kajian kitab barencong (datu sanggul)
Dua kalimah syahadat itu ada dua bagian : pertama yang di sebut syahadat tauhid, kedua syahadat rasul.
Dua kalimah syahadah itu kita sudah maklum yang artinya menurut logat umum ialah aku naik saksi tiada tuhan melainkan allah. Dan aku naik saksi bahwasannya Muhammad itu utusan Allah.
Maksudnya ialah : yang di namakan tuhan itu ialah kenyataan adanya hidup kita pribadi. Sebab sebenar-benarnya yang kita sebut itu (seluru mahluk / aku) tidak ada. Itulah di sebut tiada tuhan (lain) yang menetapkan kecuali hanya hidup kita pribadi (tapi ini hanya bagi yang sedang fana, yang sadar dan masi ada akunya haram menyebutkan ini)
🖋️tambahan admin.
yang di namakan tuhan itu adalah allah yang nyatanya ada pada hidup seluruh mahluknya. Sebab sebenar-benarnya kita ini tidak ada tapi yang ada hanyalah allah.
sehingga diri kita, seluruh mahluk seluruh alam itu adalah allah. sebab allah tidak menciptakan mahluknya dengan wujud terpisa dari wujudNYA, sehingga wujud mahluk hanya numpang atau berganting atau kembali pada wujud allah. Sehingga segala sesuatupun adalah allah, inilah penjelasan dari allah sebagai zat wajibul wujud.
Sebab yang menyebut itu juga yang di nyebut atau yang menyaksikan itu juga yang di saksikan. Berdasarkan dalil alQur’an dan al-Hadist:
al-insanu sari wa ana sirrohu.
Artinya : insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya.
Dan lagi firmannya : al-insan sirri wa ana sirri sifatin wa sifatun ligoirih,
artinya : insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku, dan sifatku itu tiada lain dari aku jua.
Jadi nyatalah kepada kita bahwa allah, Muhammad, adam (insan) adalah satu yaitu allah. Insan kamil pun adalah allah jua.
Adam dan Muhammad pun pada hakikatnya adalah allah. Jadi pada hakikatnya manusia ini adalah tuhan (dalam rahasia) atau rahasia dalam ketuhanan yaitu dalam bentuk sifat dan kehendak yang kembali pada sifat dan kehendak allah jua.
Johiro abdi bathinu abdi
artinya : "pemeliharaan tuhan pada bathin tuhannya"
yakni kepada ilmu hakikat kenyataannya, adanya tiadanya dan Esanya:
huwal awwalu wal ahiru wadzohiro wal bathinu wahuwa ala kulli sya’in qadir.
"Dia yang awal dia yang akhir, dia yang johir dia yang batin.
Adapun yang di namakan Muhammad itu bukannya Muhammad yang di Madinah. Tetapi yang sebenarnya ialah cahaya allah yaitu ruh yang allah tiupkan ke dalam batin manusia, sehingga dengan kata lain muhammad itu adalah ruh atau cahaya batin
Itulah sebabnya manusia di akui allah sebagai utusan, sebab cahaya kita itu pertanda adanyanya tuhan. (tidak mungkin ada yang di berikan tanpa ada yang memberinya)
🖋️tambahan admin:
tapi ini hanya terbatas pada yang sudah berada di makom wahdatul wujud, itulah jangan sembarang mengaku bahwa aku adalah muhammad, tapi berusahala dulu supaya mencapai makom wahdatul wujud ini, karna yang belum sampai ke wahdatul wujud pasti akan salah mengerti perkataan bahwa: aku adalah muhammad),
kembali ke kajian:
Masalahnya adalah begini:
apa bila kita benar-benar sampai kepada tuhan, dan utusan tuhan keluar dari diri kita maka barang siapa percaya mendapat kasih ampunan tuhan. (tambahan admin: tapi percaya ini harus di sertai rasa dan penyaksian pada allah karna rasa dan penyaksian itu adalah petunjuk yang sebenarnya)
Apa bila sudah menerima petunjuk yang demikian itu. harap hati-hati dan waspadalah di dalam hati. karna hidup kita ini adalah anugrah karna telah di berikan ilmu sehingga berserta ilmu itu kita di tarik allah hingga wusul Artinya:
ilmu dan penyaksian itu adalah anugrah, yang menjelaskan dan memperlihatkan tuhan dan si hamba. yang menjadi senyawa di dalam badan jasad. Janganlah sak dan ragu lagi.
firman allah:
"aku adalah suatu perbendaharaan yang tersembunyi, aku ingin di kenal, maka ku jadikan makhluk, supaya mereka mengenal aku dengan aku"
Maka di sinilah kita membuatkan cita-cita yaitu : yang di sebut jam-ul himmah dan ada lagi sebuah hadist yang berbunyi.
Mal’lam yazuq lam yarif,
artinya barang siapa belum pernah merasai, maka belumlah ia akan tahu,
dan lagi sebuah hadist yang berbunyi : Mal-lam bizuq lam yadir,
artinya : barang siapa tiada merasai niscaya tiadalah ia mendapat dan tiada beroleh maqam arifinbillah,
jadi dalam tingkat ini siapa tiada merasai dengan rasanya niscaya ia bergemilang dalam dosa durhaka kepada tuhan dan kepada rasulullah saw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar