيسا لبنى آدم عليه الصلاة والسلام من مشقة التكليف حين ركب الله تعالى فى ذواتهم الملل من التكاليف، ولو أن الله تعالى لم يركب فى ذواتهم الملل لم يشرع لهم المباح كما فعل بالملائكة لأنهم لايعرفون الملل طعما، فلذلك كانوا يسبحون الليل والنهار (لَا يَفْتُرُوْنَ)،


 


Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata:

“Allah Ta’ala tidaklah menjadikan perkara mubah kecuali untuk memberi kemurahan bagi anak Adam ‘alaihissalam dari beratnya beban di kala Allah Ta’ala meletakkan rasa bosan pada diri mereka dari beberapa beban. Seandainya Allah Ta’ala tidak meletakkan rasa bosan pada diri mereka, tentu Dia tidak akan memberlakukan hukum mubah kepada mereka sebagaimana apa yang berlaku bagi para malaikat, karena mereka tidak pernah mengenal bosan, dan karena itulah mereka sentiasa bertasbih siang dan malam tanpa henti”.



قال ولما كان القوم من شأنهم الأخذ بالعزائم دون الرخص طلبا للترقى كما هو معلوم من أحوالهم طلبوا من المريدين العمل على تقليل المباحات جهدهم ويجعلون مكان ذلك طاعة يثابون عليها،


 


‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata:

"Ketika para ‘ulama’ memilih menempuh jalan yang berat, bukan yang ringan demi menggapai derajat luhur sebagaimana hal itu dapat di ketahui dari keadaan mereka, merekapun menuntut murid-muridnya untuk ber’amal mengurangi pekerjaan mubah semampu mereka dan menggantinya dengan keta’atan sehingga mereka mendapatkan pahala atasnya.


 


فإن لم يجدوا طاعة نووا بالمباح من أكل وكلام خيرا كالتقوى على العبادات بأكل تلك الشهوة وزوال العبوسة بمباسطة اخوانهم ببعض كلامهم ونحو ذلك، وأخذوا المريد بالنوم من غير ضرورة، وبالأكل من غير جوع، وبالكلام من غير حاجة، وبمخالطة الناس ألا لضرورة، فأرادوا أن يثاب مريدهم ثواب الواجبات فى سائر أحواله، فيأكل حين يجب عليه الأكل، ويتكلم حين يجب عليه الكلام مثلا، فإن نزل على ذلك فلا ينزل عن الإستحباب، فيأكل حين يستحب الأكل، ويتكلم حين يستحب الكلام،


 


Lalu apa bila mereka tidak menemukan keta’atan (sebagai gantinya), mereka berniat dalam mengerjakan pekerjaan mubah seperti makan dan berbicara dengan niat yang baik, seperti mencari kekuatan untuk ‘ibadah dengan makan makanan yang di senangi, atau menghilangkan sikap cemberut dengan membahagiakan saudara-saudara mereka dengan sebagian pembicaraan dan lain sebagainya. Dan mereka menekankan kepada murid-muridnya untuk tidak tidur kecuali dalam keadaan darurat, tidak makan kecuali bila telah lapar, tidak berbicara kecuali bila di butuhkan dan tidak bergaul dengan orang-orang kecuali terpaksa. Karena mereka berharap agar murid-muridnya mendapatkan pahala seperti pahala mengerjakan kewajiban di dalam setiap langkah-langkahnya. Misalnya, para murid baru makan bila tiba saatnya wajib makan dan berbicara bila tiba saatnya wajib bicara. Sebab jika merosot dari perkara wajib, tidak sampai merosot dari perkara sunnat, hingga akhirnya mereka makan bila tiba saat di sunnatkannya makan dan berbicara bila tiba saat di sunnatkannya berbicara.


 


وكذلك آخذوا المريد بالنسيان وبالاحتلام ويمد الرجل فى ليل او نهار إلا لحاجة، وآخذوه بالخواطر ولو لم تستقر، وآخذوه بأكل الشهوات المباحات لكونها توقف على الترقى.


 


Demikian pula, mereka menekankan kepada murid-muridnya agar lupa makan, tidak mimpi basah dan tidak menjulurkan kakinya di waktu siang atau malam hari kecuali karena ada hajat. Menekankan kepada mereka agar mengendalikan bisikan hati walaupun belum bisa terarah, dan menekankan kepada mereka agar tidak makan makanan mubah yang di senangi, karena hal itu dapat menghentikan perjalanannya menuju derajat luhur.


 


وفى زبور السيد داود عليه السلام : "يا داود حذر وأنذر قومك عن أكل الشهوات، فإن قلوب أهل الشهوات محجوبة عنى"


 


Di dalam kitab Zaburnya Nabi Dawud ‘alaihissalam di firmankan:

“Wahai Dawud! Peringatkanlah dan takut-takutilah kaummu dari makan makanan yang di senangi, karena sesungguhnya orang yang ahli menuruti kesenangan hatinya akan terhalang dari-Ku”


 


وكما أن أكل الشهوات يطرد العبد عن حضرة الله تعالى فكذلك مد الرجل من غير حاجة بجامع سوء الأدب.


 


Sebagaimana halnya memakan makanan yang di senangi dapat menjauhkan seorang hamba dari hadirat Allah Ta’ala, demikian pula menjulurkan kaki dengan segala adab yang buruk tanpa ada hajat.


 


وقال أيضا : لايبلغ  المريد مقام الصدق  حتى يزيد فى تعظيم أمر الله تعالى ونهيه فيفعل المندوب كأنه واجب، ويجتنب المكروه كأنه حرام، ويجتنب الحرام كأنه كفر وينوى بجميع المباحات خيرا ليثاب على ذلك، فينوى بالنوم فى القيلولة التقوى على قيام الليل، ويتناول بعض الشهوات لمداواة نفسه إذا نفرت من العبادات بالكلية، فإن لسان حال النفس يقول لصاحبها : كن معى فى بعض اغراضى وإلا صرعتك، وكذلك ينوى بلباس الثياب الفاخرة إظهار نعمة الله تعالى دون الحظوظ النفسانية، وكذلك يأكل الزائد من الطعام البارد الحلو من الشراب لأجل استجابة أعضائه ليشكر الله تعالى بعزم،


 


Dan tuanku ‘Aliy Al-Khowwash juga berkata:

"Seorang murid (penempuh jalan menuju Allah Ta’ala) tidak akan sampai pada maqam sidiq hingga ia memperbesar rasa mengagungkan perintah dan larangan Allah Ta’ala, lalu menjalankan sunnah seolah-olah itu adalah kewajiban, meninggalkan kemakruhan seolah-olah itu adalah keharaman dan menjauhi keharaman seolah-olah itu adalah kekufuran. Dan berniat dalam segala perbuatan mubah dengan niat yang baik agar mendapatkan pahala atas hal tersebut, seperti tidur di waktu qoilulah (di tengah hari) dengan niat untuk mencari kekuatan ‘ibadah di malam hari, dan memenuhi sebagian keinginan hati karena untuk mengobati nafsunya ketika enggan ber’ibadah secara keseluruhan, karena sesungguhnya lisan nafsu berkata kepada tuannya, “Patuhlah engkau kepadaku di dalam memenuhi sebagian keinginanku, sebab bila tidak aku akan membantingmu”. Begitu pula dengan mengenakan pakaian indah, hendaknya berniat karena menampakkan nikmat Allah Ta’ala, bukan karena menuruti hawa nafsu, dan juga dengan memakan makanan enak, meminum minuman manis dan segar hendaknya di niatkan karena untuk memenuhi kebutuhan raganya agar dapat bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan kokoh.


 


وقد كان أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول لأصحابه :"كلوا من أطيب الطعام واشربوا من ألذ الشراب وناموا على أوطاء الفراش والبسوا ألين الثياب فإن أحدكم إذا فعل ذلك وقال الحمد لله يستجيب كل عضو فيه للشكر، بخلاف ما إذا أكل خبز الشعير بالملح ولبس العباءة ونام على الأرض وشرب الماء المالح السخن وقال الحمد لله فإنه يقول ذلك وعنده اشمئزاز وبعض سخط على مقدور الله تعالى، ولو أنه نظر بعين البصيرة  لوجد الاشمئزاز والسخط الذى عنده يرحج فى الإثم على من تمتع بالدنيا بيقين، فإن المتمتع بالدنيا  فعل ما أباحه الحق تعالى، ومن كان عنده اشمئزاز وسخط فقد فعل ما حرمه الحق عز وجل" وافعل ذلك يا أخى.


 


🔴Abu Al-Hasan As-Syadzili rahimahullahu Ta’ala berkata kepada murid-muridnya: “Makanlah oleh kalian makanan yang paling lezat, minumlah minuman yang paling nikmat, tidurlah di atas alas tidur yang paling halus dan pakailah pakaian yang paling lembut, karena apa bila salah seorang dari kalian melakukan hal itu dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka seluruh tubuh akan menjawab karena bersyukur. 

Berbeda dengan orang yang makan roti gandum dengan garam, memakai pakaian kasar, tidur beralaskan tanah, minum air tawar yang di masak dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka sesungguhnya ia mengucapkan Alhamdulillah, namun jiwanya merasa, muak dan marah atas apa yang telah di taqdirkan Allah Ta’ala. 

Seandainya ia dapat melihat dengan mata bathinnya, tentu ia akan menemukan sikap jiwanya yang muak dan marah itu, yang mana hal tersebut lebih berdosa dari pada orang yang murni bersenang-senang dengan kenikmatan dunia, 

karena orang yang bersenang-senang dengan kenikmatan dunia masih tergolong melakukan sesuatu yang di mubahkan Allah Al Haqq Ta’ala, 

sedangkan orang yang jiwanya merasa muak dan marah, sungguh ia telah melakukan perkara yang di haramkan oleh Allah Al-Haqq ‘Azza wa Jalla”


Kerjakannlah qaul itu wahai saudaraku!

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Alhamdulillah, wasiat ke 3 ini habis sampai di sini,

Dan kita sambung dengan

Catatan penting berupa tambahan admin dan sedikit muhasabah kebangsaan:


Perkataan Abul Hasan Asy sazili di atas itu artinya bagus, tapi bagi yang tidak paham maksudnya justru akan membatalkan perjalananya dalam menuju Allah karna ketidak pahamanya terhadap maksud Asy sazili itu,

Semoga allah melimpahkan Rahmad kepadanya, dan segala puji hanya bagi Allah SWT, Allah humma solliala sayyidina Muhammad wa ala alisayyidina Muhammad.


Ucapan Abu Al-Hasan As-Syadzili rahimahullahu Ta’ala di atas tadi (yang kami di beri tanda Mera: "🔴") seolah olah bertentangan dengan prinsip memfanahkan diri, maka jangan sampai salah mengertinya.

Maksud ucapanya itu adalah:

Bersenang senang dengan dunia, itu maksudnya adalah menikmati yang di berikan allah secara halal kepadamu dan pada saat yang sama di sertai kesadaran batin memuji Allah yang telah mengkaruniakanya, bukan bersenang senang dengan dunia dalam arti melakukan segala perkara yang di haramkan untuk mencapai kepuasan nafsu) 

Dan maksud lainya adalah:

Menikmati pemberian allah (yang halal) dengan penuh rasa syukur itu lebi baik dari pada berpura pura melepaskan kesenangan dunia namun di dalam hati tetap merasa muak benci dan mara terhadap keadaan itu. Maka janganlah engkau hanya berpura pura, tapi usahakanlah supaya hati relah menerimanya

Dan ketahuilah bahwa:

Untuk belajar melepas memang harus melepas

Kita tidak bisa belajar melepas supaya bisa melepas tapi tangan tetap menggenggamnya karna itu adalah kebohongan semata,

Untuk bisa melepas itulah kita harus belajar melepas, dan dalam masa belajar melepas itu maka pasti merasakan bahwa hati tidak relah melepaskanya, tapi itulah yang harus di lawan sampai allah melepaskan hati dari perkara duniawi itu, sehingga hati tidak muak mara dan benci lagi terhadap keadaan kekurangan itu. 

Yang membuat hati relah adalah allah semata karna memang hanya Dialah mukolibal qolbi (sang pembolak balik hati). dari pada berkata seperti ucapan Abul Al-Hasan As-Syadzili di atas itu, saya (admin halaman / web ini) lebi senang mengatakan:

"Fanahkanlah dirimu dengan berusaha mengeluarkan segala perkara duniawi dari hatimu sehingga yang tersisa di Sana hanya Allah semata, dan tidak usah perdulikan hatimu yang rela ataupun tidak rela dalam perkara melepaskan dunia, tapi lakukan saja itu dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun dari allah ta'alah (termasuk tidak mengharapkan pahala & syurga), karna  rela atau tidaknya hati itu hanya tergantung pada kehendak allah semata, jika Allah berkehendak hatimu rela maka hatimu akan rela jika Allah tidak berkehendak tidak rela maka hatimu tidak akan relah. Usahakan saja mengeluarkan segala perkara selain Allah dari hatimu sekalipun hatimu tidak rela (karna yang mengendalikan hati itu bukanlah dirimu, tapi Allah-lah sang pembolak Bali hati (muqolillbal qolbi) lakukanlah itu sebagai bukti bagimu kepada allah bahwa kau bersungguh sunggu hanya menginginkan Dia, hanya menuju padanya sekalipun kau hanya bisa berjalan saja, bahkan merangkak, bahkan merayap di jalan menuju padanya itu, allah tidak akan membiarkan hambanya terus menangis karna seakan merasa sudah tidak kuat lagi menahan rasa rindu padaNya.


Mengeluarkan dunia dari hati bukan berarti membuangnya, karna jika kau membuang semua harta bendamu maka anak istrimu akan makan apa? Tapi mengeluarkan dunia dari hati adalah tidak mencintai dunia,

Biarkanlah harta yang telah allah berikan tapi jangan kau masukan di hati dengan cara mencintainya.

Dan alangkah sangat lebih baiknya jika punya harta yang lebi itu di sedekahkan, infak, menyantuni yatim dan jompo, membatuh yang tidak mampu, dan lain lain, bukan justru menumpuk harta dengan rakus bahkan mencuri merampok membegal korupsi menjual narkoba pesugihan prostitusi dan lain lain.


Indonesia merindukan figur artis aktor pejabat dan konlomerat bahkan milyarder yang seperti ini, karna sudah lama Indonesia kehilangan figur yang baik,

negara kita seakan akan di ambang kehancuran,

kejahatan di mana mana, 

Pejabat menjadi contoh korupsinya, artis dulunya juga menjadi contoh prostitusi onlinenya (entah sekarang Masi ada atau tidak) dan banyak lagi aktris dan aktor yang memberi contoh memakai dan menjual narkoba, dan itu di tayangkan di tv, di tonton oleh orang yang tidak punya pendidikan yang bodoh tolol dongok gak punya otak, atau pandai tapi rakus harta dan rakus kenikmatan nafsu dunia sehingga mereka mencontoh semua itu,

Wahai Indonesiaku apa yang sedang kau bangun??

Keindahan masa depan?? ataukah jurang kehancuran masa depan??

Apa yang di rasakan rosul saw jika dia menyaksikan ini??

Rosul tidak mati, dia Masi hidup hanya saja hidupnya di alam lain, tapi dia sering turun kebumi menumui para waliallah. Baik secara zhahir maupun dalam bentuk bayi hatinya.

Karna dia turun ke bumi maka pasti dia tau perbuatan kita para umatnya ini, tidak malukah kita kepada beliau, dan lebih dari pada itu Allah ada di mana mana maha tau dan maha melihat, tidak malukah kita kepadaNya??

Rosul bersabda:

"Malulah engkau kepada Allah layaknya engkau malu kepada tetanggamu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar