Sabtu, 05 Februari 2022

64. SAKSI DAN PENYAKSIAN


kajian kitab barencong (datu sanggul)


Yang di namakan kesaksian ialah di waktu menyampaikan ajaran, supaya di saksikan oleh sanak saudara kita sesama muslim. Yaitu semua titah yang di titahkan di dalam alam dunia ini di antaranya seperti bumi, langit, bulan, bintang, matahari, api, angin, air, tana dan udara dan lain-lainnya. Semuanya menjadi saksi dan menyaksikan bahwa kita sekarang ini mengakui berdirinya dan adanya tuhan dan jadinya hamba Tuhan.


tambahan admin:

dari berbagai kitab yang kami baca:

penyaksian itu adalah menyaksikan allah dengan mata batin. jadi penyaksian itu bukan mengajarkan kepada orang supaya menyaksikan, karna manusia tidak bisa membuat manusia lainya untuk menyaksikan allah, hanya allah sendirilah yang bisa berbuat itu.

yang penyaksian adalah menyaksikan allah dengan mata batin. dan inilah yang pungsi mata batin yang sesungguhnya yaitu menyaksikan allah dengan keelokan, ke-esahan, dan semua kesempurnaanya, serta menyaksikan bahwa muhammad itu adalah utusan allah. maksudnya adalah kau menjadi muhammad di kala itu, karna yang kau rasa dan kau lihat itu adalah memakai kesadaran ruh, dan nama segala ruh itu adalah muhammad. mata batin itu bukan untuk melihat hantu, dedemit, lelembut, gudruo, kuntilanak, pocong, jin dan alam jin, bukan juga untuk melihat masa lalu dan masa depan sehingga bisa meramal, bukan juga untuk melihat rahasia di dalam hati sesorang atau melihat seseorang jarak jauh. itu semua keliru, dan orang yang mungkin bisa seperti itu belum tentuk karna mata batinya terbuka, tapi mungkin juga karna bantuan jin, dan jika seperti itu, dan menginginkan itu maka itu termasuk ke dalam syirik jali yaitu syirik jelas danerupakan syirik yang pertama kali harus di tinggalkan oleh orang yang ingin mengenal allah.

tapi jika belum kenal pada allah maka jangan dulu mengajar, setiap orang jika sudah belajar tasawuf beberapa tahu maka akan merasa telah mengenal allah tapi apakah mereka benar benar mengenal allah itulah yang menjadi masalahnya, sebab ilmu tasawuf ini berlapis atau bertingkat, yaitu:

tarekat, hakikat, maktifat. tiga tingkatan itu masing masing ada telah merasa mengenal allah padahal belum tentu, karna yang mengenal allah iittu hanha orang yang telah sampai pada tingkatan ketiga yaitu tingkatan makrifat yang di awali dengan peristiwa mati sebelum mati yang di alaminya, dan setelah itu maka sedikit demi sedikit pula dia belajar mengabdi, dan bersabar bersama allah.


kembali ke kajian:

Di dalam hadist qudsyi, Tuhan berfirman artinya:

"aku menyaksikan hidupku sendiri sebenarnya tiada tuhan melainkan aku. Dan aku naik saksi bahwa Muhammad itu urusanku. Dan sebenarnya yang bernama Allah itu akidahku. Rasul itu rasaku. Muhammad itu cahayaku. Akulah yang hidup yang tiada pernah mati. Yang ingat yang tidak Lupa, kekal tiada berubah, pada kenyataan zat, akulah yang hawas lagi tahu, dan tiada samar dan dari segala sesuatu. Akulah yang kuasa dan menguasai, dan akulah yang maha bijaksana, maha suci aku, dan sungguh besar kuasaku, dan sembahlah aku".


hadist qudsyi ini bukan saja kita baca tapi yang utama sekali ialah untuk akidah. Jadi inti dari semua itu adalah:

"Tiada tuhan melainkan allah, 

dan Muhammad itu utusan Allah"


Jadi yang di sebut allah itu tidak sekedar af’alnya saja tapi meliputi alif lam lam ha. Dan di sebut rasul itu adalah muhammad. 


Muhammad itu adalah cahaya yang allah berikan kepada kita (yaitu ruh dengan kesadaran ruh, jadi capailah kesadaran ruh yaitu sifat ubudiah dan esa bersama allah). Jadi hakikat kita yang sebenarnya adalah, hidup kita ini adalah kembali / mengikut / bergantung hidup kepada Allah.

Buktinya Tuhan kuasa menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup. Justru hidup kita ini berasal dari yang mati. Dan akhirnya tiada yang mati, 

dan hidup di dunia dan akhirat tiada akan pernah lupa akan hidup kita, tanpa perbuatan, tanpa bergeser dalam kenyataan yang sejati. Jadi dasar kenyataan yang sampai kepada pusat yakin. Itulah dia kesempurnaan hidup. Dan tiada merasa apa-apa yang di maksud asal kita mati ialah, mati MA’NAWI, bukan mati HISYI. 


Adapun kehidupan ini atau kehidupan dunia ini, itulah dia zat yang maha suci, yang tiada huruf, dan tiada suara, tiada kata-kata dan tiada nama, tiada warna-warni, tiada roh, tiada jasad, dan tiada apa-apa itulah dia JIBU. 

LAHURUFIN WALA SAUTIN 

artinya ialah 

"tiada huruf, tiada suara, tiada kata-kata zat dirinya"


Demikian tentang dua kalimat syahadat tersebut. Asal dua kalimat syahadat itu ialah nur Muhammad, nur Muhammad itu ialah cahaya kita yang terang benderang tuhan telah bertazalli kepadanya. Nur Muhammad itu adalah hakikat alam. Dan nur Muhammad itu ialah cahaya kita dan seluruh mahluk. 


Jadi kesimpulannya ialah 

kita ini asal adam. 

Adam dari nur Muhammad, 

dan nur Muhammad itu dari nur zat. 

Maka wajarlah kita ini dengan zat allah. Karena zat itulah asal mula segala ujud. 

Jadi segala ujud sekalian alam ini kenyataan ujudnya allah ta’ala jua. Inilah yang di sebut wahdatul ujud (ke-esaan ujud). 


semua ujud alam ini adalah ujud allah ta’ala jua. Jadi allah, Muhammad, adam adalah satu. Insan kamilpun adalah allah jua, dan secara hakikat juga adalah adam dan Muhammad saw. Jadi hakikatnya manusia ini adalah allah dalam rahasia hamba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar