Dzat segala sesuatu tiada selain Allah inilah Sempurna
Penghambaan atau Sempurna Pemurnian Tanpa Warna sebagai tingkatan
Ruhani tertinggi dengan tanpa sambungan. Suatu tingkatan tanpa
Nama, kerana semua Sifat, Semua Nama, dan semua Af’aal sudah tidak ada.
Bahkan dalam tingkat kehambaan ini, semua tentang keTauhidan hanya
dapat dilakukan oleh Allah Swt Mengenal Allah dengan Allah Inilah Maqam Nabi Muhammad SAW, Maqam tanpa tapal batas, Maqam Kebingungan kebingunan Illahi
Maqam dimana semua yang baru termusnahkan dalam kedekatan yang Hakiki sebagai kedekatan bukan dalam pengertian Ruang dan Waktu, tempat dan posisi. Di Maqam ini pula semua kebingungan, semua ketiadaan, termurnikan kembali sebagai yang menyaksikan dengan pra Ketika Salik termurnikan di Samudera Penghambaan, maka ia terbaqakan didalam-Nya adalah sebagai hamba Allah Semata. Maka, di Samudera Penghambaan ini menangislah Semua Hati yang Menjadi Rahsia yang paling Rahsia
Aku menangis bukan kerana Cintaku pada-Mu dan CintaMu padaku,
atau kerinduan yang menggelegak dan bergejolak yang tak mampu
Aku tanggung dan diungkapkan.
Tapi, aku menangis kerana Aku tak akan pernah mampu merengkuh-Mu.
Engkau sudah nyatakan Diri-Mu Sendiri bahwa semua Makhluk akan
musnah kalau Engkau tampakkan wajah-Mu.
Engkau katakan juga, Tidak ada yang serupa dengan-Mu.
Lantas, bagaimanakah Aku tanpa-Mu,
Padahal sudah Aku hancur leburkan DiriKU kerana-Mu.
Aku menangis kerana Aku tak kan pernah boleh menyatu dengan-Mu.
Sebab,
DiriMu hanya tersingkap oleh Dirimu Sendiri
DiaMu hanya tersingkap oleh DiaMu Sendiri
EngkauMu hanya tersingkap oleh EngkauMu Sendiri,
Sebab,
Engkau Yang Mendiri adalah Engkau Yang Sendiri
Engkau Yang Sendiri adalah Engkau Yang Tak Perlu Kekasih
Engkau Yang Esa adalah Engkau Yang Esa
Engkau Yang Satu adalah Engkau Yang Satu.
Maka dalam ketenangan kemilau membutakan Samudera PemurnianMu,
biarkan Aku memandangMu dengan cintaMu,
menjadi sekadar hambaMu dengan redhaMu,
seperti Muhammad yang menjadi Abdullah KekasihMu.
Penghuraian Tauhid yang dilakukan oleh Guru Murshid memang didasarkan
pada langkah-langkah penempuhan yang lebih Sempurna. Oleh kerana
penTauhid sebenarnya adalah Rahsia dan Ruh dari Makrifat, maka dalam
setiap tingkatan yang diuraikan menjadi Tauhid Af’aal, Asma, Sifat dan Dzat sang salik diharapkan dapat merasakan dan menyaksikan Tauhid yang
lebih Sempurna maupun khusus, yang diperoleh dari melayari keempat Samudera
Tauhid tersebut. Hasil Akhirnya , kalau tidak ada penyimpangan yang sangat
mendasar, sebenarnya serupa dengan pengalaman Makrifat para sufi lainnya
yakni pengertian bahwa hujung dari Makrifat semata-mata adalah Mentauhidkan
Allah sebagai Yang Maha Esa dengan penyaksian dan keimanan yang lebih
Mantap sebagai tiada hamba Allah yang Wujud Allah Semata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar